Analisis Terjemah Ayat Al-Qur’an, Hadits Nabi dan Pendapat Ulama

Analisis Terjemah Ayat Al-Qur’an

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas tarjamah ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari analisis terjemah ini adalah untuk memenuhi tugas  UAS pada mata kuliah tarjamah. Selain itu, analisis ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Terlebih dahulu, saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Toto Edidarmo, M.A selaku Dosen tarjamah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni ini. 

Bacaan Lainnya
DONASI

Kemudian, saya menyadari bahwa tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan demi kesempurnaan tugas ini.

Baca Juga: Analisis Penerjemahan Surat An Nur Ayat 4: Hadist Tentang Menyambung Silaturahmi dan Berbuat Baik Kepada Sesama

Dalam artikel ini saya akan menganalisis tentang hasil terjemahan Arab-Indonesia, yang terdiri dari ayat Al-Qur’an, hadits, dan pendapat ulama.

A. Pembahasan

Pertama, saya akan menganalisis (Q.S Ali Imran ayat 104)

وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

Artinya: “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali Imran ayat 104)

Menurut saya, penerjemahan ini sudah spesifik dan cukup bagus. Karena, tidak ada perbedaan arti dari tahun ke tahun. Di dalam Al-Quran Kemenag RI terjemah dari surah Ali Imran ayat 104 yaitu ‘’Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar.[1] Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. Jika dilihat dalam Mushaf Al-Quran dari Kementrian Agama Republik Indonesia atau bisa disebut juga Al-Quran Kemenag, terjemahan tersebut sudah sesuai dan sama persis dengan terjemahan yang ada pada Al-Quran.

Hal inilah yang meyakinkan saya bahwasanya terjemahan ayat diatas yang saya temukan pada salah satu Website berita terkenal yaitu Republika Online, itu sudah cukup baik dan sesuai dengan kaidah penerjemahan. Dalam terjemahan ini, mungkin saya akan memberikan penjelasan mengenai makna ma’ruf dan munkar saja. Menurut kamus Al-Munawir Arab-Indonesia terlengkap bahwa arti amar adalah memerintahkan. Ma’ruf artinya adalah kebajikan.

Nahi artinya melarang atau mencegah. Munkar artinya adalah keji atau munkar.[2] Kemudian, amar ma’ruf nahi munkar secara terminologi ialah mengajak kepada perbuatan yang baik dan mencegah kepada perbuatan yang munkar. Secara etimologi amar berarti adalah perintah, ajakan, anjuran, himbauan bahkan juga berarti permohonan. Ma’ruf artinya baik, layak, patut. Nahi munkar berarti melarang, mencegah dan munkar berarti durhaka.[3]

Baca Juga: Kritik dan Analisis Terjemahan Teks Keagamaan dalam Media Republika Online

Kedua, saya menganalisis hadits Muttafaq ‘Alaih . (Sahih al-Bukhari, 611. Muslim 383)

“إِذَا سَمِعْتُمُ النِّدَاءَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ الْمُؤَذِّنُ”

Artinya: Jika kalian mendengar kumandang adzan , maka ucapkanlah sebagaimana yang diucapkan muadzdzin (HR. Muttafaq ‘ Alaih). 

Menurut saya, kualitas hadits ini sudah baik. Karena penerjemahan pada hadits di atas menggunakan metode kata demi kata. Yakni penerjemahan tersebut hanya memindahkan secara langsung isi teks bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran secara kata demi kata tanpa mengadakan perubahan susunan kata bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. [4] Namun, saya melihat beberapa artikel lain bahwa ada periwayat lain (HR. Muslim no. 384 ) yang menerjemahkan lebih mudah dipahami oleh si pembaca yaitu dalam kalimat ‘’Jika kalian mendengar muadzin, maka ucapkanlah seperti apa yang diucapkan oleh muadzin’’ dibandingkan penerjemahan hadits di atas. [5] Kemudian, pada kata النداء  pada hadits di atas diterjemahkan ‘’kumandang adzan’’ tetapi menurut saya, kumandang nya dihapus. Jadi arti yang spesifik nya ‘’ Jika kalian mendengarkan adzan’’. Lalu, pada kata مثل   pada terjemahan hadits diatas yaitu ‘’sebagaimana’’ menurut saya, lebih cocok dengan ‘’seperti’’. Jadi, arti yang tepat menurut saya seperti ini ‘’Jika kalian mendengarkan adzan, maka ucapkan seperti apa yang diucapkan muadzin’’.

Ketiga, saya akan menganalisis pendapat ulama.

Dikutip dari kitab Nashaih ‘Ibad karya Syekh Nawawi al-Bantani, Sayyidina Ali bin Abi Thalib berpesan:

النعم ستة أشياء الاسلم والقران ومحهد رسول االله والعافية والستر والغنى عن النس

Artinya: “Nikmat (yang paling utama) ada enam perkara, yaitu: Islam, Alquran, Nabi Muhammad, Keselamatan (hilangnya hal yang tidak disukai), dan tertutupnya aib, dan tidak memerlukan bantuan orang lain (dalam urusan dunia).”

Menurut saya, penulisan arab di atas terdapat beberapa kekeliruan, sehingga sedikit membingungkan para pembacanya walaupun dalam segi tarjamah nya benar. Seperti:  

  1. Dalam kata الاسلم biasanya dijumpai ditulis dengan الإسلام  .
  2. Dalam kata محهد  seharusnya محمد
  3. Dalam lafadz  االله  yang saya ketahui hanya memakai satu alif, sedangkan dalam redaksi hadits tersebut memakai dua alif.
  4. Dalam kata عن النس yang saya temukan di beberapa artikel memakai alif, jadinya الناس  [6]

Kemudian, pada kalimat ‘’dan tidak memerlukan bantuan orang lain’’ menurut saya, kurang cocok jika diterjemahkan seperti itu. Tetapi, ‘’bergantung kepada manusia’’ . Karena jika dipikir secara logika, masa kita hidup tidak memerlukan bantuan orang lain. Maka dari itu, menurut saya kurang tepat penggunaan katanya.

Jadi, penulisannya yang benar sesuai kitab Nasoihul Ibadnya yaitu:

النِّعَمُ سِتَّةُ أَشْيَاءَ الْإِسْلَامُ وَالْقُرْآنُ وَمُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ وَالْعَافِيَةُ وَالسَّتْرُ وَالْغِنَى عَنِ النَّاسِ [7]

Di dalam terjemahan hadits tersebut bahasa yang digunakan sudah baik, sehingga pembaca mudah memahami arti dan maksud dari terjemahan tersebut. Hanya saja, terdapat beberapa kekeliruan dalam penulisan arabnya.

B. Kesimpulan  

Secara keseluruhannya, dalam melakukan penerjemahan suatu teks, seseorang perlulah memenuhi atau mengetahui strategi yang perlu dilakukan. Oleh karena itu, penerjemahan adalah sesuatu hal yang sangat membutuhkan ketelitian dan keuletan dalam pelaksanaannya.

Baca Juga: Tela’ah Kualitas Terjemahan Al Qur’an dan Pendapat Ulama Syekh Nawawi tentang Perenggut yang akan Dihadapi Manusia Setelah Wafat

DAFTAR PUSTAKA

https://quran.kemenag.go.id/sura/3/104

Ahmad Warson Munawir, al-Munawir Kamus Arab Indonesia, Terjemahan Ali Mashum, Jainal Abidin (Surabaya, Pustaka Progresif, 1997), cet, ke-1, h. 1462

Departemen Agama, Ensiklopedia Islam, ( Jakarta : PT Sera Jaya, 1993), cet. ke-4 h.

http://www.galeripustaka.com/2013/05/penerjemahan-kata-demi-kata-bebas-dan-harfiah.html

https://ihram.asia/wawasan/sunah-ketika-mendengar-adzan

نصائح العباد في بيان ألفاظ منبهات على الاستعداد ليوم المعاد لابن حجر العسقلاني

https://almuzakki.or.id/blogfull?link=enam-nikmat-menurut-sayyidina-ali


[1] https://quran.kemenag.go.id/sura/3/104

[2] Ahmad Warson Munawir, al-Munawir Kamus Arab Indonesia, Terjemahan Ali Mashum, Jainal Abidin (Surabaya, Pustaka Progresif, 1997), cet, ke-1, h. 1462

[3] Departemen Agama, Ensiklopedia Islam, ( Jakarta : PT Sera Jaya, 1993), cet. ke-4 h.

[4] http://www.galeripustaka.com/2013/05/penerjemahan-kata-demi-kata-bebas-dan-harfiah.html

[5] https://ihram.asia/wawasan/sunah-ketika-mendengar-adzan

[6] نصائح العباد في بيان ألفاظ منبهات على الاستعداد ليوم المعاد لابن حجر العسقلاني

[7] https://almuzakki.or.id/blogfull?link=enam-nikmat-menurut-sayyidina-ali

Rifda Gista Zahara
Mahasiswi Pendidikan Bahasa Arab
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Editor: Diana Pratiwi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI