PT Freeport Indonesia (PTFI) telah mencapai tonggak penting dalam proyek pembangunan smelter tembaga di kawasan JIIPE, Gresik, Jawa Timur. Sesuai target, konstruksi smelter ini selesai pada akhir Mei 2024 dan memulai operasi pada bulan Juni tahun yang sama.
Namun, produksi tembaga baru diprediksi akan dimulai pada bulan Agustus, dengan ramp up menuju kapasitas penuh yang diharapkan tercapai pada akhir Desember 2024.Proyek smelter kedua perusahaan ini, yang dimulai sejak Oktober 2021, memiliki kapasitas peleburan konsentrat tembaga sebesar 1,7 juta ton per tahun, menjadikannya sebagai salah satu fasilitas pemurnian tembaga terbesar di dunia dengan luas total sekitar 100 hektar.
Pembangunan smelter ini merupakan komitmen perusahaan untuk meningkatkan nilai tambah mineral dan mendukung kebijakan hilirisasi industri pemerintah.
Baca juga: Masa Depan Papua, Menjadi Indonesia Seutuhnya
Pemilihan lokasi smelter di Gresik didasarkan pada kemampuan perusahaan besar di sekitarnya untuk menyerap limbah secara besar-besaran. Hal ini tercermin dalam kemitraan dengan perusahaan seperti Petrokimia Gresik dan Semen Indonesia, yang sangat membutuhkan limbah smelter untuk bahan baku dalam produksinya.
Diharapkan bahwa limbah dari proses smelter tembaga ini akan dapat diolah dan dimanfaatkan kembali dalam berbagai industri dalam negeri, seperti pembuatan telepon seluler, alat elektronik, dan otomotif.Selain manfaat lingkungan, keberadaan smelter di Gresik juga memberikan keuntungan logistik yang signifikan karena dekat dengan Pelabuhan Komersial dan didukung oleh infrastruktur yang baik. Hal ini membantu mengurangi biaya operasional dan memperkuat daya saing perusahaan dalam pasar global.
Meskipun anggaran pembangunan smelter mencapai US$ 3 miliar atau sekitar Rp 42 triliun, PTFI telah menginvestasikan sekitar US$ 150 juta untuk persiapan proyek ini, mulai dari desain hingga pemadatan tanah. Smelter tembaga ini dirancang sebagai Design Single Line terbesar di dunia dan akan menghasilkan berbagai produk mulai dari katoda tembaga hingga emas, perak murni batangan, dan platinum group metal (PGM), serta produk sampingan seperti asam sulfat, gipsum, dan timbal.
Baca juga: Kontroversi Penerapan UU Cipta Kerja Bagi Tenaga Alih Daya (Outsourcing)
Keberadaan smelter tembaga yang dibangun oleh PT Freeport Indonesia di Gresik diharapkan akan menjadi pendorong utama bagi investasi industri lainnya di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik. Sebagai anchor tenant KEK, PTFI telah menginvestasikan sekitar Rp42 triliun dalam pembangunan smelter ini, yang diperkirakan akan menciptakan multiplier effect hingga Rp2 triliun.
Informasi ini diungkapkan oleh Harry Pancasakti, Vice President Government Relation & Smelter Technical Support PT Freeport Indonesia, dalam sebuah diskusi tentang ekonomi berkelanjutan bersama Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Gresik.Efek penggandaan ekonomi yang signifikan ini terutama terasa dalam sektor jasa.
Berbagai layanan seperti katering, transportasi karyawan, penginapan, jasa kebersihan, agen penyalur tenaga kerja, dan persediaan alat tulis kantor (ATK) diprediksi akan mengalami peningkatan signifikan. Data menunjukkan bahwa angka tersebut mencakup sekitar 1.600 kontrak dengan perusahaan kecil lokal di Gresik dan Jawa Timur, memberikan dorongan ekonomi yang kuat di tingkat lokal.
Dengan keberadaannya, smelter ini tidak hanya meningkatkan kapasitas industri dalam menghasilkan produk bernilai tambah tinggi, tetapi juga berpotensi meningkatkan pendapatan masyarakat secara keseluruhan.
Baca juga: Pedoman Media Siber
Proyek smelter tembaga yang digarap oleh PT Freeport Indonesia (PTFI) tidak hanya menjadi tonggak penting dalam pengembangan industri, tetapi juga memberikan kontribusi nyata terhadap penciptaan lapangan kerja baru. Hingga saat ini, proyek ini telah menyerap sekitar 40 ribu tenaga kerja, dengan 99% di antaranya adalah pekerja Indonesia.
Dari jumlah tersebut, sekitar 56% berasal dari Jawa Timur, mencerminkan dampak langsung terhadap kesejahteraan masyarakat setempat.Ketika smelter tembaga baru ini beroperasi secara penuh, diperkirakan akan menyerap setidaknya 1.500 orang tenaga kerja tambahan. Hal ini tidak hanya akan meningkatkan pendapatan masyarakat setempat, tetapi juga mempengaruhi perputaran ekonomi secara signifikan.
Keberadaan PTFI diharapkan akan menjadi daya tarik bagi industri turunan tembaga dan industri lainnya untuk berinvestasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik.Dengan adanya investasi tambahan dari industri turunan lain di sekitar kawasan industri tersebut. diharapkan akan meningkatkan kemampuan industri untuk menghasilkan produk dengan nilai tambah yang lebih tinggi. Selain itu, peningkatan pendapatan masyarakat lokal juga akan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di tingkat regional maupun nasional.
Penulis: Gwenetta Amelia Parastika
Mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan, Universitas Airlangga
Editor: Anita Said
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News