Pendidikan Sebagai Pembuka Jalan Emansipasi Wanita

Pendidikan merupakan langkah untuk mengubah perilaku dan sikap individu atau kelompok dengan tujuan pendewasaan melalui proses pengajaran dan tindakan mendidik. Pengajaran dalam konteks pendidikan adalah proses mencari ilmu dan memperluas pengetahuan, sementara pendewasaan dalam pendidikan berarti perubahan pola pikir dan perilaku seseorang.

Proses ini melibatkan pemberian pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang membantu individu berkembang secara mental, emosional, dan sosial, sehingga menjadi anggota masyarakat yang produktif dan bertanggung jawab. Pendewasaan dalam pendidikan dibagi menjadi beberapa aspek, yaitu pendewasaan biologis, psikologis, pedagogis, dan sosiologis.

Baca juga: Perempuan dan Transformasi Teknologi di Era Industri 5.0

Bacaan Lainnya
DONASI

Pendewasaan biologis adalah proses alami yang terjadi pada setiap individu, mencakup perubahan fisik dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Tujuannya adalah agar individu dapat membedakan antara masa anak-anak dan dewasa. Pendewasaan psikologis berkaitan dengan perkembangan jiwa seseorang, di mana individu mampu mengendalikan diri dalam menghadapi berbagai situasi, termasuk situasi yang tidak menyenangkan.

Pendewasaan pedagogis berkaitan dengan bagaimana seseorang mengedukasi atau mendidik dirinya sendiri. Sedangkan pendewasaan sosiologis dalam pendidikan berhubungan dengan cara individu bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang lain.

Pendewasaan ini melibatkan penghargaan terhadap orang lain, kerjasama, serta berbagai aktivitas yang melibatkan interaksi antar individu atau kelompok. Pendidikan juga merupakan dasar dari emansipasi wanita. Emansipasi adalah perjuangan untuk kesetaraan hak dan gender dalam masyarakat.

Usaha untuk memajukan emansipasi wanita melalui pendidikan pertama kali diupayakan oleh R.A. Kartini, seorang pahlawan perempuan Indonesia. Kartini mendirikan sekolah khusus untuk perempuan dan memperjuangkan hak-hak perempuan di berbagai bidang.

Peran Kartini dalam emansipasi wanita tidak terbatas pada pendidikan. Ia juga berusaha membebaskan perempuan dari peran tradisional yang terbatas, menentang perkawinan paksa, dan mendukung hak perempuan untuk memilih pasangan hidup mereka sendiri.

Kartini juga mendorong partisipasi perempuan dalam kegiatan politik dan sosial. Namun, bagi Kartini, pendidikan adalah hal yang paling utama. Ia meyakini bahwa pendidikan adalah kunci bagi perempuan untuk membebaskan diri dari keterbelakangan dan ketergantungan. Kartini percaya bahwa perempuan memiliki potensi besar untuk membangun dan mengembangkan masyarakat yang lebih baik.

Pendidikan memiliki peran penting dalam meningkatkan kesejahteraan wanita, terutama dalam membangkitkan kesadaran diri mereka. Melalui pendidikan, wanita dapat menyadari bahwa mereka memiliki hak yang sama dengan pria dalam masyarakat.

Selain itu, pendidikan membantu wanita mengelola emosi dan perilaku dengan baik, dan mengakui nilai diri mereka dalam keberlangsungan hidup. Pendidikan juga menekankan pentingnya kemandirian wanita dan kemampuan mereka untuk mengandalkan diri sendiri.

Pendidikan merupakan langkah awal dalam melawan diskriminasi gender. Dengan pendidikan, wanita menjadi lebih waspada dan mampu melawan jika terjadi diskriminasi gender.

Pendidikan memberdayakan perempuan dengan mengembangkan keterampilan kepemimpinan dan partisipasi dalam pengambilan keputusan di berbagai tingkat, baik dalam keluarga, komunitas, maupun di bidang profesional. Pendidikan yang berkualitas memberikan kepercayaan diri, pengetahuan, serta keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi hambatan dan memanfaatkan peluang.

Dengan akses yang sama terhadap pendidikan, perempuan dapat mencapai kemandirian ekonomi, sosial, dan politik yang lebih besar serta mengurangi risiko direndahkan. Selain itu, pendidikan membantu mengatasi stereotip gender dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang hak-hak kesetaraan gender.

Sekolah adalah pembuka jalan yang memungkinkan perempuan berkiprah di dunia yang luas. Pengetahuan yang didapatkan membuat mereka mampu beradaptasi dalam perubahan yang terus berlangsung.

Namun, pendidikan bagi perempuan mendapatkan citra kurang baik dalam masyarakat. Perempuan yang erat dengan tugas sebagai istri seperti memasak dan mengurus rumah tangga, membuat banyak masyarakat menganggap perempuan berpendidikan tinggi hanyalah pemborosan.

Kendala tersebut merupakan hambatan utama bagi perempuan di Indonesia untuk dapat memperoleh gelar yang tinggi dikarenakan masyakarat menganggap perempuan nantinya hanya akan mengurus suami dan anak, padahal perempuan harus memiliki pendidikan yang tinggi, karena perempuan adalah guru pertama bagi anak-anaknya.

Perempuan harus menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi sebagai bentuk jati dirinya, menjadi perempuan yang cerdas secara pengetahuan, finansial, maupun mental. Perempuan harus menyadari bahwa anak yang cerdas terlahir dari Ibu yang cerdas dalam mengasuh dan mendidik sehingga pendidikan sangat penting bagi perempuan.

Baca juga: Pancasila dan Kesetaraan Gender untuk Mendukung Pemberdayaan Perempuan untuk Mewujudkan Keadilan Sosial

Perempuan berpendidikan tinggi bukan sesuatu yang sia-sia. Perempuan harus mempunyai rasa juang yang tinggi untuk membuktikan hal tersebut. Contoh nyatanya adalah pejuang perempuan Indonesia yang tanggal lahirnya menjadi hari besar nasional, R.A. Kartini. Beliau membuktikan bahwa kontribusi wanita terdidik sangat besar dalam pertumbuhan ekonomi dan sosial.

Karyanya banyak dibukukan dan memberi bukti nyata bahwa perempuan dapat memiliki kontribusi yang sama seperti laki-laki dalam berbagai bidang. Contoh lainnya, perempuan yang sudah berstatus single parent. Ketidakhadiran sosok suami dalam hidupnya tidak menjadikan kehidupannya dan anaknya berhenti.

Menjadi Ibu yang terdidik, tetap dapat memberikan kasih sayang penuh, menyekolahkan anaknya, dan memiliki peran utama sebagai penggerak ekonomi keluarga. Jika perempuan tidak memiliki jiwa berjuang untuk memperoleh pendidikan maupun pekerjaan yang setara dengan laki-laki, mungkin perempuan tidak memberikan kontrobusi apapun dalam perubahan sosial dan ekonomi. Namun, pada kenyataannya emansipasi wanita membuat pekerja perempuan menjadi salah satu penggerak ekonomi nasional.

Perempuan harus memiliki jiwa yang tinggi untuk memperjuangkan hak-haknya. Bukan hanya dari segi ekonomi, melainkan juga pendidikan. Perempuan harus menyadari bahwa pendidikan bagi perempuan sangat penting sehingga tidak hanya membawa kata “emansipasi” tanpa membuktikan bahwa perempuan juga mampu dan memiliki tingkat intelektual yang sama dengan laki-laki.

Masyarakat selalu membandingkan bahwa tenaga fisik perempuan akan selalu kalah dengan laki-laki. Namun, perempuan harus bisa berjuang dengan membuktikan bahwa perempuan dapat mengasah otak agar nantinya dapat sepadan dengan laki-laki untuk mendapatkan hak-haknya terutama dalam bidang pekerjaan dan sosial.

Perempuan harus menyadari bahwa dirinya mampu dan harus membuktikan bahwa stigma masyarakat mengenai pendidikan yang sia-sia bagi perempuan merupakan suatu kesalahan. Perempuan harus menyadari bahwa salah satu value yang ada pada diri perempuan adalah kecerdasan.

Baca juga: Menyoroti Paradigma Gender dalam Politik dan Masyarakat: Membangun Kesetaraan dan Mengatasi Stigma terhadap Perempuan Pemimpin

Kesimpulan

Emansipasi wanita yang selalu digembor-gemborkan dalam perjuangan perempuan atau feminisme harus didorong dengan bukti bahwa perempuan mampu bersaing dan salah satu aspek pentingnya adalah dengan memiliki pendidikan yang tinggi.

Ilmu yang diperolah perempuan dengan pendidikan tinggi dapat mengalahkan stigma bahwa perempuan mampu setara dengan laki-laki dalam berbagai aspek baik sosial, ekonomi, maupun politik. Jika dilihat secara tenaga atau fisik, perempuan bisa saja kalah, tetapi dengan memiliki pendidikan yang tinggi dan otak yang cerdas, maka perempuan dapat bersaing.

Saat ini, mayoritas pekerjaan tidak hanya membutuhkan tenaga yang besar, tetapi kemampuan dan skill yang baik dan kemampuan tersebut tidak hanya tumbuh dari tenaga yang kuat, akan tetapi otak yang cerdas. Oleh karena itu, pendidikan akan membuat perempuan dapat setara dengan laki-laki.

Penulis: Nada Syahda Ratna Duhita

Mahasiswa Jurusan Teknologi Pangan, Universitas Tidar

Editor: Anita Said

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI