Perbaiki Gaya Hidup: Cara untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Penderita Diabetes Melitus

Opini
Ilustrasi: Istockphoto

Hampir semua orang pernah mendengar tentang Diabetes Melitus. Dan tak jarang kita juga mendengar mitos-mitos tentang penyakit itu di dalam masyarakat. Tapi, apa sebetulnya penyakit diabetes? Apa penyebabnya?

Beberapa dekade terakhir ini tampak tendensi angka kejadian dan prevalensi Diabetes Melitus (DM) tipe 2 yang meningkat drastis di berbagai penjuru dunia.

Menurut data yang dilansir oleh International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan, prediksi sepuluh tahun lalu, bahwa jumlah diabetes akan mencapai 350 juta pada tahun 2025, ternyata sudah jauh terlampaui, dikarenakan kecenderungan peningkatan sekitar 210 juta orang dari jumlah penyandang diabetes tahun 2013 lalu yaitu sebanyak 382 juta orang.

Bacaan Lainnya

Baca Juga: Diabetes: Pengertian, Penyebab, Faktor Risiko, Gejala, Diagnosis dan Pengobatan

Bahkan kini usia penderita Diabetes Melitus semakin muda, 1 dari 5 penderita diabetes masih berumur dibawah 40 tahun dengan jumlah sebanyak 1.671.000 orang, sedangkan sisanya berusia 40 hingga 59 tahun dengan jumlah sebanyak 4.651.000 orang.

Kelompok yang terakhir terdiri dari penderita berusia 60 hingga 79 tahun berjumlah sekitar 2 jutaan orang.  

Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan kadar glukosa darah (gula darah) melebihi normal yaitu kadar gula darah sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl, dan kadar gula darah puasa di atas atau sama dengan 126 mg/dl.  

Diabetes Melitus dikenal sebagai silent killer karena sering tidak disadari oleh penyandangnya dan dapat menyerang hampir seluruh sistem tubuh manusia, mulai dari kulit sampai jantung yang menimbulkan komplikasi. 

Oleh karena itu Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit mendunia yang memerlukan penanganan serius, salah satunya dengan perencanaan perilaku pengendalian DM yang optimal. Penumpukan kadar gula dalam darah merupakan salah satu penyebab terjadinya DM.

Untuk dapat mengendalikan kadar gula darah dengan baik dan mencegah terjadinya komplikasi maka perlu mengetahui penyebab dari kadar gula darah yang tidak terkendali tersebut dengan melihat bagaimana perilaku penderita DM dalam mengendalikan kadar gula darah.

Karena DM adalah penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup, maka berhasil tidaknya pengendalian DM sangat tergantung dari pasien itu sendiri dalam mengubah perilakunya.

Perilaku pengendalian DM meliputi perilaku konsumsi obat diabetes, latihan jasmani (aktivitas fisik), pengaturan makanan, kualitas tidur yang baik, dan pengecekan berkala glukosa darah.

Pola Makan

Salah satu faktor risiko utama yang mempengaruhi terjadinya Diabetes Melitus (DM) adalah pola makan yang tidak sehat, di mana mereka cenderung terus-menerus mengkonsumsi karbohidrat dan makanan sumber glukosa secara berlebihan, sehingga dapat menaikan kadar glukosa darah sehingga perlu adanya pengaturan diet bagi pasien DM dalam mengkonsumsi makanan dan diterapkan dalam kebiasaan makan sehari-hari sesuai kebutuhan tubuh.

Pengaturan pola makan yang dilakukan dengan cara mengurangi porsi atau jumlah makanan yang dikonsumsi dan memperbanyak konsumsi sayuran serta mengurangi konsumsi makanan berlemak, gorengan, menghindari makanan dan minuman yang manis dan bersoda.

Baca Juga: Mengenal Diabetes Mellitus: Gejala, Ciri-Ciri, Penyebab dan Pengobatan

Kepatuhan Minum Obat

Salah satu faktor yang berperan dalam kegagalan pengontrolan glukosa darah pasien DM adalah ketidakpatuhan pasien terhadap pengobatan.

Tingkat kepatuhan merupakan penilaian terhadap pasien yang digunakan untuk mengetahui apakah seorang pasien telah mengikuti aturan penggunaan obat dalam menjalani terapi.

Pasien DM yang tidak patuh terhadap pengobatannya akan mengakibatkan rendahnya kemampuan pankreas untuk mensekresi insulin dan tingkat sensitivitas reseptor insulin akan menurun, sehingga berpengaruh terhadap kadar gula darah pasien DM. 

Kepatuhan penderita DM dalam mengkonsumsi obat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti usia, pendidikan, pekerjaan, informasi, motivasi, dan adanya dukungan dari anggota keluarga

Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan energi. Kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kronis dan secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan kematian secara global.

Terdapat perbedaan rata-rata kadar gula darah pasien DM berdasarkan aktivitas fisik, atau dengan kata lain aktivitas fisik mempengaruhi kadar gula darah pada penderita DM.

Aktivitas fisik secara langsung berhubungan dengan kecepatan pemulihan gula darah otot. Saat aktivitas fisik dilakukan, otot-otot di dalam tubuh akan bereaksi dengan menggunakan glukosa yang disimpannya sehingga glukosa yang tersimpan akan berkurang.

Dalam keadaan tersebut akan terdapat reaksi otot yang mana otot akan mengambil glukosa di dalam darah sehingga glukosa di dalam darah menurun dan hal tersebut dapat meningkatkan kontrol gula darah.

Pasien DM dianjurkan untuk berolahraga setidaknya dilakukan seminggu sekali seperti senam lansia, aerobik, yaitu kegiatan fisik yang berirama teratur atau melakukan olahraga secara mandiri seperti jalan pagi selama 30 menit dan bersepeda.

Olahraga teratur bisa membakar kalori dalam tubuh. Selain menurunkan berat badan, olahraga juga menurunkan lemak dan glukosa darah, memperbaiki resistensi insulin, memperbaiki peredaran darah, serta membuat tekanan darah menjadi stabil.

Olahraga sebaiknya dilakukan secara teratur 3–5 kali per minggu dengan total durasi 150 menit dengan intensitas sedang.

Kontraksi otot dan pelebaran pada saat latihan merangsang kelenjar pankreas, sehingga relaksasi, pernapasan dalam, lentur, dan liku-liku dari tulang belakang di mana pankreas berada, secara langsung merangsang sel pankreas, sehingga meningkatkan sekresi insulin.

Baca Juga: Fisioterapi Bisa Menangani Diabetes Mellitus loh, Simak Beberapa Jenis Olahraga dan Latihannya

Kualitas Tidur

Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala, dan sering menguap atau mengantuk.

Terdapat perbedaan rata-rata kadar gula darah pasien DM berdasarkan pemeriksaan kadar gula darah, antara pasien DM yang memiliki kualitas tidur baik dengan yang kualitas tidurnya kurang. Karena, kehilangan tidur dapat mempengaruhi keterlibatan hormon pada pengaturan nafsu makan.

Setelah terjadi pembatasan tidur, kadar leptin yang merupakan faktor yang membuat seseorang menjadi kenyang menurun dan kadar ghrelin yang merupakan stimulasi nafsu makan menjadi meningkat. Waktu tidur yang menjadi sedikit juga meningkatkan kesempatan seseorang untuk makan.

Sehingga kehilangan tidur akan meningkatkan nafsu makan dan meningkatkan intake makan yang dapat mengakibatkan obesitas dan meningkatnya kadar glukosa darah.

Selain hal yang diuraikan di atas, kebiasaan merokok juga dapat memperburuk penyakit diabetes. Nikotin, yang diketahui sebagai bahan aktif utama pada tembakau sebagai bahan rokok, bertanggung jawab terhadap risiko penyakit DM tipe 2.

Pengaruh nikotin terhadap insulin di antaranya menyebabkan pelepasan insulin akibat aktivasi hormon ketokolamin, sehingga menimbulkan pengaruh negatif pada kerja insulin, gangguan pada sel beta pankreas, dan perkembangan ke arah resistensi insulin.

Merokok adalah salah satu risiko timbulnya gangguan kardiovaskular. Meskipun merokok tidak berkaitan langsung dengan timbulnya intoleransi glukosa, tetapi merokok dapat memperberat komplikasi kardiovaskular dari intoleransi glukosa dan Diabetes Melitus tipe 2.

Penutup

Pada dasarnya kepatuhan pasien penderita DM dalam melaksanakan diet DM akan sangat mempengaruhi keberhasilan pengendalian kadar gula darah, tergantung pada penderita DM yang memiliki pengetahuan yang cukup dan kemudian mampu mengubah sikapnya dengan disiplin, dengan memperhatikan pola makan, kepatuhan minum obat, rutin melakukan aktivitas fisik, serta memiliki kualitas tidur yang baik, dapat mencegah komplikasi agar memiliki kehidupan yang lebih sejahtera, sehat, dan berkualitas. 

Meskipun tidaklah mudah menilai tingkat kepatuhan penderita dalam mengikuti anjuran dokter untuk dapat mengendalikan kadar glukosa darah, karena pasti akan timbul kejenuhan bagi pasien DM karena menu yang dikonsumsi serba dibatasi sehingga diperlukan adanya motivasi bagi pasien untuk dapat mengontrol glukosa darah. 

Maka dari itu, pelaksanaan diet Diabetes Melitus sangat dipengaruhi oleh adanya dukungan dari keluarga.

Baca Juga: Daun Handeleum Bisa Menjadi Obat Diabetes, Kok Bisa? Yuk Simak Penjelasannya!

Jika dukungan keluarga tidak ada, maka pasien Diabetes Melitus akan tidak patuh dalam pelaksanaan diet, sehingga penyakit Diabetes Melitus tidak terkendali dan terjadi komplikasi yaitu penyakit jantung, ginjal, kebutaan, ateroskleorosis, bahkan sebagian tubuh dapat diamputasi.

Dan apabila dukungan keluarga baik maka pasien Diabetes Melitus akan patuh dalam pelaksanaan diet, sehingga penyakit Diabetes Melitus dapat terkendali.

Penulis: Eka Maulida Novriant, A.M.G., S.K.M.
Mahasiswa Gizi dan Dietetika Poltekkes Kemenkes Banjarmasin  

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI