Ayo Jadi Netizen yang Baik: Inilah 3 Hal yang Netizen Indonesia Patut Hindari

Jadi Netizen Indonesia yang Baik
Jadi Netizen Indonesia yang Baik. (Foto: Anna Drozdova Getty Images)

Sikap, aksi dan perilaku seseorang tidak hanya merepresentasikan image individu tersebut, melainkan image kelompok individu pula. Jika kita mengambil contoh fans sepak bola, jika fans sepak bola tersebut banyak yang suka menggunakan kekerasan, maka kelompok penggemar sepak bola tersebut akan memiliki reputasi sebagai kelompok yang brutal. Hal ini pun sama di Internet.

Di dunia maya, terdapat tata aturan yang perlu diikuti para pengguna pula. Ada sikap-sikap yang harus diikuti, dan hal-hal  yang tidak boleh dilakukan. Sama dengan contoh kelompok penggemar sepak bola sebelumnya. Perilaku seseorang di Internet dapat memberi image yang merepresentasikan satu kelompok, bahkan satu negara di seluruh Internet.

Oleh karena itu, Netizen Indonesia perlu mengetahui sikap-sikap apa saja yang patut dihindari jika ingin menjaga image, jika tidak image sendiri, image negara kita.

Bacaan Lainnya

Baca juga: Demo Hanya jadi Konten Media Sosial Pribadi?

Hal pertama yang Netizen Indonesia patut hindari di Internet adalah penyerangan massal sebagai retaliasi konflik. Baik konflik tersebut bersifat dalam negeri atau luar negeri, penyerangan secara massal biasanya dilihat sebagai hal yang buruk bagi para penonton lain yang tidak memiliki afiliasi.

Serangan massal Netizen Indonesia bersifat membanjiri area komentar sosial media, baik Instagram, Twitter, atau sosial media lain dengan kebencian.

Mari kita melihat kasus Badminton World Federation pada tahun 2021. Pada turnamen All England Badminton 2021, Indonesia terpaksa dimundurkan dikarenakan kekhawatiran mengenai COVID-19. Hal ini tentunya membuat marah berbagai macam pihak, baik Indonesai atau luar Indonesia.

Hal yang membedakan reaksi Netizen Indonesia adalah walaupun ada beberapa yang menyuarakan rasa ketidakadilanya dengan benar, banyak yang menyerbu komen dengan melemparkan hina-hina dan tidak ada lain lagi.

Baca juga: Sosial Media dapat Menjebak Kita dalam Kriminalitas

Contoh lain dari Netizen Indonesia menggunakan serangan ejekan dan penghinaan adalah pada saat tahun 2021, akun Instagram Microsoft mengeluarkan hasil dari laporan terbarunya Digital Civility Index (DCI), dimana dari 32 negara, Indonesia tertempat pada posisi ke-29, membuat Indonesia sebagai negara yang tidak terlalu sopan di dunia maya.

Sebagai tanggapan Netizen Indonesia dari informasi ini, kolom komen Instagram tersebut dipenuhi dengan berbagai macam komentar negatif, bahkan mejelek-jelekan nama Microsoft. Lucunya, aksi ini hanya memperkuat bukti bahwa Netizen Indonesia bukanlah pengguna dunia maya yang sopan.

Selain menggunakan spam sebagai teknik penyerangan massal, hal lain yang Netizen Indonesia patut hindari adalah misinformasi dan hoax. Masalah hoax dan misinformasi di Indonesia memanglah hal yang besar, oleh karena itu banyak organisasi, bahkan dalam pihak pemerintah seperti Kementerian Keuangan Republik Indonesia membuat artikel yang mengingatkan bahayanya hoax dan misinformasi, berjudul “Jangan Mudah Termakan Hoax, Saring Sebelum Sharing”. Walau isu misinformasi dan hoax ini sudah banyak peringatannya, belum berarti Netizen Indonesia kebal terhadap misinformasi dan hoax.

Apakah anda ingat di tahun 2006, ada video yang beredar di YouTube dengan judul “Anak Durhaka”, dan deskripsi “Anak durhaka berubah jadi ikan”? Contoh hoax yang dari tahun lalu itu memiliki efek yang amat besarnya di Indonesia sampai sekarang teringat-ingat. Tetapi, kita sekarang seharusnya sudah lebih jeli dalam mengetahui yang mana informasi hoax, dan ifnormasi mana yang tulen.

Di sisi lain, ada misinformasi, atau salah informasi, yang agak berbeda dengan hoax. Contoh berikut ini memutar balik ke sifat penyerangan Netizen Indonesia lagi.

Dalam kerumuhan All England tahun 2021, Netizen Indonesia mencari target untuk menumpahkan amarahnya. Pada masa itu, satu wasit terduga memiliki bias terhadap Indonesia. OIeh karena itu, Netizen Indonesia pergi ke halaman Instagram wasit tersebut untuk mengisi halamannya dengan komentar-komentar negatif.

Akan tetapi, informasi yang tersebar ternyata salah. Individu yang dikirimi komentar-komentar negatif adalah komedian dan aktor Inggris, Stephen Fry. Sebelum Netizen Indonesia sadar akan misinformasi ini, post Instagram Stephen Fry penuh dengan komentar-komentar negatif Netizen Indonesia, yang pada akhirnya, sadar dan meminta maaf kepada Stephen Fry. Dengan perilaku seperti ini, tentunya perhatian sedunia akan melihat aksi-aksi Netizen Indonesia di akun Stephen Fry dan akan menilai Indonesia berdasar perilaku Netizen Indonesia.

Baca juga: Media Sosial Kurang Bermanfaat di Indonesia

Hal terakhir yang kita sebagai Netizen Indonesa harus hindari adalah mindset yang tidak memikirkan situasi dan reaksi. Sama seperti di dunia nyata, perilaku dan aksi yang dibuat pada tempat yang publik akan mendapatkan reaksi dari publik pula.

Jika seseorang bersikap tidak sopan di tengah mall, maka reaksi yang didapatkan tentunya reaksi negatif. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam bersikap. Salah satu contoh Netizen Indonesia bersikap tanpa memikirkan situasi dan reaksi adalah saat pasangan sesame kelamin (gay) di Thailand mengumumkan pernikahannya.

Tentunya, dunia maya ini tidak terhuni hanya orang yang percaya bahwa pernikahan sesama kelamin adalah hal yang dilarang ataupun buruk. Di Thailand, pergerakan-pergerakan telah dimulai dalam upaya untuk menyetujui pernikahan sesama kelamin.

Akan tetapi, di post Facebook tersebut, Netizen Indonesia yang tidak setuju dengan pernikahan sesama kelamin tersebut melempari komentar-komentar yang amat negatif seperti “bakal membuat dunia kiamat”.

Tentunya komentar-komentar tersebut tidak akan diambil dengan baik pada pasangan pernikahan. Jika Anda masuk ke sebuah pernikahan dan melempar caci maki, maka reaksi pihak yang membuat pernikahan tersebut akan serius dan negatif.

Hasil dari Netizen Indonesia menyerbu komen post pernikahan ini adalah pengantin tersebut menuntut Netizen Indonesia atas hinaan yang kejam tersebut. Hal ini berakhir dengan Ronnarong Kaewpetch, pengacara dari Network of Campaigning for Justice menyampaikan berita bahwa tiap orang yang telah melempari hinaan terhadap pasangan tersebut dilarang pergi ke Thailand, dan akan ditangkap jika tertemukan di Thailand.

Dalam dunia yang mulai miring kepada pemikiran yang progresif ini, dimana hal-hal seperti pernikahan sesama kelamin disetujui, hal ini akan memberi Indonesia image yang amat negatif di mata dunia.

Dengan aksi Netizen Indonesia ini yang tidak memikirkan situasi dunia dan reaksi yang akan didapatkan, mata-mata dunia maya yang melihat insiden tersebut akan melihat Indonesia pula dalam pandangan yang negatif, walaupun tidak semua Netizen Indonesia setuju dengan aksi-aksi tersebut.

Jadi teman-teman, dari berbagai macam cerita yang telah kita baca, mari belajar bagaimana menjadi Netizen yang baik. Marah dengan insiden bukannya tidak dibolehkan di Internet, malah menyuarakan rasa ketidak-senangan di Internet adalah hal yang sering dilakukan oleh para pengguna dunia maya. Akan tetapi, hal yang membuat penerima reaksi dari suara tersebut adalah bagaimana kita menyuarakannya.

Jika kita hanya memberi spam di komen, tidak memikirkan situasi dan reaksi sekitar sebelum membuat komen, dan bahkan tidak mengecek informasi sampai salah target seperti kasus Stephen Fry yang tadi, tentunya image kita, baik Netizen Indonesia atau Indonesia sendiri akan tercemar.

Dengan menggunakan internet dan social media dengan bertanggung jawab, dan mengingat bahwa dari aksi yang kita buat di Internet akan memiliki reaksi yang sama, bahkan mungkin lebih besar dari dunia nyata, maka kita sebagai Netizen akan dapat menjaga image dan nama baik kita. Bahkan posisi kita mungkin naik di Digital Civility Index!

Penulis: Diptya Pinaka Herring Candraditya
Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Binus University Malang

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI