Bahaya Kriminalitas dan Dampak Kekerasan dalam Lingkup Sekolah Kedinasan

Sekolah Kedinasan
Ilustrasi Sekolah Kedinasan Penerbangan (Sumber: Media Sosial dari freepik.com)

The Danger of Criminality and Impact of Violence

Abstrak

Kenakalan pada lingkup sekolah kedinasan di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh pola relasi subjek–objek yang terbangun dalam ilmu pengetahuan.

Pola relasi tersebut berakar pada ketidakobjektivan sistem senioritas dalam Ketarunaan. Kehancuran Sistem pengasuhan dalam dunia pendidikan terja dibukan karena nilai  akademik memburuk namun karena moral yang hancur.

Pengaruh dalam bersosial media maupun memiliki komunitas kenakalan menjadi aspek terjadinya tindak kejahatan yang dilakukan oleh Taruna dalam Sekolah Kedinasan.

Bacaan Lainnya
DONASI

Teori kontrol menyatakan bahwa penyimpangan dan bahkan kriminalitas atau pelaku kriminal merupakan bukti kegagalan kelompok-kelompok sosial konvensional seperti keluarga, sekolah atau kelompok-kelompok dominan lainnya dalam mengikat individu agar tetap conform sehingga kenakalan pelajar tidak terjadi lagi dalam dunia pendidikan.

Abstract

Delinquency in the scope of official schools in Indonesia is inseparable from the influence of subject-object relation patterns that are built in science.

This relationship pattern is rooted in the non-objectivity of the seniority system in Youth. The destruction of the Parenting System in the world of education occurs not because academic grades deteriorate, but because morals are destroyed.

Influence on social media and having a community of delinquents is an aspect of the occurrence of crimes committed by cadets in official schools.

Control theory states that deviance and even crime or criminals are evidence of the failure of conventional social groups such as families, schools or other dominant groups in binding individuals to conform so that student delinquency does not occur again in the world of education.

Pendahuluan

Pada saat ini permasalahan kekerasan khususnya yang terjadi di lingkungan sekolah semangkin menjadi perhatian masyarakat dan pemerintah.

Beberapa contoh kekerasan yang terjadi di sekolah bisa disebabkan oleh faktor tenaga pendidik dan peserta didik itu sendiri seperti hubungan antara senior dan junior. Sebagai contoh senior yang secara tidak sengaja melakukan kekerasan dengan tujuan mendisiplinkan junior. 

Kekerasan sebagaimana yang telah diketahui bersama bukanlah hal yang aneh dalam kehidupan kita sehari-hari. Karena, permasalahan kekerasan, hampir terjadi disetiap tempat mulai di lingkungan keluarga, masyarakat maupun dalam lingkungan pendidikan.

Namun tindakan kekerasan pada hakikatnya tidak pernah menyelesaikan masalah, selain meninggalkan luka fisik maupun luka batin bagi para korban.

Di lingkungan pendidikan, tindakan kekerasan dapat menimbulkan dampak yang sangat besar bagi perkembangan peserta didik, misalnya seperti peserta didik yang hilang rasa percaya diri dalam menjalani pendidikan, kreativitas mereka menjadi terhambat, mereka menjadi merasa ketakutan bahkan trauma. 

Terkadang hukuman selain akan memberikan dampak yang besar terhadap perkembangan siswa juga akan mengakibatkan siswa memiliki rasa dendam. Dan jika siswa tersebut tidak dapat membalaskan dendamnya, maka akan terjadi pengalihan dalam bentuk kekerasan terhadap orang lain misalnya tawuran.

Salah satu perilaku remaja yang terjadi secara turun temurun bahkan menjadi tradisi di suatu lembaga pendidikan adalah senioritas. Senioritas dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat terpisahkan dalam kehidupan masyarakat.

Hal tersebut di karenakan dalam kehidupan manusia terdapat perbedaan tingakatan. Tingkatan yang ada di pendidikan yaitu senior dan junior. Dimana dalam budaya yang ada di Indonesia yaitu budaya menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda.

Dimana dari perbedaan tingkatan inilah yang di manfaatkan oleh senior untuk bersikap sewenang-wenang kepada junior. Sehingga tak jarang kasus senioritas ini memunculkan aksi-aksi kekeraan di sampingnya. Bahkan senioritas juga menimbulkan korban jiwa.

Meskipun tradisi senioritas sudah mulai di hilangkan dalam dunia pendidikan, masih banyak kasus yang menunjukkan budaya senioritas di sekolah atau universitas yang menggunakan kekerasan.

Baca juga: Pengaruh Aturan dan Hukuman terhadap Manajemen Tingkah Laku Taruna pada Sekolah Kedinasan

Metode Penelitian

Tujuan dalam tulisan Jurnal ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisa dengan menggunakan  kajian Analisa dalam kejadian dalam lembaga Pendidikan terkhususnya (SEKOLAH KEDINASAN)  mengenai masalah sosial dalam hal ini kriminalitas Taruna yaitu kekerasan dalam dunia pendidikan.

Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode studi kasus yaitu metode dalam rangka mengeksplorasi masalah sosial secara terbatas namun mendalam. Penelitian ini akan membahas mengenai:

  1. Pengertian kekerasan,
  2. Kekerasan ditinjau dari landasan hukum pendidikan,
  3. Faktor penyebab terjadinya kekerasan di lingkungan lembaga pendidikan,
  4. Solusi mengatasi kekerasan di lingkungan pendidikan,
  5. Dampak kekerasan di lingkungan pendidikan.

Pembahasan

Pengertian Kekerasan

Kekerasan adalah setiap perbuatan penyalahgunaan kekuatan fisik dengan atau tanpa menggunakan sarana secara melawan hukum dan menimbulkan bahaya bagi badan, nyawa, dan kemerdekaan orang, termasuk menjadikan orang pingsan atau tidak berdaya.

Studi Kasus

Di dalam pendidikan, kasus kekerasan menjadi sesuatu hal yang sering terjadi. Kasus kekerasan sudah lama ada di lingkungan pendidikan, namun yang banyak menjadi perhatian adalah kasus kekerasan setiap tahunnya selalu terjadi.

Perilaku menyimpang ini tidak serta merta terjadi melainkan terdapat sesuatu peristiwa yang menyebabkan timbulnya perilaku menyimpang.

Penyebab terjadinya bullying atau kekerasan di sekolah yakni adanya sebuah tradisi kekerasan yang di turunkan yaitu senioritas, balas dendam, untuk memperlihatkan kekuasaan yang dimiliki, perilaku yang di lakukan oleh korban bullying tidak sesuai dengan apa yang di harapkan oleh pelaku, mendapatkan kepuasan tersendiri, etika sopan santun korban dianggap kurang sopan menurut pelaku bullying.

  1. Kekerasan Praja IPDN

    Dalam sebuah peristiwa yang terjadi dalam kalangan Taruna yaitu kasus senioritas yang menggunakan kekerasan saat Praja IPDN tewas saat orientasi kasus penganiayaan di IPDN sempat mencuat kembali. Ini dipicu dari tewasnya Praja Sulawesi Utara bernama Jonoly Untayanadi. Praja ini mengembuskan napas terakhir saat mengikuti orientasi.

    Dari keterangan kerabat korban, Anton Jabarmase, Jonoly sebelumnya sering keluar masuk rumah sakit akibat disiksa para seniornya. “Sebelum ini, dia (korban) juga pernah masuk rumah sakit karena disiksa.” Sementara itu, pihak IPDN mengatakan praja muda ini tewas akibat terperosok saat melewati kolam sedalam 2 meter.
  2. Tewasnya Taruna STIP

    Kasus tewasnya taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) rupanya hanya dipicu masalah sepele. Dimas yang merupakan taruna tingkat pertama sekolah pelayaran tersebut dinilai tidak kompak serta tak respek jika berhadapan dengan para seniornya.

    Para pelaku mengaku ditegur oleh taruna semester IV yang menyebut bahwa korban tidak respek dan tidak kompak. “Selanjutnya para korban dipanggil ke tempat kos pelaku Angga. Di mana rumah kos tersebut kerap dipakai para pelaku berkumpul,”.

Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan di Lingkungan Pendidikan Pendidikan

Kekerasan muncul akibat adanya pelanggaran yang disertai dengan hukuman terutama berupa hukuman fisik. Sebagai contoh kekerasan yang terjadi antara hubungan senior dan junior di lingkungan pendidikan bisa terjadi karena senior sangat kurang memiliki kasih sayang terhadap junior nya atau dahulu dia sendiri pernah diperlakukan keras dan menjadi korban kekerasan sehingga menyimpan dendam dan harus di balaskan kepada juniornya.

Kurangnya kompetensi lingkungan pendidikan dalam membimbing, mengawasi dan mengevaluasi pendidik dan perserta didiknya juga menjadi salah satu faktor kekerasan bisa terjadi.

Kelalaian ini sering terjadi karna menganggap apabila kekerasan terjadi korban akan langsung melaporkan, sebenarnya hal itu juga bisa terjadi tetapi beberapa diantaranya juga ada yang diancam dan ditekan yang membuat kondisi nya semakin merasa ketakutan.

Kekerasan di lingkungan pendidikan  juga dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat dan tayangan media sosial yang belakangan ini kian vulgar dalam menampilkan aksi-aksi kekerasan, kemudahan dalam mengakses sosial media ternyata tidak hanya berdampak posistif tetapi juga negatif .

Kekerasan dalam dunia pendidikan bisa  dipengaruhi oleh latar belakang sosial-ekonomi pelaku. Pelaku kekerasan sering muncul karena Ia mengalami himpitan sosial-ekonomi. Adanya perampasan atau mengambil secara paksa milik orang lain menjadi hak milik untuk kepentingan pribadi.

Baca juga: Bahaya Kriminalitas dan Dampak Kekerasan Dalam Lingkup Sekolah Kedinasan

Solusi Mengatasi Kekerasan di Lingkungan Pendidikan

  1. Penerapan Sistem Humanisasi Pendidikan

    Humanisasi pendidikan merupakan upaya untuk menyiapkan generasi bangsa yang cerdas nalar, cerdas emosional, dan cerdas spiritual, bukan malah menciptakan individu-individu yang berwawasan sempit, traditional, pasif, dan tidak mampu menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi.
  2. Menumbuhkan Kesadaran Kepada Pendidik

    Tenaga pendidik berperan sebagai pendidik dan motivator bagi siswa-siswinya. Selain itu juga, dituntut berkerja cerdas dan kreatif dalam mentranformasikan ilmu atau materi kepada peserta didiknya dan berupaya sebaik mungkin dalam menjelaskan suatu materi sehingga materi tersebut bisa diaplikasikan dalam keseharian siswa itu sendiri.

    Tugas sebagai pendidik adalah tugas yang sangat berat. Tenaga pendidik dituntut mampu menanamkan nilai-nilai moral, kedisiplinan, sopan santun, dan ketertiban sesuai dengan peraturan atau tata tertib yang berlaku di sekolah masing- masing.

    Dengan demikian, diharapkan peserta didik tumbuh menjadi peribadi yang sigap, mandiri, dan disiplin. Sebagai motivator, pendidik harus mampu menjadi pemicu semangat peserta didiknya dalam belajar dan meraih prestasi.
  3. Pemberlakuan Sanksi Yang Tegas

    Ketegasan lingkungan pendidikan dalam menerapkan peraturan dan sanksi kepada segenap warga sekolah, termasuk di dalamnya tenaga pendidik dan peserta didik itu sendiri.

    Diharapkan, dengan penegakan displin di semua unsur, tidak terdengar lagi seorang tenaga pendidik menghukum siswanya dengan marah-marah atau melakukan kekerasan.

    Dan diharapkan tidak ada lagi peserta didik yang melakukan tindakan kekerasan terhadap temannya atau juniornya. Sebab, kalau terbukti melanggar, berarti siap menerima sanksi.

Dampak Kekerasan di Lingkungan Pendidikan

Ada beberapa dampak dalam kekerasan yaitu :

  1. Fisik

    Mengakibatkan organ-organ tubuh siswa mengalami kerusakan, seperti memar, luka-luka dan lain-lain. Apabila hal ini terjadi ada banyak kemungkinan.
  2. Psikologis

    Rasa takut, rasa tidak aman, dendam, menurunnya semangat belajar, daya konsentrasi, kreativitas, hilang inisiatif, daya tahan (mental), menurunnya rasa percaya diri, inferior, stress, depresi, dsb. Dalam jangka panjang bisa berakibat pada penurunan prestasi, perubahan perilaku.
  3. Sosial

    Siswa yang mengalami tindakan kekerasan tanpa ada penanggulangan, bisa saja menarik diri dari lingkungan pergaulan karena takut, merasa terancam dan merasa tidak bahagia berada diantara teman-temannya.

    Mereka juga jadi pendiam, sulit berkomunikasi baik dengan guru maupun dengan sesama teman. Bisa jadi mereka jadi sulit mempercayai orang lain, dan semakin menutup diri dari pergaulan

Kesimpulan

Kekerasan dapat terjadi dimana saja, termasuk di lembaga pendidikan. Pencegahan terhadap kekerasan dalam dunia pendidikan ini dapat dilakukan dengan penerapan humanisasi pendidikan, internalisasi nilai-nilai keagamaan, serta penumbuhan sikap tanggung jawab kepada pendidik, sehingga bisa memberikan contoh yang baik kepada peserta didiknya.

Kemudian pemberlakuan sanksi yang tegas terhadap pelanggaran kekerasan, tanpa membeda-bedakan kedudukan ataupun status sosial. Perilaku senioritas dengan menggunakan kekerasan di sebabkan oleh kurangnya kontrol sosial dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Ketiga bentuk lingkungan pendidikan tersebut memberikan pengaruh yang sangat besar bagi perilaku remaja. Karena lingkungan tersebut merupakan lingkungan yang ada di sekitar remaja.

Ketika lingkungan tersebut memberikan pendidikan moral yang baik serta memahami perannya masing-masing maka akan dapat memberikan kontrol sosial bagi perilaku remaja untuk tidak melakukan kekerasan dalam senioritas di lingkungan pendidikan.

Maka dari itu kontrol sosial akan sangat berpengaruh dalam mengontrol perilaku remaja yang melakukan kekerasan dalam senioritas di lingkungan pendidikan.

Penulis: Gerald Christ Mario Hutabarat
Mahasiswa Teknik Listrik Bandar Udara, Politeknik Penerbangan Medan

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

Daftar Pustaka

Asmani  mamur, Jamal. 2012. Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah. Jakarta:Buku Biru

Fachruddin, F. (2018). Kekerasan Simbolik di Sekolah. Sukma: Jurnal Pendidikan.

Karlina, L. (2020). Fenomena Terjadinya Kenakalan Remaja. Edukasi Nonformal.

Miftah, Zainul. 2011. Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Bimbingan & Konseling. Surabaya: Gena Pratama Pustaka.

Septalinda, Arofah. 2013. Kekerasan dalam Dunia Pendidikan. Jakarta : Generus Indonesia

Sudarsono. 2008. Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka cipta.Perilaku Kekerasan Di Sekolah Akibat Minimnya Budaya Literasi. https://daerah.sindonews.com/12 Februari 2018. Budiarti, Meilanny. “Penanganan terhadap Anak Korban Kekerasan di Cimahi”. Jurnal Share. No. 1 Vol 3, 2014

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI