Di era digital ini, kita hidup dalam siklus fear of missing out (FOMO) yang tidak ada habisnya.
Setiap hari ada tren baru, mulai dari filter viral di TikTok, drama seleb yang bikin heboh, sampai gosip tentang perselingkuhan yang tidak ada habisnya.
Tapi di tengah semua itu, seberapa banyak dari kita yang benar-benar update soal kebijakan negara sendiri?
Kita bisa ribut soal konser artis internasional yang batal, tapi tidak peduli ketika ada undang-undang baru yang berdampak langsung ke kehidupan kita.
Kita bisa debat habis-habisan soal “which K-pop group is the best,” tapi tidak paham hak kita sebagai warga negara.
Baca Juga:Kewarganegaraan di Era Digital: Relevansi Pendidikan PPKn untuk Generasi Muda
Nah, di sinilah letak urgensi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), bukan hanya sekadar pelajaran hafalan buat lulus, tetapi sebagai life skill yang harusnya kita kuasai supaya tidak menjadi generasi yang pintar, tapi gampang dibodohi sistem.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan: Antara Formalitas dan Realitas
Jujur saja, banyak mahasiswa yang menganggap PPKn itu hanya “mata kuliah pelengkap” yang penting mendapat nilai bagus, lalu dilupakan begitu saja.
Materinya terasa jauh dari kehidupan sehari-hari, disampaikan dengan cara yang kaku, dan sering kali hanya menjadi ajang hafalan panjang tentang norma hukum, demokrasi, atau nilai-nilai Pancasila.
Padahal, kalau diajarkan dengan cara yang relevan, PPKn justru bisa jadi game changer untuk generasi kita.
Di dunia yang serba digital ini, tantangan kebangsaan makin kompleks. Polarisasi politik makin tajam, hoaks makin banyak, dan sikap apatis terhadap kebijakan negara makin tinggi.
Banyak yang mengaku “melek politik” hanya karena sering scroll berita viral, padahal belum tentu paham konteksnya.
Ini bukti bahwa pendidikan kewarganegaraan harus lebih dari sekadar teori, harus ada real impact dalam kehidupan kita sebagai warga negara yang aktif.
Warga Negara Harus Melek, Bukan Cuma Scroll!
Di era digital, informasi datang tanpa henti. Setiap hari, kita disuguhi berita tentang kebijakan pemerintah, konflik global, dan perubahan sosial.
Ada berita, ada hoaks. Ada opini cerdas, ada yang hanya nyebarin kebencian. Nah, tanpa pemahaman kewarganegaraan yang baik, kita bisa gampang terjebak dalam arus informasi yang salah.
Maka dari itu, being smart itu bukan hanya soal akademik atau keahlian kerja, tetapi juga soal bisa memilah mana yang fakta, mana yang hoaks.
Di situlah pentingnya pendidikan kewarganegaraan yang lebih adaptif.
Pendidikan Kewarganegaraan harus bisa membekali kita dengan keterampilan berpikir kritis, memilah informasi, memahami regulasi negara, serta membangun empati terhadap berbagai isu sosial.
Baca Juga: Anak Muda Penentu Arah Politik Masa Depan
Jangan sampai kita menjadi generasi yang hanya sibuk scrolling, tapi tidak mengerti cara membela hak kita sendiri ketika dibutuhkan.
Bukan Cuma Hafalan, tapi Survival Skill di Dunia Nyata
Ada anggapan bahwa PPKn tidak terlalu relevan untuk karier di masa depan. Padahal, kalau kita pikir lagi, hampir semua bidang butuh pemahaman tentang hukum, hak dan kewajiban, serta etika sosial.
Sering ‘kan dengar orang bilang, “PPKn buat apa sih? Gak ada hubungannya sama kerjaan nanti!” Well, kalau kamu mau jadi pebisnis, kamu harus ngerti hukum dagang dan pajak.
Kalau mau kerja di perusahaan internasional, kamu harus ngerti hukum ketenagakerjaan dan hak pekerja. Kalau mau jadi content creator, kamu juga harus tahu etika digital biar gak kena UU ITE.
Bahkan, kalau kamu hanya ingin hidup santai di negara ini tanpa memikirkan karier besar, tetap saja kamu butuh pemahaman tentang kewarganegaraan.
Kenapa? Karena tanpa kesadaran akan hak dan kewajiban kita, kita bisa saja menjadi korban kebijakan yang tidak adil atau regulasi yang merugikan tanpa bisa membela diri.
Baca Juga: Guru sebagai Agen Transformatif dalam Pendidikan Kewarganegaraan Global
Singkatnya, PPKn itu bukan sekadar teori di buku, tapi skill bertahan hidup di dunia nyata. Kalau kita bisa hafal semua karakter di One Piece, harusnya kita juga bisa paham dasar-dasar hukum negara sendiri, ‘kan?
Saatnya PPKn Di-revamp: Belajar Jadi Seru, Bukan Pelajaran yang Kaku
Kenyataannya, cara penyampaian PPKn masih banyak yang terlalu formal dan kurang engaging. Kalau masih mengandalkan model hafalan dan ceramah panjang, jangan heran kalau mahasiswa cenderung tidak peduli.
Beberapa pendekatan yang bisa bikin PPKn lebih relatable untuk generasi kita:
Bahas Isu yang Lagi Viral
Diskusi tentang UU ITE, pajak untuk content creator, atau regulasi bisnis start-up biar mahasiswa bisa melihat relevansi PPKn dengan dunia mereka.
Debat Interaktif
Membuat simulasi debat soal kebijakan publik atau kasus hukum agar mahasiswa terbiasa berpikir kritis dan melihat berbagai sudut pandang.
Studi Kasus Nyata
Bukan hanya teori, tetapi juga belajar dari kasus konkret tentang hukum, demokrasi, dan hak asasi manusia di Indonesia.
Baca Juga: Pentingnya Pendidikan Pancasila bagi Anak Usia Dini
Pemanfaatan Media Digital
Menggunakan platform online, seperti TikTok, podcast, atau YouTube edukatif untuk menjelaskan materi dengan cara yang lebih engaging dan relatable.
Jangan Sampai Kita Jadi Generasi Pintar, tapi Apatis
Mau sepintar apapun kita di bidang akademik atau kerjaan, kalau kita buta soal hak dan kewajiban sebagai warga negara, kita akan mudah dibodohi sistem.
Jangan sampai kita menjadi generasi yang tahu semua soal dunia luar, tapi clueless soal bangsa sendiri.
Jadi, next time ketika kita sibuk mengejar tren terkini, jangan lupakan juga untuk mengejar wawasan tentang negara kita.
Karena menjadi warga negara yang cerdas itu lebih keren daripada sekadar menjadi yang paling update soal tren!
Penulis: Uswah Ahsanu Amala
Mahasiswa Prodi Manajemen, Universitas Negeri Yogyakarta
Editor: Siti Sajidah El-Zahra
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News