Metode Psikodrama pada Gerakan Sekolah Menyenangkan

sumber ig: wm.photogallery

Dunia pendidikan mengalami tantangan besar pada saat ini dengan adanya istilah “tiga dosa besar” yaitu perundungan, kekerasan seksual, dan intoleransi. Ketiga hal tersebut berdampak kepada terhambatnya perwujudan hubungan belajar yang baik dan memberikan trauma pada korban.

Salah satu yang sering terjadi di lingkungan sekolah adalah perundungan. Perundungan (bullying) menurut KBBI berarti menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun psikis dalam bentuk kekerasan verbal, sosial, atau fisik berulang kali dan dari waktu ke waktu.

Bullying menurut SEJIWA (2008) adalah situasi yang dapat menyebabkan penyalahgunaan kekuasaan atau kekuatan yang dilakukan oleh individu atau sekelompok orang. Jadi, perundungan (bullying) adalah suatu tindakan yang bisa dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang merasa memiliki kekuasaan untuk melakukan apa saja terhadap korban.

Baca Juga: Peran Pola Asuh Orang Tua dalam Mencegah Bullying pada Anak

Bacaan Lainnya

Sementara korban memposisikan dirinya sebagai pihak yang lemah dan tidak memiliki kekuatan untuk melawan segala hal yang dilakukan oleh pelaku. Penanganan yang tepat untuk korban harus diberikan agar korban terhindar dari berbagai permasalahan mental yang dapat muncul bahkan terbawa hingga dewasa, seperti depresi, kegelisahan bahkan keinginan untuk mengakhiri hidupnya.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan bahwa terdapat 37.381 pengaduan kekerasan terhadap anak dan 2.473 kasus bullying yang terjadi pada bidang pendidikan maupun sosial media yang tercatat dari tahun 2011 sampai 2019 lalu, bahkan sebanyak 40% kasus bullying memberi dampak bagi korban memilih untuk mengakhiri hidupnya.

Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah penerapan psikodrama bagi korban dengan memainkan suatu peran emosional. Tujuan psikodrama tersebut adalah agar korban dapat mengungkapkan seluruh perasaan emosional yang dialaminya melalui permainan peran ataupun terapi tindakan yang akan dilakukan.

Sunarty (Febri & Irmayanti, 2019) menyatakan bahwa psikodrama adalah permainan peran yang bertujuan agar peserta konseling dapat memperoleh pengertian yang lebih baik tentang dirinya, menemukan konsep dirinya, menyatakan kebutuhan-kebutuhan serta menyatakan reaksinya terhadap tekanan-tekanan terhadap dirinya.

Menurut Kipper & Roosevelt (Sari, 2017) teknik psikodrama adalah satu cara yang unik dengan berbicara melalui gerakan tubuh, memberlakukan fisik kepada pengalaman masa lalu yang dibawa ke masa sekarang, yang memungkinkan protagonis untuk memproses kenangan dengan bimbingan pemimpin drama dan partisipasi anggota kelompok.

Baca Juga: Meminimalisir Tingkat Bullying dan Hate Speech di Lingkungan Sekolah

Jadi, psikodrama adalah cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah dengan bimbingan pemimpin dan partisipasi kelompok. Gerakan Sekolah Menyenangkan merupakan gerakan membangun kesadaran guru, kepala sekolah, orang tua, dan pemangku kebijakan pendidikan untuk membangun ekosistem sekolah.

Sebagai tempat yang menyenangkan untuk belajar ilmu pengetahuan dan keterampilan hidup agar anak-anak menjadi pembelajar yang adaptif, mandiri, tangkas, dan cepat menghadapi perubahan dunia yang sangat cepat dan tidak menentu.

Perubahan ekosistem sekolah, baik lingkungan fisik maupun sosial merupakan aspek fundamental yang akan berdampak pada motivasi belajar dan perilaku siswa.  Ekosistem sekolah sebagai tempat yang menyenangkan tidak akan terbentuk jika masih ada perilaku bullying atau perundungan di sekolah.

Psikodrama dapat digunakan sebagai salah satu metode yang diterapkan pada gerakan sekolah menyenangkan. Praktik baik dari psikodrama sebagai metode untuk mengatasi bullying yang dapat disaksikan pada media-media sosial yang ada.

Psikodrama dapat digunakan untuk mencegah terjadinya perilaku bullying di sekolah dengan memberikan sebuah drama yang memuat berbagai dampak negatif yang dapat terjadi pada korban karena psikodrama dapat menjadi tahap permainan peran yang dapat memberikan pengetahuan dasar bagi peserta didik untuk mengenal berbagai hal sesuai dengan topik yang akan dipermainkan.

Baca Juga: Mahasiswa UIB Kampanye Stop Bullying dan Hate Speech di Panti Asuhan Rezky Ilahi

Metode Psikodrama dapat menjadi uji coba praktik pembelajaran yang memberikan edukasi secara menyenangkan untuk mengupayakan terciptanya lingkungan sekolah yang kondusif karena menurut Menteri Pendidikan Indonesia, untuk menyukai belajar, untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Anak-anak harus belajar di lingkungan yang aman dan nyaman serta bebas dari kekerasan. Oleh karena itu metode psikodrama dapat diterapkan pada Gerakan Sekolah Menyenangkan untuk menciptakan dunia pendidikan yang terbebas dari kekerasan verbal dan non verbal, perundungan, kekerasan seksual dan menciptakan lingkungan yang dapat bertoleransi.

Sehingga terciptanya kedamaian di lingkungan sekolah serta dapat mencipatakan generasi selanjutnya yang paham akan dampak negatif dari perilaku perundungan agar dapat meminimalisir terjadinya perundungan pada dunia pendidikan.

Penulis: Nabila Annisa Fitri
Mahasiswa Jurusan Bimbingan Konseling Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses