Identitas Buku
Penulis | Joni Harnedi, M.IS. |
Tahun Terbit | 2024 |
Bab 1: Konsep Dasar Ilmu
Asal-usul kata ilmu berasal dari Bahasa Arab dari kata alima, ya’lamu, ‘ilman yang berarti memahami, mengerti, dan memiliki pemahaman mendalam yang mencapai akar masalah.
Dalam bahasa Yunani, istilah ‘logos’, yaitu ‘ilmu’, sebagai pengetahuan didasarkan pada prinsip dasar yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ilmu dijelaskan sebagai pengetahuan tentang suatu bidang tertentu yang diatur secara sistematis dengan menggunakan metode tertentu untuk menjelaskan fenomena-fenomena khusus di dalam ranah pengetahuan.
Definisi “ilmu” (science) beragam. Soebari berpendapat bahwa, “Ilmu dapat dipahami melalui percobaan, diuji, dan dibuktikan dalam permasalahan yang serupa, walaupun situasi yang berbeda.”
Ilmu juga berproses untuk berkembang seiring dengan pergantian zaman, dari zaman purba hingga zaman modern seperti sekarang.
Baca Juga: Resume Buku Filsafat Moral: Empat Mode Hidup Bermoral dari Tokoh dan Tradisi yang Berbeda
Zaman purba, yang di mana manusia masih primitif, tetapi meskipun begitu manusia berpikir untuk bertahan hidup, zaman ini terkenal dengan zaman batu karena mereka menggunakan alat yang terbuat dari batu untuk kegiatan sehari-hari yang diperkirakan terjadi di 20.000–10.000 SM.
Kemudian, sekitar tahun 600 ini mulai ada pemikiran dan penalaran sehingga muncul para filsuf yang mencari ide pengetahuan, penalaran tentang kejadian fenomena alam yang ada di sekitar, seperti Aristoteles tokoh Yunani yang peran besar dalam pengembangan logika pemikiran deduktif dan juga Theles yang membahas teori dasar astronomi dan geometri.
Selanjutnya zaman modern di mana sudah ada perkembangan dan kemajuan ilmu.
Kita dapat melihat perkembangan dari zaman manusia mencari cara bertahan hidup hingga manusia mencari cara agar bisa memenuhi kebutuhan hidup dan menghadapi tantangan.
Ilmu telah menjadi bagian dari kehidupan manusia sebagai pencari solusi dan jawaban untuk menghadapi masalah.
Proses berpikir akan membuat pemikiran yang menghasilkan ilmu dan tujuan yang jelas dalam mengatasi masalah sehingga proses ini sesuai dengan prinsip-prinsip ilmiah, yaitu dapat diuji, dibuktikan, dan dijelaskan.
Baca Juga: Filsafat Hukum Refleksi Filsafat Pancasila, Hak Asasi Manusia, dan Etika
Filsafat mencakup ilmu pengetahuan, seperti matematika, sosiologi, fisika, kimia, dll.
Dapat dilihat bahwa filsafat adalah pusat dari ilmu pengetahuan, jadi ilmu yang berkembang itu yang mendasari adalah filsafat.
Hakikat ilmu yaitu keyakinan ilmuwan yang dipilih untuk dasar kehidupan untuk mencari dan menentukan ilmu yang pantas untuk zaman yang terus berganti.
Ini yang menjadi dasar bagi berbagai pandangan, seperti idealis, spiritualis, materialis, agnostik, dan lain-lain, yang membentuk pandangan hidup dan pandangan dunia.
Pandangan tersebut akan berdampak pada pemilihan pendekatan ilmiah dan juga mempertimbangkan nilai-nilai yang berkaitan dengan perkembangan ilmu baru dan proses berfikir rasional.
Bab 2: Mengenal Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu melibatkan proses pemikiran yang bersifat refleksi, yang berkaitan dengan isu-isu yang didasari dengan pengetahuan yang menghubungkan perspektif dalam kehidupan manusia.
Filsafat ilmu sering dianggap sebagai pendekatan kritis dalam bicara secara ilmiah, yang dapat diperbandingkan dengan pandangan-pandangan sebelumnya, yang dapat diuji dengan argumen yang berlaku, dan dapat berkembang melalui proses pemikiran.
Baca Juga: Resume Buku: Filsafat Ilmu Pengetahuan (Perspektif Barat dan Islam)
Filsafat bukanlah ilmu yang melibatkan praktik ilmiah konkret. Filsafat dan ilmu memiliki perbedaan, tetapi keduanya berkaitan erat.
Filsafat menggunakan pikiran radikal dan sistematis yang mengacu pada objek formal dan objek material, sedangkan ilmu objeknya memiliki ciri khasnya sendiri, seperti objek material yang meliputi realitas alam, objek formal yang mengacu pada ilmu pengetahuan.
Filsafat ilmu merupakan cabang dari filsafat yang khusus membahas ilmu pengetahuan.
Tujuan dari filsafat ilmu adalah memeriksa ilmu pengetahuan secara rasional (melalui pendekatan kritis, logis, dan sistematis), secara menyeluruh, dan dasar.
Filsafat ilmu ini berusaha menghasilkan pemahaman yang jelas, akurat, dan komprehensif mengenai ilmu pengetahuan.
Pemikiran rasional adalah bentuk pemikiran yang membedakan dari segi keterikatan tradisi dan keyakinan mistis, yang mengatasi keterbatasan, kebingungan, dan ketidaktahuan.
Baca Juga: Resume Buku: Kompilasi Penelitian Berbasis Filsafat Ilmu Pendidikan Islam
Melalui pendekatan kritis manusia tidak puas dengan kekurangan pengetahuan dan ketidakjelasan dalam berbagai informasi yang didapat.
Filsafat ilmu harus menyelidiki semua pandangan ilmu pengetahuan, filsafat ilmu fokus pada ilmu pengetahuan itu bukan dari spekulasi.
Filsafat ilmu menggunakan tiga pendekatan utama: ontologi, yaitu menentukan ciri khas ilmu pengetahuan dan ruang lingkup; epistemologi, yaitu menjelaskan ilmu pengetahuan itu bekerja; aksiologi, yaitu mencari nilai-nilai yang ada dalam ilmu pengetahuan.
Ruang lingkup filsafat itu hanya bisa membahas yang dipahami melalui pengalaman dan metode ilmiah.
Ilmu itu bersifat netral dan objektif, yang mencari pada kebenaran berdasarkan fakta.
Pengetahuan ilmiah terstruktur, terukur, dan dapat diuji kebenaranya yang bisa dipertanggungjawabkan.
Baca Juga: Ringkasan Singkat Buku Tiga Mazhab Utama Filsafat Islam Karya Seyyed Hossein Nasr
Filsafat ilmu mencari landasan ilmu pengetahuan dari sisi hakikat, proses, dan manfaatnya.
Ada pertimbangan dua pandangan utama, yaitu empirisme atau pengetahuan dari pengalaman dan rasionalisme atau pengetahuan dari akal.
Empirisme mengakui keterbatasan dari segi pancaindra, sementara rasionalisme hanya menekankan pada akal.
Walau keduanya punya kelemahan sendiri, firasat juga penting sebagai sumber pengetahuan, meskipun sulit dijelaskan secara ilmiah.
Tujuan filsafat ilmu adalah menguji pemikiran ilmiyah yang mendorong sikap analitis serta kritis terhadap proses ilmiah.
Filsafat ilmu membantu pengembangan pemikiran yang lebih kritis dan terbuka, yang menghindari sikap solipsistik, yaitu pandangan sempit yang hanya menganggap pandangan sendiri sebagai benar.
Kedudukan filsafat secara umum merupakan usaha untuk memahami perjalanan manusia di dunia menuju akhirat.
Filsafat ilmu meneliti suatu hal dari berbagai sudut pandang, dari segi sejarah, seni, ekonomi, hingga antropologi agar bisa menentukan dasar dari permasalahan.
Dalam pengembangan pemahaman di bidang ilmu pengetahuan terdapat problematika, yaitu dari segi mempelajari struktur fundamental, mempelajari struktur logis, sifat heuristik ilmu, dan pada saat melakukan kritikan.
Bab 3: Konsep Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan manusia dalam berfikir rasional, yang didasarkan pada akal, pemahaman, dan tujuan.
Tindakan tersebut muncul karena ingin tahu dan kebutuhan intelektual, sehingga menghasilkan ilmu pengetahuan untuk memahami dan mengatasi dunia.
Ilmu pengetahuan sebagai sumber, metode ilmiah merupakan metode yang meliputi langkah-langkah, pola kerja, dan cara untuk mendapatkan pengetahuan baru yang memperluas pengetahuan lama.
Baca Juga: Kedudukan Filsafat dalam Ilmu Pengetahuan Kriminologi
Metode ilmiah ini adalah cara efektif yang digunakan para ilmuwan untuk mencari pengetahuan baru yang meliputi observasi, eksperimen, pengolahan data, dan interpretasi sesuai prinsip dan aturan tertentu.
Pola-pola pada metode ilmiah, yaitu analisis, pemerian, penggolongan, pengukuran, perbandingan, dan pengamatan.
Prosedur-prosedur yang tergolong dalam metode ilmiah, yaitu deduksi, induksi, abstraksi, penalaran analogis, dan analisis logis.
Prosedur lain yang mencakup langkah-langkah yaitu: mengidentifikasikan suatu masalah, menyatakan masalah secara spesifik, merumuskan hipotesis, merancang metode penelitian, mengumpulkan data, menganalisis data dan membuat pernyataan, membuat kesimpulan, serta menyatukan penegasan pernyataan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Metode yang mencangkup prosedur yang membentuk pola, langkah-langkah ini dilakukan melalui cara operasional dan teknis, teknik ini digunakan tergantung pada penelitiannya.
Ilmu pengetahuan sebagai produk memiliki tiga dimensi, yaitu sebagai proses penelitian ilmiah, sebagai serangkaian prosedur yang menghasilkan metode ilmiah, dan sebagai pengetahuan ilmiah itu sendiri.
Baca Juga: Arti Filsafat Ilmu Pengetahuan
Pengetahuan ilmiah dapat ditemukan dari sumber-sumber, seperti buku dan jurnal.
Pemahaman adalah totalitas informasi dan gagasan yang menggambarkan fenomena atau peristiwa, baik yang bersifat alamiah, sosial, maupun individual.
Pengetahuan merujuk pada substansi dalam ilmu yang dikenal dengan fakta, definisi pengetahuan ilmiah bervariasi yang umumnya mencangkup fakta, kebenaran, prinsip, dan informasi yang diperoleh melalui penelitian, inspirasi, atau pengalaman.
Setiap ilmu memiliki fokus minat atau sikap berpikir terhadap suatu objek, konsep subjek masalah, dan fokus minat disebut objek material dan formal.
Bab 4: Sejarah Ilmu Pengetahuan Ilmu Filsafat
Zaman Yunani Kuno
Zaman ini terjadi perubahan dari segi pola pikir manusia dari yang mempercayai mitos menjadi menggunakan logika dan penalaran.
Hal ini mendorong sikap aktif dan kritis dalam menghadapi fenomena alam yang dijadikan objek dalam penelitian.
Contohnya seperti munculnya pandangan Thales yang berpendapat bahwa asal-usul alam adalah air dan Anaximandros yang melihat alam sebagai entitas yang terus berubah.
Baca Juga: Menyaring Filsafat dengan Berfikir Historis, Menemukan Esensi
Periode selanjutnya dalam filsafat Yunani yaitu muncul aliran sofis dengan protagoras yang berpendapat kebenaran bersifat subjektif dan relatif.
Gorgias bahkan menyatakan realitas aslinya tidak ada.
Periode selanjutnya dikenal dengan keemasan filsafat dan ilmu di Yunani.
Muncul tokoh-tokoh, seperti Socrates yang menekankan nilai-nilai objektif kebenaran dan kebaikan, Plato membagi realitas menjadi dunia fisik dan dunia ide, dan Aristoteles yang berpendapat realitas terletak pada manusia konkret.
Masa Helenisme, masa ini menandakan pergantian dari pemikiran teoritis ke pendekatan yang lebih praktis dan terintegrasi ke dalam kehidupan sehari-hari.
Filsafat mulai menjawab dengan praktis tentang bagaimana hidup yang bermakna dan mencapai kebahagiaan.
Filsuf Plotinus dan Neoplatonisme menghubungkan berbagai pandangan filsafat dan agama agar mendapat pemahaman yang lebih komprehensif tentang alam semesta dan keberadaan manusia.
Baca Juga: Menangkis Hoax dengan Kebenaran Filsafat
Pada masa ini beberapa aliran muncul yang setiap aliran ini berbeda dalam penekanannya: aliran Stoik yang didirikan oleh Zeno dari kition (340-264 SM) menekankan logika, fisika, dan etika untuk memperbaiki moral manusia; Epikureanisme yang didirikan Epicurus (341-270 SM) bertujuan mencapai hidup yang bahagia; Skeptisisme yang didirikan oleh Phyron (360-270 SM) mengajarkan bahwa kebenaran tidak dapat di pastikan; Neoplatonisme dengan tokoh Plotinus dan Porphyrios (301-231 SM) menggunakan dialektik untuk mengkaji wujud tertinggi dan isu-isu moral serta jiwa demi memahami kebahagiaan manusia.
Masa Patristik
Masa patristik yaitu perkembangan dalam interaksi antar agama kristen dan filsafat Yunani, kristen berpandangan kebenaran berasal dari wahyu Allah, sedangkan filsafat Yunani kebenaran dapat dicapai melalui akal manusia.
Para tokoh pada masa itu menjadi dua kelompok, ada yang mencoba menggabungkan konsep filsafat Yunani dengan ajaran Kristen dan ada yang mempertahankan ajaran Kristen secara murni.
Meskipun ada konflik, periode ini penting dalam perkembangan pikir manusia yang memberikan pendapat dalam pemahaman lebih komprehensif tentang agama dan filsafat.
Terdapat beberapa pandangan yaitu: Klement (150-250 M) berpendapat penggunaan penalaran rasional dalam memahami tuhan; Origenes (185-254 M) berpendapat konsep tuhan adalah transender, konsep yang menjelaskan bahwa tuhan berada di luar batas alam tidak dicapai melalui akal rasional; Tertullianus (160-230 M) berpendapat bahwa ia menolak hubungan antara teologi dan filsafat; dan Agustinus (354-430 M) melihat kitab suci sebagai sumber utama pemahaman tentang tuhan.
Masa Islam
Masa ini sedang semangat dalam pencarian ilmu pengetahuan sangat tinggi.
Muncul gerakan penerjemah karya-karya ilmiah dari berbagai bahasa, seperti Persia, Sansekerta, Suriah, Yunani ke Bahasa Arab dan Baghdad dijadikan sebagai pusat ilmu pengetahuan yang kaya.
Hal ini menunjukan kreativitas dan intelektualitas tinggi dalam pengumpulan dan mengembangkan pengetahuan dari berbagai budaya disiplin ilmu, yang berkontribusi besar pada perkembangan ilmu pengetahuan global.
Baca Juga: Aliran Filsafat yang Sangat Relevan untuk Kehidupan
Selain penggabungan antara bangsa Arab dan bangsa lain, kemajuan ilmu pengetahuan berkembang pesat.
Pengaruh Persia dan India bisa dilihat dari berbagai aspek, termasuk pemerintahan, filsafat, sastra kedokteran, matematika, dan astronomi.
Dari lembaga pendidikan juga yang semula masjid dan maktab menjadi perpustakaan dan akademik, seperti universitas modern yang memfasilitasi bagi pencari ilmu dan diskusi, Nizamiyyah menjadi akademik islam pertama yang terlengkap fasilitasnya.
Zaman Modern
Zaman modern yaitu adanya penemuan-penemuan ilmiah di berbagai bidang yang menjadi puncak dari eksplorasi ilmiah.
Namun kemajuan ini yang terikat pada masa renaissance, yaitu penemuan Brahe dan Kepler di bidang astronomi yang digunakan sampai sekarang.
Meskipun mengalami perbaikan dan penyempurnaan, kesuksesan di zaman modern tidak hasil berdiri sendiri melainkan kelanjutan dan pengembangan dari penemuan teori sebelumnya.
Baca Juga: Apa sih Filsafat Itu?
Setelah itu, lanjut dengan zaman post-modern yang melahirkan aliran filsafat baru, seperti strukturalisme dan postmodernisme.
Paradigma epistemologi memperkuat struktur ilmu pengetahuan menjadi lebih sistematis dan komprehensif.
Diskusi filsafat ilmu memberikan konsep pengetahuan, kebenaran, metode ilmiah, dan verifikasi, serta perkembangan terbaru dalam ilmu pengetahuan dan penerapanya.
Penulis: Akhmad Auliya Syafiq
Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam, UIN K. H. Saifuddin Zuhri Purwokerto
Dosen Pengampu: Zein Muhamad Masykur, M.Ag.
Editor: Siti Sajidah El-Zahra
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News