Tiga Alasan Indonesia Gagal Membeli Pesawat SU-35 dari Rusia

Indonesia Gagal Membeli Pesawat
Pesawat SU-35.

Sudah menjadi hal lumrah jika sebuah negara ingin memperkuat pertahanan militernya guna mempertahankan kedaulatan negara dari segala ancaman. Siapa sangka, Indonesia mempunyai anggaran dana sebesar 134,32 Triliun Rupiah yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam jangka waktu per tahun untuk pertahanan militer.

Hal ini membuat Indonesia menempati peringkat ke-13 dengan status negara terkuat dalam aspek pertahanan militer menurut Global Fire Power (GFP) tahun 2023. Peringkat tersebut mengungguli sejumlah negara-negara maju seperti, Mesir di peringkat 14, Australia peringkat 16, dan Israel peringkat 18.

Pada tahun 2018, Indonesia sudah menandatangani kontrak terkait pembeli pesawat tempur SU-35 buatan Rusia. Pesawat tempur ini dilengkapi dengan fasilitas sistem kontrol radar dengan kemampuan yang dapat mendeteksi juga melacak hingga 30 target di udara serta, mampu memantau wilayah di udara hingga kejauhan yang cukup fantastis yaitu 400 KM dari titik pusat, selain itu juga dilengkapi dengan perangkat persenjataan di tubuh pesawat dengan kekuatan penghancur yang tinggi.

Bacaan Lainnya

Akan tetapi rencana Indonesia membawa pulang pesawat tempur ini gagal serta implementasi kontrak terhenti pada tahun 2019 dan Indonesia beralih ke jet Rafale milik Prancis dan F-15 milik Amerika Serikat (AS).

Lantas, mengapa Indonesia membatalkan pembelian pesawat SU 35 dari Rusia dan memilih untuk beralih ke pesawat tempur F-15 milik Amerika Serikat?

Invasi Rusia

Pada awalnya Indonesia memutuskan untuk membeli Jet Tempur SU-35 buatan Rusia yang dilengkapi dengan kekuatan yang cukup menakutkan. Indonesia bahkan telah menandatangani perjanjian dengan Rusia untuk membeli 11 unit jet tempur Sukhoi Su-35 dari Rusia. Kontrak, yang ditandatangani oleh Departemen Pertahanan pada 2018, bernilai $1,14 miliar.

Akan tetapi Invasi Rusia ke Ukraina menjadi salah satu alasan utama gagalnya Indonesia membawa pulang alutsista Rusia tersebut. Hal ini terjadi karena Amerika berada di belakang dan mendukung Ukraina. Amerika tidak segan memberikan sanksi ekonomi untuk negara yang menjalin kerjasama dengan Rusia.

AS mengancam akan memberikan sanksi terhadap negara manapun yang membeli senjata dari Rusia. Ancaman tersebut diamanatkan oleh Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA) tahun 2017. China dan Turki telah dikenai sanksi berdasarkan undang-undang karena membeli sistem pertahanan rudal S-400 Rusia.

Mesir juga mendapat ancaman sanksi dari Amerika karena hampir menyelesaikan kesepakatan untuk membeli pesawat Sukhoi Su-35 Rusia.

Baca Juga: China Memperkuat Militer

Ancaman Amerika Serikat

Pembelian jet tempur tersebut sejalan dengan kebijakan politik luar negeri Indonesia yaitu bebas-aktif terkait, kebijakan pembelian dan pengadaan alat utama sistem persenjataan (Alutsista).

Menurut kebijakan luar negeri Indonesia disebutkan bahwa pembelian senjata Indonesia tidak serta merta diatur oleh negara lain dan hanya terfokus pada penegakan kepentingan nasional Indonesia.

Namun, pembelian Jet Tempur SU-35 dari Rusia menyebabkan Indonesia kemungkinan akan dihadapkan dengan kebijakan Amerika Serikat melalui UU CAATSA yang mana merupakan suatu instrumen kebijakan dari Amerika Serikat meliputi beberapa sanksi seperti ekonomi yang akan didapatkan oleh suatu negara jika melakukan transaksi pembelian senjata dari Rusia.

Mantan Menteri Pertahanan Republik Indonesia yaitu Ryamizard Ryacudu pernah menyinggung bahwa pembelian SU-35 akan selesai pada 2019, tetapi kesepakatan masih tertunda karena adanya bayang-bayang sanksi yang akan diterima Indonesia.

Oleh karena itu, pembelian Jet Tempur SU-35 antara Indonesia dan Rusia memiliki relevansi atau memiliki keterkaitan dengan bagaimana kebijakan luar negeri Indonesia dalam bersikap serta memutuskan sesuatu, guna mencapai kepentingan bersama dan meminimalisir kerugian yang nantinya akan diterima Indonesia dengan mempertimbangkan hubungan antara Rusia maupun AS dengan sikap Indonesia yang nantinya akan diimplementasikan melalui instrumen kebijakan luar negeri yang akan dilakukan oleh Indonesia.

Menurut Amerika Serikat, pembelian peralatan militer Rusia meningkatkan kekuatan pasukan  di wilayah tersebut dan dapat mengancam posisi pesawat tempur Amerika yang bersaing dengan Rusia.

Maka dari itu sanksi yang akan diterima oleh Indonesia atas transaksinya dengan Rusia akan ditentukan di bawah Undang-Undang Countering America’s Adversaries Through Sanctions (CAATSA). Sanksi ini sebelumnya juga telah berlaku untuk Rusia dan beberapa negara lain.

Ancaman Kedaulatan

Bukan hanya asal membeli, keputusan Indonesia untuk melakukan modernisasi alutsista melakukan kontrak pembelian jet tempur Sukhoi SU-35 merupakan reaksi dari pertahanan militer Indonesia ketika Malaysia mengumumkan bahwa Angkatan Udara Malaysia akan membeli pesawat tempur sebanyak 18 unit di antaranya adalah pesawat tempur Korea FA-50 dan JF-17 Thunder.

Disusul dengan pengumuman Kementerian Pertahanan Vietnam yang telah melakukan pembelian pesawat jet tempur sebanyak 12 pesawat yang bertenaga Turbofan L-39NG. Negara kawasan Asia Tenggara lainnya yaitu Filipina yang juga mengeluarkan pernyataan akan menindaklanjuti pembelian 15 Helikopter Black Hawk.

Dan, tidak ingin ketinggalan bahwa negara tetangga Indonesia yang juga merupakan negara maju di Asia Tenggara yaitu Singapura mengeluarkan pengumuman yang cukup mengejutkan dalam aspek pertahanan bahwa, Singapura berencana untuk membeli salah satu jet tempur tercanggih di dunia buatan AS yaitu F-35 keputusan ini juga terjadi dengan waktu yang bersamaan ketika terjadinya ketegangan hubungan Singapura dengan Tiongkok.

Singapura menyatakan pembelian F-35 adalah untuk memprioritaskan peran kekuatan udara Singapura dengan menggunakan pesawat serbu dari pada pesawat dengan pertempuran udara ke udara serta, mengantarkan Singapura sebagai negara yang memiliki pesawat serbu ringan dengan dilengkapi senjata mematikan dan juga pembelian ini digunakan oleh Singapura untuk menggantikan jet tempur F-16 buatan AS.

Hal inilah yang membuat Indonesia tetap teguh untuk memodernisasi kekuatan militernya walaupun harus meninggalkan SU-35 dan beralih ke F-14.

Baca Juga: Strategi Amerika Serikat Mencegah Pengaruh Rusia dalam Perdagangan Senjata dan Militer

SU-35 VS F-15

Dilihat dari fisiknya F-14 memang lebih unggul karena lebih kecil dan ramping, dari sisi spesifikasinya pun F-14 unggul dalam kapasitas kru yang dapat dimuat,

Rafale adalah jet tempur generasi 4,5 yang mengesankan, sedangkan Su-35S adalah versi perbaikan dari Su-27 Flanker era Soviet. Flanker dirancang selama Perang Dingin, sebagai tanggapan terhadap F-15 buatan AS.

Mahakarya Prancis dapat mencapai kecepatan tertinggi 1,8 Mach, sedangkan pesawat Rusia dapat terbang dengan kecepatan 2,25 Mach dan ketinggian yang lebih tinggi. Jadi, dalam aspek ini, Su-35S adalah pemenangnya

Soal persenjataan, Rafale bisa membawa senjata di 14 stasiun berbeda, sedangkan pesawat Sukhoi di 12 stasiun. Persenjataan yang tersedia dari setiap petarung mencakup berbagai misil, bom, dan pod yang berbeda.

Rafale berbobot 10 ton, sedangkan pesaingnya dari Rusia berbobot 18,4 ton. Produk Dassault bi sa lepas landas dengan bobot maksimal 24,5 ton, namun pesawat multiguna Moskow dengan muatan hingga 34,5 ton.

Beberapa rudal tempur Prancis yang tersedia termasuk rudal udara-ke-darat dan rudal udara-ke-udara. Senjata-senjata ini adalah rudal paling efektif dari militer Prancis. Sebaliknya, Su-35 memiliki variasi terbesar, seperti rudal udara ke udara, rudal udara ke permukaan, rudal anti kapal, dan rudal anti radiasi.

Dalam hal jangkauan, Rafale dapat menempuh jarak maksimum 2.300 mil, sedangkan Su-35S dapat terbang dalam jarak 2.200 mil. Padahal, dua tangki bensin eksternal bisa membuatnya terbang 600 mil lebih jauh, mencapai jangkauan maksimum 2.800 mil.

Pesawat Dassault dapat mencapai ketinggian maksimum 50.000 kaki (9,5 mil), sedangkan jet Rusia dapat terbang hingga ketinggian 62.000 kaki (12 mil).

Baca Juga: Militer di Negara Demokrasi

Pada akhirnya, membandingkan kedua pesawat tempur multi-peran ini mengungkapkan bahwa Su-35S dapat mengambil misi yang lebih luas karena variasi senjata terbesar dan jangkauan terbesar.

Di sisi lain, Rafale ternyata adalah jet yang lebih berfokus pada superioritas udara, yang dapat menangani adu anjing lebih baik daripada pesaingnya dari Rusia.

Jika dilihat secara keseluruhan, Rafale adalah pesawat tempur yang sedikit lebih baik dari Su-35. Sukhoi dipersenjatai dengan lebih baik, memiliki avionik yang lebih baik, dan teknologi berada pada tingkat yang hampir sama, tetapi keunggulan Rafale adalah senjata utama untuk pertempuran BVR – MBDA Meteor, rudal udara-ke-udara di luar jangkauan visual yang dipandu radar aktif (BVRAAM) dengan jangkauan lebih dari 100 km.

Rafale adalah pesawat yang lebih ekonomis, dan satu jam penerbangan lebih murah, tetapi Sukhoi Su-35 jauh lebih murah (pada tahun 2016 harga Su-35 adalah 70 hingga 75 juta, dan harga Rafale adalah $130 juta). Jet tempur Rusia memiliki rasio dorong / berat yang lebih baik tetapi itu bukan keuntungan penting untuk pertarungan BVR.

Indonesia dengan berat hati harus menghapus jauh-jauh impian membawa pulang SU-35 buatan Rusia tersebut dan menggantinya dengan F-14 yang sebenarnya jauh lebih mahal dan tidak terlalu canggih jika dibandingkan dengan SU-35 akan tetapi menimbang dari segala sisi baik kedaulatan maupun kekuatan pertahanannya F-14 bisa dikatakan sebagai alternatif untuk Indonesia yang masih ingin memodernisasi kekuatan militernya dan melindungi kedaulatan agar terhindar dari ancaman Amerika Serikat.

Penulis: Ananda Najmah Fakhirah
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Referensi

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia, Anggaran Jumbo Prabowo Rp 134 T di 2023, Buat Apa Saja?,

https://www.cnbcindonesia.com/news/20221202102502-4-393190/anggaran-jumbo-prabowo-rp-134-t-di-2023-buat-apa-saja#:~:text=Secara%20rinci%2C%20anggaran%20program%20pelaksanaan,sebanyak%20Rp%2024%2C68%20miliar. [diakses pada tanggal 15 Juli 2023]

https://etd.umy.ac.id/id/eprint/29295/4/Bab%20I.pdf  [diakses pada tanggal 15 Juli 2023]

Muhaimin, SINDONEWS, Indonesia Batal Beli 11 Jet Tempur Su-35 Rusia Gara-gara AS https://international.sindonews.com/read/638533/40/indonesia-batal-beli-11-jet-tempur-su-35-rusia-gara-gara-as-1640365978#:~:text=JAKARTA%20%2D%20Indonesia%20membatalkan%20rencana%20untuk,dari%20Amerika%20Serikat%20(AS). [diakses pada tanggal 15 Juli 2023]

Ridwan Edward, detikSulsel, 100 Ranking Militer Dunia 2023, Indonesia Urutan Berapa?. https://www.detik.com/sulsel/berita/d-6503707/100-ranking-militer-dunia-2023-indonesia-urutan-berapa [diakses pada 15 Juli 2023]

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia, Apa Sih Ancaman AS Kalau Prabowo Beli Sukhoi Su-35 Rusia?

https://www.cnbcindonesia.com/news/20200727114751-4-175599/apa-sih-ancaman-as-kalau-prabowo-beli-sukhoi-su-35-rusia [diakses pada tanggal 15 Juli 2023]

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI