Your children will become what you are; so be what you want them to be — David Bly.
Begitulah yang disampaikan oleh David Bly, anak akan menjadi apa yang dicontohkan oleh orang tua.
Setiap langkah kecil yang dilakukannya tidak akan luput dari peran orang tua. Anak-anak menjadi peniru yang ulung, ctrl + c kemudian ctrl + v.
Terlebih lagi di masa golden age, otak mereka dengan sempurna merekam keseharian yang dilakukan oleh orang tua, terutama seorang ibu.
Ibu dianggap sebagai sekolah pertama bagi anak-anaknya. Sebelum memasuki usia sekolah, ibu akan lebih dahulu berperan dalam memberikan pendidikan, tentu saja bekerja sama dengan ayah.
Cara mendidik anak di masa golden age adalah kunci keberhasilan mereka di masa depan kelak.
Lantas mengapa masih ada orang tua yang mengatakan bahwa parenting ga penting? Apakah parenting benar-benar tidak lagi dibutuhkan?
Sebenarnya pemikiran seperti ini sungguh sangat disayangkan. Ibarat sebuah barang dititipkan kepada seseorang, dengan otomatis orang tersebut dipercaya dan memiliki kewajiban menjaganya.
Sama halnya dengan anak. Tuhan menitipkannya sebagai bentuk amanah yang harus dijaga. Ketika orang tua sudah siap punya anak, maka tanggung jawab mendidiknya juga akan menyertai.
Hal ini menunjukkan bahwa parenting sangatlah penting dalam membentuk karakter seorang anak. Harusnya orang tua lebih aware dengan pola asuh yang diberikan kepada anak.
Sekarang muncul pertanyaan, bagaimana anak laki-laki yang kelak akan menjadi pemimpin, jika orang tuanya tidak peduli dengan parenting?
Bagaimana dengan anak perempuan yang akan menjadi sekolah pertama bagi anaknya nanti?
Coba bayangkan, ketika anak laki-laki tidak mendapatkan parenting yang tepat, apa yang akan terjadi?
Contoh sederhana, mereka akan menjadi suami patriarki karena orang tua yang tidak mempersiapkan anaknya menjadi seorang suami.
Begitu juga dengan anak perempuan. Saat ibu, sebagai madrasah pertama, menganggap parenting ga penting, maka pemikiran itu akan turun ke anak perempuannya.
Ketika kelak anak perempuannya menjadi seorang ibu, pemikiran tersebut juga akan turun kepada putrinya.
Begitu seterusnya. Sehingga hal ini menjadi rantai dilema yang tidak akan pernah terputus.
Seharusnya rantai pemikiran seperti ini diputuskan. Orang tua harus memikirkan masa depan anak.
Mereka tidak boleh egois. Tidak bisa semena-mena mendidik anak dengan cara yang mereka dapatkan semasa kecil.
Saat ini, dunia sudah berkembang, penelitian sudah banyak dilakukan di mana-mana. Banyak kajian ilmiah yang membahas tentang betapa pentingnya parenting.
Informasi dengan mudah didapatkan. Orang tua tidak harus lagi berdesakan dengan antrian panjang konsultasi dengan dokter Spesialis Anak.
Media sosial menawarkan berbagai macam pola asuh yang bisa dicoba.
Bahkan seorang sahabat di masa Rasulullah Saw. pernah menyampaikan bahwa anak harus dididik sesuai dengan zamannya.
Teknologi bukanlah musuh yang akan merusak masa depan anak.
Tidak ada buku panduan yang sempurna untuk menjadi orang tua. Tapi setiap hari, orang tua menulis satu bab baru penuh trial, error, dan cinta yang tak ada habisnya.
Setiap orang tua pasti mengetahui apa yang terbaik untuk anaknya. Untuk itu mulailah sedini mungkin mendidik anak agar memiliki karakter yang diharapkan.
Sudah seharusnya mindset seperti “parenting ga penting” itu dihapuskan dari pola pikir orang tua saat ini, hingga generasi yang akan menjadi orang tua kelak. Karena hasil yang hebat berawal dari cara yang tepat.
Penulis: Saidah Hawa
Mahasiswa Prodi Manajemen Bisnis Syari’ah, Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang
Editor: Siti Sajidah El-Zahra
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News