Anemia tidak hanya terjadi pada orang dewasa saja tetapi pada usia remaja banyak sekali penyakit yang disebabkan oleh anemia, yaitu di usia 10-19 tahun, merupakan transisi dari masa anak ke masa dewasa, ditandai sejumlah perubahan yaitu berupa biologis, kognitif, dan emosional.
Anemia didefinisikan sebagai suatu keadaan hemoglobin (HB) di dalam darah lebih rendah daripada nilai-nilai normal untuk kelompok orang menurut umur dan jenis kelamin. Hemoglobin normal untuk remaja adalah 12 gr/dL. Anemia merupakan masalah gizi yang paling umum dijumpai di Indonesia.
Anemia ditandai dengan gejala seseorang menjadi lemah, letih, lesu, pucat dan tidak bergairah. Saat mengalami anemia berat, anak remaja bisa mengalami tanda dan gejala lainnya, seperti mengalami sesak napas, tangan dan kaki bengkak, pusing disertai sakit kepala, mengalami sindrom kaki gelisah. Para penderitanya terbukti memiliki produktivitas belajar serta tingkat kecerdasan yang lebih rendah dibandingkan dengan remaja yang bukan penderita.
Penyebab Anemia
Apa saja penyebab anemia pada remaja?
Mari kita ketahui berbagai penyebab anemia yang sering dialami oleh remaja:
1. Kekurangan asupan zat besi
Penyebab paling umum dari anemia adalah ketika remaja kekurangan zat besi baik dari makanan maupun suplemen. Perlu diketahui bahwa kebutuhan zat besi dimasa remaja adalah sekitar 8mg hingga 15mg setiap harinya.
2. Anemia karena pendarahan
Hal ini terjadi karena pendarahan yang diakibatkan oleh cedera, menstruasi yang cukup berat, gangguan pencernaan, hingga masalah kesehatan lainnya. Maka dari itu anemia sering terjadi pada remaja perempuan karena setiap bulannya mengalami menstruasi.
Baca Juga: Perkembangan Gizi Anak pada Masa Pandemi di Indonesia
3. Produksi sel darah merah terlalu lambat
Anemia aplastik, saat tubuh berhenti membuat sel darah merah karena infeksi atau penyakit. Kekurangan vitamin B12 dari makanan, suplemen, hingga tubuh yang tidak bisa menyerap vitamin.
4. Sel darah yang rusak
Hal ini merupakan kondisi disebut sebagai anemia hemolitik. Yang disebabkan adanya kelainan sel darah merah karena faktor keturunan. Sebagai contoh anemia sel sabit dan talasemia.
Remaja Putri Lebih Berisiko Mengalami anemia karena remaja putri sudah mengalami menstruasi setiap bulannya. Menstruasi menyebabkan hilangnya sel darah merah dari dalam tubuh.
Berikut faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko pada remaja putri karena anemia:
- Mengalami pendarahan menstruasi berlebihan
- Memiliki aktivitas fisik yang cukup tinggi
- Menjalani diet vegetarian
- Obesitas
Oleh karena itu, pengobatan anemia sangat disarankan pada penyebabnya.
Baca Juga: Ini Manfaat Besar Biji Kurma, Jangan Buang Bijinya
Cara Mengatasi Anemia
Mari kita ketahui cara mengatasi anemia pada remaja. Berikut ini cara-cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi anemia pada remaja:
1. Memperbanyak makan yang kaya akan zat besi
Zat besi merupakan komponen utama dalam pembentukan sel darah merah. Dengan mengonsumsi makanan yang kaya akan zat besi, dengan sendirinya kondisi anemia bisa dihindari. Makanan yang kaya akan zat besi, seperti:
- Daging tanpa lemak, unggas, dan ikan
- Sereal, roti dan pasta yang diperkaya zat besi
- Sayuran hijau, seperti bayam dan brokoli
- Kacang-kacangan, seperti kacang polong
- Buah-buahan kering seperti, kurma, aprikot, kismis, delima
- Biji-bijian utuh, seperti beras merah
- Telur
2. Mengonsumsi suplemen penambah darah
Anemia banyak dideritai oleh remaja putri karena siklus atau menstruasi yang dialami setiap bulannya.
Minum suplemen tambah darah atau penambah zat besi seperti sangobion, hati sakatonik yang ada di apotek.
Baca Juga: Manfaat Landak Laut bagi Kesehatan dan Kaitannya dalam Bidang Kefarmasian
3. Mengonsumsi makanan yang kaya akan vitamin C
Tidak hanya makan yang kaya zat besi saja, namun makanan yang mengandung vitamin C juga wajib dikonsumsi, karena vitamin C dapat membantu tubuh untuk bisa menyerap zat besi dengan lebih baik. Apa saja sih contoh makanannya, yaitu cabai, tomat, buah beri, kiwi, dan jeruk.
4. Berobat ke dokter
Apabila merasakan tanda dan gejala anemia tidak kunjung mereda, padalah sudah mengonsumsi makan kaya zat besi, serta sudah mengonsumsi vitamin, serta mengonsumsi suplemen penambah darah. Ada baiknya penderita mengonsultasikan pada dokter.
Nah itulah gejala dan cara mengatasi anemia pada remaja. Semoga informasi dapat membantu para remaja yang mengalami anemia.
Ni’ma Ghida Alfaz
Mahasiswa Falkultas Ilmu Kesehatan dan Teknologi
Universitas Binawan
Editor: Diana Pratiwi
Referensi
Adriani, M., & Wijatmadi, B. (2012). Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: PT Fajar Interpratma Mandiri.
Indaratanti, D., & Kartini, A. (2014). Hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri. nutrition college.