Pembelajaran Daring dan Menipisnya Budaya 5s dalam Penguatan Karakter

Pembelajaran daring budaya 5s

Pendidikan Karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah untuk membentuk pribadi anak supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat dan warga negara yang baik (T.Ramli; 2003).

Pendidikan Karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun negara (Suyanto;2009).

Pendidikan Karakter adalah pendidikan yang dilakukan dengan pendekatan langsung kepada peserta didik. Untuk menanamkan nilai moral dan memberikan pelajaran kepada murid mengenai pengetahuan moral dalam upaya mencegah perilaku yang dilarang (John W.Santrock:2007).

Pendidikan karakter bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai karakter tertentu kepada peserta didik yang memuat komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, serta tindakan untuk melakukan nilai-nilai yang sumbernya dari agama, Pancasila, dan budaya.

Bacaan Lainnya

Baca Juga: KBM Daring Demi Eksistensi Dan Formalitas Semata?

Pembentukan karakter di bangsa kita Indonesia terhadap peserta didik meliputi sisi religius, kejujuran, sikap toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, kemandirian, sikap demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, sikap bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli terhadap lingkungan, peduli sosial, serta memiliki rasa tanggung jawab.

Implementasi nilai-nilai luhur dalam lingkungan satuan pendidikan (sekolah), keluarga, dan masyarakat merupakan pendidikan karakter. Pendidikan karakter menjadi prioritas dalam pembangunan nasional yang diamanatkan dalam Pancasila, Pembukaan UUD 1945, dan untuk mengatasi permasalahan yang ada di Indonesia saat ini. Pendidikan karakter menanamkan kebiasaan, sehingga siswa dapat memahami (kognitif) tentang mana yang benar dan mana yang salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan dapat dilakukannya.

Salah satu program sekolah untuk Pendidikan karakter adalah diterapkan program 5S (Salam, Senyum, Sapa, Sopan, dan Santun) dengan harapan dapat menguatkan karakter siswa dan menjadikan semua warga sekolah memiliki kepribadian yang baik. Program 5S (Salam, Senyum, Sapa, Sopan, dan Santun) mengajarkan siswa bersikap saling menghormati satu sama lain, serta pentingnya bersikap saling menghargai, simpati, dan empati di lingkungan sekolah maupun masyarakat.

Pencapaian dalam Pendidikan di bangsa kita Indonesia mengacu pada empat pilar pendidikan yaitu learning to know, learning to do, learning to be, learning to live together, diharapkan siswa mampu memahami hal baik yang harus dilakukan dan hal buruk yang harus dihindari serta memahami arti hidup diri sendiri dan orang lain, sehingga mampu saling menghargai untuk menciptakan lingkungan yang aman dan tenteram.

Baca Juga: Tetap Mengedepankan Perkembangan Karakter dalam Pembelajaran Daring

Perkembangan zaman yang semakin pesat diera globalisasi penguatan pendidikan karakter siswa sangat penting untuk dilakukan karena perilaku terpuji siswa telah mulai luntur dapat menimbulkan krisis moral yang berakibat pada perilaku negatif, seperti pergaulan bebas, penyalahgunaan obat terlarang, pencurian, kekerasan terhadap anak, dan lain sebagainya. Pembentukan karakter peserta didik juga menjadi tujuan utama dari pendidikan nasional yang terimplementasi dalam Kurikulum 2013.

Menipisnya penerapan Program 5S (Salam, Senyum, Sapa, Sopan, dan Santun) yang merupakan salah satu program penunjang Pendidikan karakter, dalam pembelajaran DARING yang dilaksanakan pada masa pandemi Covid 19 sangat terlihat jelas di saat peserta didik mengikuti pembelajaran LURING Tatap Muka Terbatas (PTM terbatas).

Bagaimana sikap dan perilaku peserta didik di sekolah, tidak menyapa saat bertemu dengan teman , tidak memberi salam saat bertemu guru di sekolah, kurang sopan dan santun dalam percakapan dalam kegiatan pembelajaran, bahkan rasa sosial dengan teman sangat krisis. Tidak hanya itu antusias peserta didik dalam pembelajaran  juga menurun.

Keterbiasaan peserta didik dalam pembelajar online dengan interaksi melalui WhatsApp maupun aplikasi online misal Google Classroom sehingga pembiasaan 5S (Salam, Senyum, Sapa, Sopan, dan Santun) terlupakan, penerapan dalam pembelajaran secara online memberi salam namun tidak secara langsung bertatap muka belum cukup efektif menyentuh sisi pendidikan karakter peserta didik. Sebab, pembelajaran daring tidak secara langsung dapat mengganti perubahan tingkah laku peserta didik.

Perlu disadari, pembentukan karakter peserta didik dipola dengan pembiasaan yang akan berujung kepada kebiasaan yang membentuk habit atau kesukaan yang diterapkan dalam perilaku maupun tindakan keseharian baik di lingkungan sekolah, keluarga bahkan di masyarakat.

Baca Juga: Kendala Pelajar di Daerah Terpencil selama Pembelajaran Daring

Kalau kita perhatikan, kebiasaan di pembelajaran DARING terbawa juga di saat pembelajaran LURING misal keluhan guru akan tugas-tugas yang terlambat dikerjakan, bahkan tidak dikerjakan sama sekali. Selain itu, kebiasaan peserta didik yang hanya disibukkan bermain gadget, sehingga rasa sosialnya semakin berkurang saat bertemu dengan teman di sekolah. Artinya karakter disiplin, kejujuran, kemandirian, sikap menghargai, dan tanggung jawabnya sangat lemah. 

Permasalahan ini dapat dinyatakan bahwa menipisnya karakter peserta didik dalam penerapan 5S yang merupakan implementasi dari Pendidikan karakter peserta didik . Tentu hal ini tidak dapat dibiarkan berlarut-larut supaya implementasi Kurikulum 2013 dalam penanaman moral dan nilai karakter tetap tercapai.

Adapun solusi untuk menangani permasalahan tersebut yang kami lakukan di SD Wujud Kasih Ungaran adalah pertama, membiasakan kembali program 5S dalam setiap pembelajaran secara berulang sampai menjadi kebiasaan yang dilakukan oleh peserta didik, kedua, pendidik memberikan contoh secara terus menerus misal jika bertemu siswa diingatkan untuk menyapa, ketiga, bagi siswa bermasalah atau mengalami hambatan, diberikan pemberitahuan secara berkala kepada peserta didik.

Kami juga tidak mengesampingkan peserta didik yang sudah tertib dalam pelaksanaan pembelajaran. Dengan selalu mengapresiasi mereka melalui ungkapan dan reward bintang sebagai penilaian. Hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan pembelajaran tetap terlaksana dengan baik. Penanaman karakter peserta didik juga dapat tercapai dengan program penerapan 5S.

Sri Mulyani
Mahasiswa Universitas Ngudi Waluyo Ungaran

Editor: Diana Pratiwi

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses