Penyebab Kasus Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang dalam Teori Psikologi

Kasus Pembunuhan Ibu Anak

Kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang, Jawa Barat sudah empat bulan berlalu masih belum terungkap. Tewas pada tanggal 18 Agustus 2021 berlokasi di Ciseuti, Jalancagak Subang. Ditemukan tewas dibagasi mobil Alphard yang terparkir di halaman rumah korban. Secara forensik, data yang dikumpulkan sudah tuntas dan lengkap. Ada puluhan DNA yang didapat dari lokasi dan sekitarnya, hanya saja perlu dicocokkan dengan barang bukti lain di tempat kejadian perkara (TKP).

Pada kasus ini cukup lama untuk menemukan buktinya, karena ada kekacauan di TKP yang kondisinya terkontaminasi dengan banyaknya orang yang keluar masuk tanpa diketahui penyidik, jadi pemeriksaan harus di cek berulang kali. Sampai hari kamis tanggal 2 Desember 2021 kemarin, polisi masih belum dapat mengungkapkan siapa pembunuh ibu dan anak.

Kriminolog Universitas Budi Luhur Nadia Utami Larasati mengatakan, pembunuhan ini termasuk ke dalam pembunuhan terencana karena pelaku secara matang perbuatan kejinya. Hal itu terlihat dari aksi kriminalnya yang sukses menghilangkan jejak.

Bacaan Lainnya

Baca Juga: Sudut Pandang Psikologi Kognitif: Kasus Video Asusila Siskaeee Berkaitan dengan Trauma Masa Lalu

“Kalau kita lihat di mana (kasus pembunuhan ibu dan anak) di Subang ini, saya pikir sudah direncanakan dengan matang. (Pelaku) menghilangkan jejak-jejak kejahatan,” kata Nadia dalam Bedah Kriminal Tabir gelap kasus pembunuhan Subang yang disiarkan langsung di Instagram Sindonews, Rabu (1/12/2021).

Nadia menyatakan, melihat korban dalam kasus itu, pelaku sangat mungkin dari orang terdekat korban. Konflik, patut diduga menjadi pemicu aksi kejahatan yang menyebabkan kematian.

Namun ada dugaan yang sebenarnya sudah diketahui siapa pelaku pembunuhan ibu dan anak. Walaupun berbagai indikasi terkait pelaku kasus ini, kemungkinan kenal dekat dengan korban, tetapi polisi sampai saat ini belum mengungkapkan dan menangkap pembunuhnya.  

Polisi tampaknya masih berupaya mengungkapkan siapa dalang kasus pembunuhan ini untuk meyakinkan siapa orangnya. Dalam pencaharian dalang dibalik pembunuhan ini akan terdiri dari dalang, pelaku, orang yang membantu, dan orang yang mengetahui. Lalu dalam kasus ini juga upaya memilah mana framing dan bukan.

Baca Juga: Analisa Psikologi Kognitif: Mahasiswi Bunuh Diri di Makam Ayahnya usai Hamil Dipaksa Aborsi oleh Pacarnya

Berdasarkan teori psikologi kognitif, kasus ini berkaitan dengan teori dari Anderson mengemukakan bahwa penyebab munculnya perilaku agresif adalah situasi yang tidak menyenangkan atau mengganggu juga adanya faktor individual dan situasional yang dapat saling berinteraksi mempengaruhi kondisi internal seseorang.

Perilaku agresif yang sulit dikendalikan muncul pada diri manusia akibat rendahnya rasa toleransi dalam mengatasi kekecewaan dan kemarahan yang ditimbulkan oleh konflik dengan orang lain. Sikap tidak mudah memaafkan menjadi penyebab rendahnya toleransi, hal tersebut yang mendorong munculnya agresivitas kepada orang lain.

Terdapat keterkaitan antara aspek kognitif, afektif, dan arousal yang bereaksi dan berproses terhadap stimulus yang ada dan memunculkan perasaan negative, serta adanya peran proses kognitif dalam menentukan perilaku yang dimunculkan. Perilaku agresif tidak hanya dipicu oleh kejadian-kejadian dilingkungan luar individu, namun juga memunculkan dari bagaimana kejadian tersebut diterima dan diproses secara kognitif.

Selain perilaku agresivitas yang tinggi pada manusia, pola asuh menjadi salah satu faktor pemicu munculnya rasa agresivitas pada diri manusia yang sulit untuk dikendalikan. Penyelesaian konflik yang ditanamkan pada anak sejak kecil dapat dilihat dari kebiasaan orang tua dalam merespons anaknya yang sedang berkelahi dengan teman atau saudaranya.

Baca Juga: Anak Serahkan Ibunya ke Panti Jompo karena Sibuk Berhubungan dengan Teori Kognitif

Tak sedikit orang tua yang memarahi anaknya atau mengejek anaknya lemah ketika pulang dalam ke rumah dalam kondisi menangis. Perkataan dari orang tua yang menyudutkan dan menganggapkannya lemah akan direkam oleh anak yang akan mendorong perilaku agresif ketika dihadapkan pada situasi konflik.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya tindak kejahatan pembunuhan baik berencana ataupun tidak, untuk mengetahui motifnya tidak dapat dipisahkan dari perspektif psikologis sebab segala tingkah laku yang ditampilkan manusia didorong oleh kondisi psikologisnya saat itu. Agresivitas yang sulit untuk dikendalikan yang menjadi penggerak tindakan pembunuhan dengan beragam latar belakang permasalahan.

Destria Rafika Wulandari
Mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Editor: Diana Pratiwi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI