Penerapan Teknologi Kecerdasan Buatan (AI) pada Pertanian Terasering di Kota Batu

Sumber: istockphoto, karya: naihei.

Pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia, tak terkecuali Kota Batu, yang dikenal dengan kondisi geografisnya yang berbukit dan subur. Hal ini menjadikan Kota Batu cocok menggunakan teknik pertanian terasering. Pertanian terasering, yaitu teknik bertanam pada lahan berbukit dengan membangun petak-petak bertingkat, menjadi pilihan utama bagi petani untuk mengatasi masalah erosi dan memaksimalkan penggunaan lahan. Teknik ini memiliki potensi besar dalam mendukung ketahanan pangan dan ekonomi lokal. Namun, seperti halnya sektor pertanian lainnya, pertanian terasering juga dihadapkan pada sejumlah tantangan, seperti ketergantungan pada kondisi alam, keterbatasan tenaga kerja, serta perubahan iklim yang semakin tidak menentu.

Seiring berkembangnya teknologi, salah satu solusi yang dapat mengatasi tantangan tersebut adalah penerapan teknologi kecerdasan buatan (AI). Teknologi AI dapat membantu meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan keberlanjutan dalam pertanian terasering. Dalam tulisan ini, akan dibahas tentang penerapan teknologi AI pada pertanian terasering di Kota Batu, manfaatnya, serta tantangan yang dihadapi dalam implementasinya.

Kecerdasan buatan (AI) merujuk pada kemampuan mesin atau komputer untuk meniru kemampuan manusia dalam hal pengambilan keputusan, pembelajaran, dan pemecahan masalah. Dalam konteks pertanian, AI dapat digunakan untuk menganalisis data dalam jumlah besar dan kompleks guna memberikan rekomendasi yang lebih akurat dan efektif kepada petani. AI dapat membantu dalam memantau kondisi tanaman, memprediksi hasil panen, mengelola sumber daya alam, serta mengoptimalkan penggunaan input pertanian seperti air dan pupuk. Hal ini menjadikan AI sebagai alat yang sangat potensial dalam meningkatkan ketahanan dan keberlanjutan pertanian, termasuk pada sistem pertanian terasering yang diterapkan di Kota Batu.

Seperti yang dikatakan oleh Puspitawati, et al. (2021) dalam penelitiannya, “Penerapan teknologi AI dalam sektor pertanian dapat mendukung transformasi digital yang efisien dalam pengelolaan lahan, dengan mengurangi ketergantungan pada tenaga manusia serta mengoptimalkan penggunaan sumber daya alam yang terbatas.” Hal ini menunjukkan bahwa AI tidak hanya dapat meningkatkan efisiensi kerja petani, tetapi juga memberikan dampak positif bagi lingkungan dan keberlanjutan pertanian.

Bacaan Lainnya

Kota Batu memiliki topografi yang berbukit dengan banyak lahan terasering. Teknik ini memungkinkan petani untuk memanfaatkan lahan yang curam dengan membuat petak-petak bertingkat yang mengurangi risiko erosi dan meningkatkan penyerapan air. Namun, pengelolaan pertanian terasering membutuhkan perhatian khusus, mengingat sifatnya yang memerlukan pemantauan terus-menerus terhadap kesehatan tanaman dan kondisi lingkungan. Oleh karena itu, penerapan teknologi AI sangat penting untuk membantu petani dalam mengelola lahan terasering secara lebih efektif.

Salah satu tantangan utama dalam pertanian terasering adalah pengendalian hama dan penyakit yang dapat merusak tanaman. Dengan menggunakan drone dan sensor berbasis AI, petani dapat memantau tanaman secara lebih efisien. Teknologi ini memungkinkan deteksi dini terhadap masalah seperti serangan hama, penyakit, atau defisiensi nutrisi. Berdasarkan data yang diperoleh, AI dapat memberikan rekomendasi tindakan yang tepat, seperti penyemprotan pestisida yang terarah atau penggunaan pupuk yang lebih sesuai, mengurangi pemborosan bahan kimia, serta meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan.

Baca Juga: Inovasi Hijau untuk Masa Depan Pertanian Berkelanjutan

Menurut Hasibuan et al. (2022), “AI dalam bentuk drone dan sensor memberikan solusi yang cepat dan akurat dalam mendeteksi kondisi tanaman dan penyakit, sehingga dapat mencegah kerugian yang lebih besar.” Hal ini sangat penting di Kota Batu, di mana kondisi cuaca yang tidak menentu dapat memicu munculnya hama dan penyakit dengan cepat.

Pengelolaan air yang efisien adalah hal yang sangat penting dalam pertanian terasering. Di daerah berbukit seperti Kota Batu, pengairan yang tidak tepat dapat menyebabkan erosi dan pemborosan air. AI dapat digunakan untuk memonitor kelembaban tanah di setiap petak teras, sehingga petani dapat mengatur irigasi dengan lebih tepat. Dengan sistem irigasi yang terintegrasi dengan AI, petani dapat mengatur jumlah air yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan tanaman, mencegah kekeringan atau kelebihan air yang dapat merusak tanaman.

Wahyuni, et al. (2020) dalam penelitian mereka menyatakan bahwa “sistem irigasi berbasis AI dapat mengurangi penggunaan air hingga 30%, sekaligus meningkatkan efisiensi penggunaan air dalam pertanian.” Penerapan teknologi ini sangat relevan di Kota Batu, yang memiliki iklim yang cenderung berubah-ubah, dengan musim kemarau yang panjang dan curah hujan yang tinggi pada musim hujan.

Penggunaan pupuk yang tepat sangat penting dalam pertanian terasering untuk memastikan tanaman mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan tanpa merusak lingkungan. AI dapat membantu petani menentukan jenis pupuk yang sesuai dan jumlah yang tepat berdasarkan analisis kondisi tanah dan kebutuhan tanaman. Dengan menggunakan sensor dan analisis data berbasis AI, pemupukan dapat dilakukan secara lebih presisi, menghindari pemborosan pupuk, serta meningkatkan hasil pertanian.

Baca Juga: Hasil Bumi, Klik dan Dapatkan

Menurut Rahmawati dan Wulandari (2023), “Pemupukan berbasis AI memungkinkan petani untuk menghemat hingga 25% biaya pupuk, sambil tetap menjaga kualitas hasil pertanian.” Hal ini menjadi keuntungan besar bagi petani di Kota Batu, yang sering kali menghadapi keterbatasan dana untuk membeli pupuk.

Salah satu tantangan terbesar dalam pertanian adalah ketidakpastian hasil panen. AI dapat membantu petani untuk memprediksi hasil panen dengan lebih akurat berdasarkan analisis data tentang pola cuaca, kondisi tanah, serta pertumbuhan tanaman. Prediksi yang lebih akurat ini memungkinkan petani untuk merencanakan distribusi dan pemasaran hasil pertanian dengan lebih baik, sehingga mengurangi risiko kerugian akibat panen yang berlebihan atau kekurangan.

Iskandar et al. (2021) menyatakan, “AI dalam pertanian dapat meningkatkan akurasi prediksi hasil panen hingga 20%, memberikan keunggulan kompetitif bagi petani dalam merencanakan pasar dan distribusi hasil pertanian.”

Penerapan teknologi AI pada pertanian terasering di Kota Batu memberikan berbagai manfaat signifikan. Pertama, meningkatkan produktivitas pertanian dengan memberikan rekomendasi yang lebih tepat mengenai tindakan yang harus diambil untuk menjaga kesehatan tanaman dan mengoptimalkan hasil. Kedua, mengurangi pemborosan sumber daya seperti air, pupuk, dan pestisida. Penggunaan AI yang lebih presisi membantu menghemat biaya operasional serta menjaga keberlanjutan lingkungan. Ketiga, mendukung keberlanjutan pertanian dengan meminimalkan dampak negatif terhadap tanah dan ekosistem lokal. Teknologi ini memungkinkan petani untuk mengelola lahan dengan lebih baik, mengurangi erosi tanah, serta meningkatkan kualitas tanah dari waktu ke waktu.

Baca Juga: Air Cucian Beras untuk Pupuk Organik yang Ramah di Kantong

Meskipun memiliki potensi besar, penerapan teknologi AI dalam pertanian terasering di Kota Batu tidak tanpa tantangan. Salah satu hambatan utama adalah keterbatasan infrastruktur. Akses terhadap teknologi canggih, seperti internet yang stabil dan perangkat keras yang diperlukan untuk menerapkan AI, masih terbatas di beberapa daerah. Selain itu, keterampilan teknis petani juga menjadi tantangan, karena mereka perlu dilatih untuk mengoperasikan sistem AI dengan benar. Biaya awal yang tinggi juga dapat menjadi kendala, terutama bagi petani skala kecil yang memiliki anggaran terbatas.

Penerapan teknologi kecerdasan buatan (AI) pada pertanian terasering di Kota Batu memiliki potensi besar untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan keberlanjutan pertanian. Dengan memanfaatkan AI, petani dapat mengelola lahan dengan lebih efektif, memantau kesehatan tanaman, mengoptimalkan penggunaan sumber daya alam, dan memprediksi hasil panen secara akurat. Meskipun tantangan dalam hal infrastruktur, keterampilan, dan biaya masih ada, penerapan AI dapat menjadi solusi yang efektif untuk mengatasi masalah-masalah dalam pertanian terasering. Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat petani sangat diperlukan untuk memastikan implementasi teknologi ini dapat berjalan dengan sukses dan memberikan manfaat jangka panjang bagi pertanian di Kota Batu.

Penulis:

Ahmad Leo Aprillez Syaputra (NIM: 202410200110025)
Mahasiswa Agroteknologi Universitas Muhammadiyah Malang

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses