Sistem Pendidikan yang Baik dan Pengajar yang Ikhlas untuk Kemajuan Negara yang Arif

Pendidikan dan Pengajar (Sumber: Media Sosial dari freepik.com

Perlu diketahui terlebih dahulu sebelum melangkah terlalu jauh dalam ranah tema bahwasanya sistem pendidikan merupakan suatu susunan taktikal atau sekumpulan strategi yang berfungsi dan menunjang dalam proses pembelajaran (dalam hal ini belajar dan mengajar) untuk mencapai target tertentu agar para pelajar bisa mengembangkan kompetensi dirinya secara aktif maupun pasif dengan bantuan sarana dan prasarana dari pengajar secara sistematis dan juga adaptif.

Karena pentingnya sistem pendidikan atau sebut saja metode pendidikan, dalam mutiara kata di bahasa arab menyebutkan:

الطريقة اهم من المادة, والمدرس اهم من الطريقة, وروح المدرس اهم من المدرس نفسه

Bacaan Lainnya
DONASI

Metode itu lebih penting dari materi ajar, dan guru lebih penting dari metode, tetapi ruh (jiwa) seorang guru itu lebih penting dari guru itu sendiri.

Dengan bukti kunci sukses pendidikan generasi sahabat ada pada diri rasulullah SAW, manusia dengan garansi ampunan dari Allah SWT tetapi kualitas ibadah yang tiada banding diantara semua manusia, bahkan sayyidah Aisyah merangkum kualifikasi beliau dengan ‘kana khuluquhu al quran’ akhlaq rasul adalah Al-Qur’an.

Hal tersebut yang mendasari dan menjadi fondasi dalam segala pencapaian beliau di jazirah arab (memfutuhkan warga arab) selama 23 tahun saja. Di mana berikutnya hanya dalam tempo beberapa tahun saja, generasi binaan rosulullah dalam berbagai metode pendidikan beliau (yakni para sahabat) mampu membebaskan persi dan romawi.

Kemudian kunci adanya pengajar yang mumpuni, ikhlas, tulus dan kecemerlangan metode pendidikannya berlanjut, ada ulama besar (Syekh Aaq Syamsuddin, seorang ulama tasawuf yang menguasai bidang matematika dan juga kedokteran) yang menemani, mendampingi dan mendidik Muhammad Al Fatih sedari kecil hingga menaklukkan benteng konstantinopel.

Daftarnya berlanjut, dibalik keteguhan hati dan keberanian pemuda melawan yang kuat dengan segala senjata yang lebih modern dalam pertempuran 10 November 1945, ada Hadratus Syekh KH. Hasyim Asy’ari yang menancapkan, membina dan menempa para santri dan masyarakat dengan zuhud serta iman sehingga tetap gagah berani melawan pemenang perang dunia ke 2, Inggris, yang menginvasi tanah air tercinta.

Berlanjut dalam kesabaran pasukan gerilya melawan agresi militer Belanda yang dipimpin langsung oleh Jendral besar sudirman yang notabene nya pernah mengajar di ranah pendidikan Muhamadiyah.

Pendidikan yang berkualitas tentu saja diharapkan untuk memperbaiki SDM dan demi kemajuan suatu bangsa, pendidikan bukan sekadar sebagai sarana ‘agent of change’ bagi generasi muda yang akan menjadi penerus suatu bangsa, tapi juga harus menjadi ‘agent of producer’ agar dapat menciptakan suatu transformasi yang nyata.

Baca juga: Problematika Pendidikan Indonesia

Indonesia sendiri adalah negara kepulauan berbentuk Republik dengan jumlah Penduduk mencapai ±275,36 juta jiwa. Saat ini pendidikan di indonesia di atur dalam UU no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Dalam suatu sistem tentunya akan selalu saja ada kelebihan serta kekurangan, tetapi kinerja pada sistem akan menghasilkan kualitasnya seperti apa, jika dijalankan dengan baik tentunya akan banyak sekali hal positif dan hasil yang baik.

Di Indonesia, masih ada beberapa (bahkan banyak) masalah pendidikan yang umum terjadi dan menjadi tantangan tersendiri dalam meningkatkan kualitas pendidikan tersebut. Misalnya, banyak sekali skandal atau kasus kekerasan, penganiayaan bahkan pembunuhan pelajar terhadap pengajar.

Dengan mirisnya berita-berita tersebut menandakan ada yang salah dalam sistem atau metode pendidikan yang kita jalani, ada yang salah dalam kualitas ‘ruh’ pengajar dalam mentransfer ilmu dan pengetahuannya, ada yang salah dalam kepribadian, keimanan serta adab seorang pelajar.

Sering kali kita lihat di sekitar kita, pengajar hanya fokus mencerdaskan dan mengajar apa yang perlu pelajar capai dalam pendidikan, sehingga yang terjadi adalah pelajar hanya terisi oleh kecerdasan intelektualitas tapi tidak dengan kecerdasan spiritualitasnya, karena pengajar pada dasarnya melakukan kesalahan fatal dalam mengajar.

Padahal jauh lebih dalam, lebih utama dan lebih penting bagi para pengajar dalam mengajar adalah untuk mendidik, bagaimana pengajar mendidik para pelajar untuk mengetahui tentang aturan dan batas-batas tuhannya yang telah ditetapkan, bagaimana pelajar seharusnya bersikap dan berinteraksi dengan pribadi yang lain terutama kepada pengajar, bagaimana pengajar juga benar-benar menaruh ruh mereka dalam mengajar dan mendidik.

Sehingga dengan itu, para pelajar bukan hanya akan memiliki kapasitas dalam kecerdasan intelektualitas saja, tapi juga memiliki kompensi dalam kecerdasan spiritualitas.

Bagi saya, mengajar (mendidik) adalah profesi yang paling mulia; adalah pelayanan kemanusiaan dan peradaban dengan definisi pengabdian murni kepada bangsa.

Pengajar/pendidik adalah profesi yang paling berpengaruh di dunia. Tanpanya, tidak akan ada profesi yang lain yang bermunculan, karena notabenenya manusia tidak akan bisa selamanya belajar secara otodidak.

Mengajar dan mendidik berarti meninggalkan warisan untuk generasi setelahnya. Pengajar ataupun pendidik membuat perbedaan yang nyata untuk nasib masa depan dunia ini. Mengajar menyentuh keabadian.

Kita tidak akan pernah tahu berapa banyak kehidupan pelajar yang telah kita ubah dengan rasa tanggung jawab dan kegembiraan yang kita miliki atas kehidupan mendidik dengan ikhlas dan tulus dalam membina tunas bangsa dan negara yang arif.

 

Penulis: Arif Rahman Hakim
Mahasiswa PJJ PAI, Universitas Islam Negeri Siber Syekh Nurjati Cirebon

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI