Matinya Pasar Tanah Abang: Penyebab dan Solusi

Opini
Sumber foto: megapolitan.okezone.com

Pasar Tanah Abang dibangun pada era Hindia Belanda 30 Agustus 1735 merupakan pasar tekstil terbesar di Asia Tenggara. Pasar yang sudah berdiri sejak puluhan tahun yang lalu dan dikenal sebagai pasar yang selalu ramai serta kerap membuat macet jalanan. Pasar yang didirikan oleh Yustinus Vinck atas izin dari Gubernur Jenderal Abraham Patras.

Pasar ini terdiri dari blok A, blok B, blok F lama, blok F1, blok F2, serta ada jembatan metro, juga blok metro itu sendiri. Pasar Tanah Abang sendiri menjadi tempat transaksi pedagang grosir segala kebutuhan, sehingga tidak heran jika di pasar ini harganya relatif lebih murah dibanding pasar lainnya.

Namun akhir-akhir ini para pedagang Pasar Tanah Abang mengalami penurunan pendapatan secara drastis. Omzetnya bahkan menurun 75% dari biasanya.

Bacaan Lainnya
DONASI

Kondisi ini mulai terjadi sejak datangnya Covid-19 hingga sekarang, namun parahnya lagi keadaan Pasar Tanah Abang sekarang makin mirip pasar mati, terlihat dari banyaknya penjual yang sudah menutup toko dan memutuskan untuk tidak melanjutkan kontrak karena tidak mampu untuk membayar retribusi yang kian menumpuk.

Hal itu terjadi dikarenakan menjamurnya pasar online di Indonesia seperti Shopee, Lazada, Tokopedia, dan TikTok Shop. Beberapa pedagang di Pasar Tanah Abang menyalahkan harga yang ditawarkan melalui live shopping di media sosial menjadi penyebab penurunan penjualan secara signifikan.

Mereka juga telah menyamakan metode penjualannya melalui live shopping, tetapi hasilnya mereka tetap kalah saing dengan mereka yang sudah punya nama dan followers yang banyak. Akibatnya biaya operasional pedagang lebih tinggi daripada pendapatan.

Saat ini, sebagian masyarakat sudah beralih ke berbelanja online. Jumlah pembeli di pasar tradisional pun mengalami penurunan. Penyebabnya pemerintah Indonesia terlambat mengatur platform digital, baik itu e-commerce dan sosial commerce, UMKM dan produsen Indonesia pun tidak punya teknologi digital.

Salah satu aplikasi yang dianggap memukul pelaku UMKM adalah TikTok Shop. Hal ini disebabkan oleh banyaknya produk impor murah yang dibagikan melalui video singkat  mereka yang diunggah di media sosial. Banyak dari kalangan artis juga ikut mempromosikan produk bahkan menjualnya dengan harga diskon yang besar-besaran.

Hal ini bisa terjadi karena biaya operasional TikTok Shop yang relatif rendah dibandingkan dengan platform e-commerce lainnya. Ini yang menjadi penyebab perdagangan di TikTok Shop lebih murah, sementara si penjual masih tetap mendapatkan laba yang wajar.

Situasi saat ini sejalan dengan salah satu teori ahli ekonomi yaitu John Keynes, menurut beliau, “Pasar tak selamanya efisien karena pasar dapat mengalami fluktuasi yang signifikan. Hal ini tentu menyebabkan ketidakseimbangan dalam perekonomian yang menimbulkan resesi atau depresi karena hal tersebut pemerintahlah yang memiliki peran penting dalam pelestarian sebuah pasar.”

Pemerintah dapat memberikan pelatihan digital kepada para pedagang untuk memenangkan bisnis pasar tradisional yang sepi karena kalah bersaing dengan bisnis online. Selain pedagang pasar ditempat, pedagang juga bisa berjualan online untuk meningkatkan penjualan.

Selain itu kenaikan harga BBM non subsidi dan beras yang terjadi baru-baru ini juga berakibat memperburuknya ekonomi masyarakat.

Banyak hal yang menyebabkan kenaikan harga BBM, salah satunya dipicu oleh kenaikan harga minyak mentah dunia dan ICP (Indonesian Crude Price) sehingga kondisi ini akan menyebabkan peningkatan besaran beban subsidi APBN.

Peran BBM dalam ekonomi sangat erat dengan distribusi barang, jika harga BBM naik maka barang tersebut dipastikan akan naik, karena dalam proses pengantaran barang diperlukan kendaraan dan kendaraan itu memerlukan BBM walaupun memerlukan waktu yang sedikit lama untuk merealisasikan kenaikan harga ini terjadi.

Kenaikan harga BBM secara bertahap akan berpengaruh pada kenaikan harga kebutuhan lainnya, seperti kebutuhan pokok, listrik, transportasi, dan lain-lain.

Menyikapi hal tersebut kita dapat belajar mengelola anggaran dengan baik, masyarakat dapat mengatasi kenaikan harga BBM dan menjaga kestabilan keuangan, yaitu dengan cara mengurangi pengeluaran konsumtif dengan melatih diri agar terbiasa dengan budaya hemat, menggunakan transportasi non-BBM, seperti bersepeda atau sesekali berjalan kaki bagi yang masih bugar, dan usahakan mengurangi kegiatan keluar rumah untuk hal-hal yang tidak penting, misalnya mengatur waktu belanja atau rekreasi yang tidak berkualitas.

Di samping itu kenaikan harga beras disebabkan oleh kemarau yang berkepanjangan yang menyebabkan banyak lahan petani yang mengalami gagal panen sehingga produksi beras menjadi sedikit dan juga efek dari El Nino.

Tidak hanya di Indonesia, para negara yang sebelumnya melakukan ekspor beras ke Indonesia pun mulai berhenti mengekspor beras, faktor penyebabnya yang tak lain karena perubahan iklim, hal ini menyebabkan kelangkaan beras sehingga tidak mengherankan jika sekarang ini harga beras melambung tinggi dengan harga 14.000/kg.

Kenaikan harga beras tidak hanya pada beras premium tetapi medium, medium 1, medium 2 pun ikut naik. Hal ini akan terus terjadi sampai memasuki musim hujan dan masa panen raya. Tidak hanya itu harga BBM yang naik juga sangat mempengaruhi harga beras jika ongkos kirim mahal, maka harga beras pun makin mahal.

Dengan demikian, kenaikan harga BBM dan beras yang terjadi saat ini membuat masyarakat lebih memilih menyimpan penghasilan mereka untuk memenuhi kebutuhan pokok dibandingkan harus membeli kebutuhan sekunder maupun tersier, kalaupun mereka ingin membeli pakaian, sembako ataupun kebutuhan lainnya mereka akan cenderung lebih memilih barang-barang yang ternilai berkualitas tetapi memiliki harga yang terjangkau murah.

Maka sebab itu masyarakat saat ini lebih tertarik berbelanja di pasar online daripada harus berbelanja di pasar ofline karena harganya yang relatife lebih murah, kualitasnya yang tidak kalah bagus, dan proses transaksinya yang lebih menghemat tenaga, sehingga tak hanya kebutuhan pokok mereka saja  yang terjangkau, kebutuhan lainnya pun juga ikut terjangkau.

Di sisi lain kehadiran online shop telah membuat  para pedagang kecil di pasaran mati karena kalah bersaing. Mereka tidak mampu menyamakan harga produk mereka dengan persaingan di onlineonline lainnya karena mereka hanya pedagang kecil yang kebanyakan produknya juga diambil dari produk orang lain dan kebanyakan dari mereka adalah masyarakat yang belum paham tentang persaingan digital.

Untuk mengatasi masalah yang terjadi pada Pasar Tanah Abang tersebut diperlukan adanya kerja sama yang baik antara pemerintah, pelaku usaha, dan konsumen untuk menjaga kelestarian Pasar Tanah Abang.

Pemerintah dapat memberikan berupa dukungan regulasi dan insentif bagi pelaku usaha untuk mengembangkan pusat grosir mereka.

Selain itu, pelaku usaha juga perlu mengembangkan produk dan meningkatkan kualitas pelayanan yang inovatif untuk menarik daya beli konsumen. Dengan adanya kerja sama yang baik, diharapkan Pasar Tanah Abang kembali eksis.

Penulis: Muhamat Abdul Rozak Rifai
Mahasiswa D3 Akuntansi UNTIDAR Magelang, Jawa Tengah

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI