Pengaruh Kebijakan New Normal terhadap Sentimen Pasar IHSG dan Daya Beli Masyarakat

pasar ihsg
Foto: pixabay.com

Kebijakan new normal akhir-akhir ini sedang marak dibicarakan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Pemerintah Indonesia melalui juru bicara penanganan Covid-19, Achmad Yurianto mengatakan, masyarakat harus menjaga produktivitas di tengah menyebarnya pandemi Covid-19 dengan tatanan baru yang disebut new normal.

New normal adalah kebijakan yang menganjurkan masyarakat Indonesia melakukan aktivitas seperti semula. Namun, dengan kebiasaan yang baru yang membudayakan hidup bersih, sehat, dan tetap menerapkan protokol kesehatan sebagaimana yang telah disosialisasikan oleh Pemerintah Indonesia.

Indonesia bersiap menjalankan era normal yang baru atau new normal di tengah wabah Covid-19 ini. Hal tersebut diharapkan akan menjadi solusi yang baik untuk menggerakkan kembali kegiatan perekonomian Indonesia yang laju pertumbuhannya sempat terpuruk di Kuartal 1-2000, yaitu hanya 2,97% yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS). Lantas apakah new normal dapat meningkatkan kembali pertumbuhan ekonomi di Indonesia?

Bacaan Lainnya
DONASI

Pada kesempatan kali ini, penulis akan mencoba menganalisa bagaimana pengaruh new normal terhadap stabilitas ekonomi Indonesia dengan beberapa instrumen.

Kita mencoba lirik ke IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) dengan adanya sentimen pasar Covid-19, terjadi penurunan harga saham secara fundamental yang menimpa para investor di Indonesia. Jika angka positif atau kematian yang tiap harinya menunjukkan peningkatan yang drastis, maka ini akan berakibat pada menurunnya harga saham sehingga banyak saham yang harus dijual dengan harga yang undervalue.

Kita tidak tahu kedepan apa yang akan membentuk sentimen pasar menjadi positif sehingga meningkatkan harga saham, apakah dengan melakukan aktivitas seperti biasa akan meningkatkan daya beli masyarakat? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penulis mencoba untuk berspekulasi dengan menggunakan data eskalasi tingkat infeksi serta kematian akibat covid-19.

Dari tanggal 26 hingga 28 Mei-2020 menunjukkan angka positif terinfeksi covid-19 meningkat 1.373 yang mulanya berada di angka 23.165 menjadi 24.538. Dalam jangka waktu dua hari menunjukkan peningkatan yang drastis ini menunjukkan ketidakefektifan pemerintah dalam memformulasikan kebijakan penanganan Covid-19.

Peningkatan angka positif terinfeksi Covid-19 ini mengakibatkan hilangnya kepercayaan investor terhadap pasar. Adapun yang lebih membingungkan lagi, yaitu semua negara juga masih dalam penanganan Covid-19. Peningkatan angka positif setiap harinya meningkat signifikan di mana hal tersebut juga membuat para investor menarik dolar dalam bentuk cash.

Mereka tidak tahu mau dikemanakan uang tersebut karena sentimen pasar yang buruk pada saat ini. Contohnya, seorang investor ulung Warren Buffet yang menarik dolar dari beberapa perusahaan penerbangan yang tidak tahu akan diinvestasikan kemana uangnya tersebut.

Warren Buffet biasanya suka membeli saham di pasar modal yang harganya undervalued kemudian melakukan restrukturisasi dan mengambil keuntungan sebesar mungkin. Akan tetapi, berbeda dengan keadaan sekarang ini, hampir seluruh pasar saham negara dunia berada pada kisaran harga undervalued, tetapi tak menarik perhatian investor ulung tersebut.

Selanjutnya kita beralih pandangan ke UMKM, adapun kemungkinan dampak positif akan terjadi pada UMKM.

Diterapkannya kebijakan New Normal akan meningkatkan daya beli masyarakat karena aktivitas sudah dilakukan seperti biasa dengan catatan tetap mematuhi protokol kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah. Mungkin peningkatan daya beli ini hanya berlaku di pasar domestik saja. Sementara para eksportir Indonesia memproduksi barang hanya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia saja dikarenakan masih ada keraguan para importir untuk mengimpor barang dari Indonesia yang menyangkut soal sanitasi di tengah pandemi ini.

Sekarang, di tengah wabah ini, semua konsumen mengutamakan sanitasi dari barangnya tidak hanya pada kualitas produk tersebut. Para produsen juga harus menyiapkan serangkaian master plan untuk mengembalikan kepercayaan konsumen terhadap produknya. Dengan meningkatkan pengawasan terhadap produksi barang, setiap karyawan mematuhi protokol kesehatan dengan menggunakan APD saat bekerja, serta menjaga jarak dengan para konsumen adalah langkah awal untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada produsen.

Ariza Damara Rizki
Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Syiah Kuala, Aceh

Editor: Diana Intan Pratiwi

Baca juga:
Menyikapi Pro Kontra “New Normal” di Kalangan Masyarakat Indonesia
‘‘New Normal’’ Kuliah Masuk? Beberapa Kejadian yang Jarang Ditemui Saat Kuliah Tatap Muka!
New Normal di Indonesia Dituding Mirip dengan Herd Immunity?

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI