Resensi Buku The Alpha Girl’s Guide Karya Henry Manampiring

Resensi Buku
Dokumentasi Penulis.

Perempuan alpha adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perempuan yang memiliki kepribadian kuat, percaya diri, dan mandiri. Perempuan alpha biasanya memiliki tujuan yang jelas dan berusaha untuk mencapainya. Mereka juga memiliki kemampuan untuk mengelola emosi dan stres dengan baik.

Namun, perlu diingat bahwa istilah “perempuan alpha” tidak harus diartikan sebagai perempuan yang agresif atau dominan. Sebaliknya, perempuan alpha adalah perempuan yang memiliki kepribadian kuat dan percaya diri, namun tetap memiliki empati dan kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain.

Salah satu buku yang menarik untuk dibahas tentang perempuan alpha adalah The Alpha Girl’s Guide Karya Henry Manampiring.

Bacaan Lainnya

Judul           : The Alpha Girl’s Guide: Menjadi Cewek Smart, Independen, dan Anti-Galau

Penulis        : Henry Manampiring

Penerbit      : GagasMedia, Edisi Kedua, Cetakan ke-25, 2023

Halaman     : 260 halaman

Baca Juga: Dua Kombo Obat Anti Galau: Psikologi Positif dan Filsafat Stoisisme

Buku pengembangan diri ini pertama kali terbit pada 2019 dan menjadi salah satu buku mega best seller milik Henry Manampiring yang terkenal dengan buku lainnya yaitu Filosofi Teras.

Namun buku The Alpha Girl’s Guide ini banyak mendapat pro dan kontra dari beberapa pecinta buku karena judulnya yaitu Girl’s Guide namun penulisnya adalah seorang laki-laki, saya kadang menemukan pendapat dari komunitas pecinta buku di platform X yang mengatakan bahwa penulis–Henry-tidak sepatutnya mengarahkan bagaimana perempuan bersikap, berpikir, memutuskan suatu hal, karena sebagai lelaki, penulis tidak paham benar dengan apa yang dikatakannya mengenai perempuan, apalagi kata guide yang artinya petunjuk, menggambarkan segala sesuatu untuk perempuan memiliki peraturan padahal seharusnya di era yang modern seperti sekarang, perempuan sudah tidak lagi terkukung oleh peraturan yang membatasi geraknya, apalagi peraturan itu diciptakan/ dibentuk oleh seorang lelaki.

Saya sekonyong-konyong tidak menelan mentah setiap pro dan kontra tentang buku ini, namun alangkah baiknya ambil hikmah yang bisa kamu dapatkan dan buang jika kau rasa tidak sesuai dengan prinsip idealismemu.

Menurut saya, perlu hendaknya ada pandangan yang berbeda tentang ‘feminisme’ atau perempuan, feminisme tidak akan koheren dan berkembang jika hanya perempuan yang boleh mengemukakan pendapat tentang dirinya sendiri, perlu juga ada opini dari laki-laki tentang bagaimana laki-laki memandang perempuan, lebih jauh lagi feminisme.

Hidup dengan aturan itu perlu, petunjuk bagi perempuan itu harus, kita hidup di negara yang menjunjung tinggi norma (bukan liberal), aturan hadir untuk menciptakan hidup masyarakat yang sesuai pada norma, menjadi bebas bagi perempuan tidak harus terkukung, norma yang ada untuk melindungi, terlepas dari siapa yang menciptakan norma itu.

Penulis di sini tidak mengemukakan hanya pendapatnya sendiri, penulis bereferensi pada banyak perempuan di sekitarnya yang ia anggap merupakan seorang Alpha Female, selain itu, penulis juga aktif bertelekonferen dengan banyak perempuan di media Ask.fm untuk membantu menjabarkan tentang Alpha Girl’s.

Baca Juga: Kenakalan Remaja dan Penentuan Jati Diri

Buku ini memuat 9 bab: Bab 1 Apa itu Alpha Female?; Bab 2 The Alpha Student; Bab 3 The Alpha Friend; Bab 4 The Alpha Lover; Bab 5 The Alpha Professional; Bab 6 The Alpha Look; Bab 7 The Alpha Care; Bab 8 Meet The Alpha Female; Bab 9 Your Alpha Future.

Pada bab pertama, penulis menjabarkan pengertian tentang Alpha Female, yaitu para perempuan dewasa yang independen dan inspiratif. Kenapa penulis menggunakan narasi Alpha Female sebagai acuan padahal judulnya Alpha Girl’s?

Sederhana, karena Alpha Female dewasa pernah menjadi remaja perempuan (girl) juga sebelumnya, sehingga mereka memiliki lebih banyak pengalaman tentang hidup. Di mana penulis ingin menjadikan buku ini sebagai arah hidup untuk adik-adik remaja agar pemikirannya bisa lebih terbuka.

Karena para Alpha Female adalah orang yang menyadari kekuatan dan potensinya, dan mereka akan melakukan hal-hal untuk merealisasikan kekuatan dan potensi mereka.

Kemudian pada bab kedua yaitu The Alpha Student adalah motivasi untuk para perempuan remaja bahwa pendidikan bisa membuka pintu untuk bekerja dan mandiri secara finansial, seorang perempuan boleh saja untuk memilih tidak bekerja, tetapi minimal dengan bekal pendidikan akademis yang baik, dia memiliki opsi untuk bekerja dan mandiri kalau situasi memerlukan. Perempuan cerdas bisa meningkatkan kualitas generasi bangsa Indonesia. Utamakan pendidikan dulu baru laki-laki.

Bab ketiga tentang The Alpha Friend yang mengajarkan tentang prinsip dasar pertemanan seorang Alpha Girl yaitu menolak dimanipulasi atau memanipulasi teman.

Pertemanan haruslah fair, setara, dan sejajar. Selain itu, kita harus pandai memilih teman: jauhi teman yang sering bergosip, membully. Kita harus dapat merasa nyaman menjadi diri sendiri.

Bab keempat yaitu The Alpha Lover, menjadi perempuan independen bukan berarti kita tidak perlu pasangan tapi pilihlah pasangan yang tepat bukan demi status belaka. Kita juga harus terbuka untuk masukan dan kritikan, jangan keras kepala dan tidak mau memperbaiki diri.

Dengan catatan: jangan mengejar laki-laki, karena Alpha Girl tidak punya waktu untuk lelaki yang tidak mencintainya atau tidak punya cukup nyali untuk mendekatinya.

Kita bisa mendekatkan diri dengan cara yang atraktif namun tidak obsesif, cerdaslah dan tetap memperhatikan reputasimu. Jika lelaki itu bukan orang yang tepat, Alpha Girl akan cepat move on dan tidak lama berlarut dalam kesedihan.

Selanjutnya, bab kelima The Alpha Professional, tentang dunia pekerjaan. Mengajarkan kita tentang apa yang sebaiknya harus dilakukan ketika mencari kerja, ketika sedang bekerja, ketika ingin berganti karier, maupun tantangan-tantangan dalam bekerja.

Bab keenam The Alpha Look, bahwa perempuan tidak harus cantik tetapi harus menarik. Mulai dari hal sederhana seperti memperhatikan kesehatan (karena pada dasarnya cantik adalah sehat), memperbaiki postur tubuh, berpakaian yang sedap dipandang, paling utama adalah tampil menarik untuk diri sendiri bukan untuk orang lain, kita harus nyaman dulu maka akan muncul aura bahagia yang bisa menular ke orang sekitar kita, sehingga aura cantik akan keluar dengan sendirinya.

Bab tujuh The Alpha Care, tentang prinsip-prinsip sederhana yang harus dimiliki perempuan: women support women, menjadi leader yang peduli pada anggotanya, tidak memandang rendah lelaki, bisa mempercayai orang lain, mau mengalah. Sederhana namun sulit untuk diterapkan.

Bab delapan yaitu Meet The Alpha Female di mana penulis mewawancarai beberapa perempuan sukses yang bisa memotivasi pembaca: Alanda Kariza, Najwa Shihab. Bab terakhir Your Alpha Future tentang motivasi singkat penulis untuk menarik para pembaca agar siap berprinsip sebagai seorang Alpha Girl.

Baca Juga: Resensi Buku: Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer Karya Pramoedya Ananta Toer

Kelebihan

Penulis menyajikan buku ini dengan bahasa santai karena sasaran pembacanya adalah para remaja (khususnya anak sekolahan) yang masih mencari jati diri atau bingung arah hidupnya mau kemana dan harus apa kedepannya.

Penulis menyelingi dengan ilustrasi gambar sehingga memudahkan pembaca agar lebih rileks, terlebih ini adalah buku bergenre pengembangan diri.

Selain itu, penulis banyak mencantumkan referensi artikel untuk menunjang pendapatnya, ia juga melakukan wawancara dengan tokoh Alpha Female keren salah satunya Najwa Shihab. Banyak juga quotes motivasi yang penulis kutip dari beberapa Alpha Female yang turut bergabung dalam media Ask.fm.

Kekurangan

Menurut saya (opini pribadi), gurauan penulis sedikit garing jika sasarannya adalah remaja zaman now. Penulisan sumber referensinya tidak menggunakan tata penulisan daftar pustaka atau catatan kaki yang sesuai, hanya mencantumkan link saja, sehingga kesannya tidak seperti penulis profesional dalam buku non fiksi berat, atau buku ilmiah. 

Narasumber yang penulis wawancarai pada bab delapan hanya dua orang, saya merasa itu terlalu sedikit. Dalam artikel berita, dua orang adalah minimal narasumber untuk artikel berita yang singkat, namun untuk dijadikan sebuah buku yang notabenenya lebih panjang dari artikel, dua orang adalah angka yang sedikit jika dijadikan acuan.

Penulis: Ika Ayuni Lestari
Pemimpin Redaksi Media Mahasiswa Indonesia

 

Ikuti berita terbaru di Google News

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses