Ilmu merupakan hal mendasar yang menjadikan bagaimana manusia berpikir, berperilaku, dan mempersepsi dunia. Tanpa ilmu yang benar maka manusia dapat terjerumus ke dalam perilaku dan pemikiran yang keliru.
Ilmu yang benar dapat tersampaikan dengan lebih efektif dan efisien salah satunya apabila guru memberikan metode pembelajaran yang tepat kepada siswanya.
Sebagai seorang muslim ketika kita ingin mengukur suatu hal, maka yang menjadi acuan adalah dalil. Rasulullah adalah sebaik-baik manusia yang Allah utus di mana sudah sepatutnya kita menjadikan beliau sebagai role model dalam setiap segi kehidupan kita.
Keberhasilan metode pengajaran beliau dapat kita lihat dari unggulnya murid-murid beliau, yaitu para sahabat di mana mereka merupakan generasi terbaik dari umat ini, sebaik-baik pengamal ajaran Islam, dan terbentuknya murid para sahabat sebagai generasi terbaik kedua.
Baca jgua: Manakah yang Paling Mirip dengan Parenting Islami?
Allah telah ridha dengan mereka dan merekapun ridha dengan Allah. Berikut merupakan beberapa metode pembelajaran Rasulullah:
1. Ikhlas
Hal pertama yang perlu dilakukan ketika mengajar yaitu meluruskan niat untuk semata-mata mengharapkan ridha Allah. Hal ini dikarenakan amal itu tergantung pada niatnya. Dalam mengajar berarti kita sedang menyampaikan sebuah ilmu di mana ilmu tersebut hanya akan menjadi berkah kepada hati pendengarnya apabila disampaikan dengan ikhlas.
2. Hikmah dan Sabar
Anas bin Malik radhiyallahu anhu pernah berkata, Seorang Arab Badui pernah memasuki masjid, lantas dia kencing di salah satu sisi masjid. Lalu para sahabat menghardik orang ini. Namun, Nabi melarang tindakan para sahabat tersebut. Tatkala orang tadi telah menyelesaikan hajatnya, Nabi lantas memerintah para sahabat untuk mengambil air, kemudian bekas kencing itu pun disirami. (HR. Bukhari dan Muslim).
Pada hadits tersebut Rasulullah ketika melihat ada seorang arab badui yang kencing di masjid Nabawi, beliau tidak langsung memarahinya tetapi beliau menunggu sampai arab badui tersebut selesai kencing.
3. Pembelajaran Secara Bertahap
Hal ini sebagaimana cara Allah menurunkan Alqur’an kepada Rasulullah, yaitu secara berangsur-angsur. Rasulullah di awal kerasulan, beliau berdakwah secara diam-diam dahulu baru kemudian terang-terangan kepada keluarga terdekat, dan pada akhirnya secara umum (Iskandar & Najmuddin, 2013).
4. Dialog dan Tanya Jawab
Metode ini berdampak positif terhadap proses pembelajaran. Shaunessy (dalam As Sabiq, 2018) menjelaskan bahwa strategi bertanya sangat penting untuk pertumbuhan kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, berpikir tingkat tinggi dan berpengaruh positif.
5. Metode Perumpamaan
Terkadang di dalam proses pembelajaran, metode perumpamaan perlu diterapkan agar memudahkan para murid untuk memahami ilmu yang disampaikan.
Salah satu contoh dari metode perumpamaan yang Rasulullah sampaikan kepada para sahabat yaitu, “Perumpamaan teman yang baik dan teman yang jelek adalah seperti pembawa minyak wangi dan pandai besi. Pembawa minyak wangi akan memberikan minyak wangi kepadamu atau kamu membeli darinya atau mendapatkan aroma wangi darinya. Adapun pandai besi, ia akan membakar bajumu atau kamu mendapatkan bau yang tidak sedap.” (HR. Al-Bukhari).
Baca juga: Allah SWT Kunci Permasalahan Hidup
6. Membuat Visualisasi
Memvisualisasikan pengetahuan, seperti gambar atau diagram memainkan peran yang efektif dalam proses belajar mengajar (Tahir & Yucel, 2019). Hal ini diperlukan untuk membantu siswa memahami pengetahuan. Namun visualisasi ini tidak boleh melanggar ketentuan syariat, seperti pembuatan kartun para nabi dan rasul.
Berdasarkan paparan di atas maka dapat disimpulkan, Rasulullah dalam menyampaikan pengajarannya meliputi dua aspek, yaitu batin dan perilaku.
Pada aspek batin, beliau mengajarkan agar para umatnya dapat meluruskan niat dalam melakukan suatu ibadah. Pada aspek perilaku, beberapa yang beliau contohkan kepada umatnya adalah agar dapat memberikan pengajaran dengan hikmah.
Tim Penulis:
1. Shafira Dhaisani Sutra
Mahasiswa Psikologi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia
2. Nur Zaytun Hasanah
Mahasiswa Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia
Referensi:
As Sabiq, A.H. (2018). Prophetic learning in ELT. Jurnal Tarling, 1(2), 69-96.
Iskandar & Najmuddin. (2013). Pola pendidikan Islam pada periode Rasulullah di Mekkah dan Madinah. Lentera, 13(3), 67-73.
Tahir, M. & Yucel, S. (2019). Motivational techniques for teaching: Prophetic model. International Journal of Teaching and Education, 7(2), 72-87. https://doi.org/10.20472/TE.2019.7.2.006