Muhammad bin Abdul Wahab: Pencetus Pemikiran Ekstrem dalam Dunia Islam

Muhammad bin Abdul Wahab adalah sosok yang dikenal sebagai pencetus ajaran sesat dan bersifat puritan dalam sejarah Islam. Ajaran tersebut kita kenal sebagai aliran Wahabi. Aliran ini bertujuan untuk membersihkan segala macam bid’ah, takhayul, dan khurafat.

Sebagian menganggapnya sebagai pembaruan agama untuk membawa Islam kembali ke ajaran yang murni, sementara lain mengkritikinya sebagai tokoh yang mendorong pemikiran ekstrem dan radikal. Dalam artikel ini, kita akan menyelami kehidupan, pendidikan, dan pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab terhadap dunia Islam.

Latar Belakang Sejarah

Aliran Wahabi atau bisa disebut dengan Salafi adalah sekte dalam Islam yang berkarakter tekstualis dan puritan. Gerakan Wahabi ini dibentuk oleh Muhammad bin Abdul Wahab. Beliau lahir di desa Uyainah, Najd, pada tahun 1703 dan meninggal di kampung yang sama pada tahun 1787 Masehi.

Bacaan Lainnya
DONASI

Dalam perjalanan mencari ilmu, awalnya ia berguru kepada ayahnya untuk membentuk pondasi yang kuat dalam pemahaman agama yang komprehensif. Setelah itu, ia melakukan perjalanan ke Hijaz, Basrah, dan Baghdad untuk menuntut ilmu. Beliau menikah dengan seorang wanita kaya di Baghdad yang meninggal dunia lima tahun kemudian. Kemudian, ia melanjutkan perjalanan ke Kurdistan, Hamdan, dan Isfahan untuk mengejar ilmu sebelum akhirnya ia kembali ke kota asalnya.

Arab Saudi adalah satu-satunya negara yang menerima pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab. Pada masa inilah Wahabisme mulai berkembang di Arab Saudi dan di beberapa daerah lain di Jazirah Arab.

Baca juga: Visi Jamaluddin Al-Afghani terhadap “Renaisans” Islam: Analisis Kritis Dunia Islam Kontemporer

Pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab

Dalam Jurnal Studi Islam Universitas PTIQ Jakarta, Volume 2 Nomor 1, Januari-Juni 2023, dijelaskan bahwa terdapat dua guru yang dianggap paling berpengaruh dalam pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab. Mereka adalah Ibn Syaf dan Muhammad Hayat al-Sindi (keduanya dari Madinah). Bukti indikasi pengaruh besar dari Ibn Syaf adalah penolakan keras terhadap rokok. Dalam klaim ajaran Muhammad bin Abdul Wahab disebutkan bahwa dilarang merokok dengan jenis apapun karena dianggap sebagai perbuatan syaitan.

Muhammad Hayat al-Sindi adalah sufi, ahli hadis, dan ahli fiqih. Dia juga memiliki pengaruh terhadap pemikiran Abdul Wahab, terutama yang berkaitan dengan sikapnya yang anti-fanatik madzhab. Masuk akal jika Muhammad bin Abdul Wahab ingin meniru Muhammad Hayat al-Sindi karena mempunyai kapabilitas untuk berijtihad sedangkan Abdul Wahab tidak memilikinya. Sehingga para pengajar Abdul Wahab yang lain, termasuk Ibnu Abdul Latief al-Ihsa’I, mengkritiki persoalan ini.

Baca juga: Guru Tingkatkan Efektivitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Salah Satunya dengan Kegiatan Keagamaan

Pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab yang keras terpengaruh oleh pemahaman teks-teks agama, terutama Al-Qur’an dan Hadits. Yang kemudian membentuk cara berpikirnya yang kaku dan menolak membandingkan pendapatnya dengan ulama. Salah satu gagasan utama dalam pemikirannya adalah “Tauhid”. Beliau mengecam kebiasaan yang dianggapnya bid’ah, syirik, bahkan kafir seperti, menyebut nama nabi, syaikh atau malaikat sebagai perantara doa, ziarah ke makam-makam sufi, bernazar kepada selain Tuhan, atau meminta bantuan kepada orang-orang suci seperti wali.

Selain itu, beliau juga mengecam orang-orang yang mau menerima secara taklid buta otoritas pihak-pihak tertentu dalam masalah keagamaan. Tak hanya itu, beliau juga menyuruh umat Islam agar bersandar pada Al-Qur’an dan Hadits. Oleh karena itu, beliau berpendapat bahwa hanya Al-Qur’an dan Haditslah yang merupakan sumber asli ajaran-ajaran Islam.

Kontroversi Penyebaran Paham Wahabi

Pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab memicu perdebatan sengit atau kontroversi di kalangan umat Islam. Di satu sisi, gerakan pemurnian tauhid yang ia inisiasi memberikan dorongan umat Muslim untuk kembali kepada ajaran asli Islam. Di sisi lain, ide-idenya juga menjadi dasar bagi gerakan-gerakan radikal yang memaksakan paham agama mereka yang penuh dengan kekerasan kepada masyarakat.

Paham yang diajarkan Abdul Wahab memperoleh pengikut yang banyak, bahkan banyak di antaranya berasal dari luar Uyainah. Namun, Muhammad bin Abdul Wahab mengalami banyak kesulitan, beberapa di antaranya berasal dari anggota keluarganya sendiri yang mengkritiki pemikirannya.

Karena ajarannya telah menciptakan keresahan di tengah masyarakat, akhirnya ia bersama keluarganya diusir dan kemudian pindah ke Dar’iah, sebuah dusun tempat tinggal Muhammad bin Sa’ud yang telah menerima doktrin-doktrin Wahabi, bahkan sampai menjadi pelindungnya. Dengan bantuan Muhammad bin Sa’ud, paham-paham Muhammad bin Abdul Wahab berkembang pesat dan gerakannya bertambah kuat.

Baca juga: Prinsip Kepemimpinan Rasulullah SAW dalam Islam Terhadap Gaya Kepemimpinan Otoriter

Dalam Jurnal Hunafa STAIN Datokarama Palu, Volume 5 Nomor 3, Desember 2008, menyatakan bahwa Gerakan Wahabi dengan cepat meluas ke negara-negara seperti di India, Sudan, Libya, dan Indonesia. Sayyid Ahmad memperkenalkan doktrin-doktrin Wahabi ke India, setelah menunaikan ibadah Haji pada tahun 1822 dan 1823. Doktrin-doktrin Wahabi menarik para penganutnya di India yang siap berperang melawan orang-orang kafir dan non-Muslim. Di Indonesia, ajaran Wahabi masuk melalui kaum Paderi yang dipimpin oleh Imam Bonjol di Minangkabau.

Itulah tadi telah kita ketahui bahwa aliran Wahabi dipelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahab dengan tujuan menyucikan tauhid umat Islam yang tercemar.

Penulis: Eka Vindana Dulasta

Mahasiswa Tasawuf dan Psikoterapi, Universitas UIN Sunan Ampel Surabaya

Editor: Anita Said

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI