Covid-19 Menyerang, Kita Mesti Waspada

Indonesia saat ini tengah berada dalam hiruk-pikuk perjuangan. Bukan lagi melawan penjajah, korupsi atau sebagainya. Indonesia saat ini sedang melawan Corona Virus Disease (Covid-19). Semua kemampuan untuk melawan Covid-19 dikerahkan. Semua memberi dedikasi tanpa pamrih, perawat, dokter, polisi, dan tentunya pemerintah pusat hingga tingkat daerah.

Jika harus memilih, mungkin lebih baik melawan penjajah yang tampak daripada melawan virus yang tak kasat mata. Covid-19 membuat modal sosial beradaptasi dengan cepat. Para pekerja kantoran dipekerjakan di rumah, pelajar dan mahasiswa dibelajarkan di rumah. Banyak orang di rumah saja termasuk ibadah di rumah. Akibatnya, polusi yang kadangkala menyelimuti langit benar-benar bersih tanpa polusi. Itu karena aktivitas manusia yang begitu diminimalisir di luar rumah.

15 Maret 2020, banyak kampus dan sekolah menerbitkan surat himbauan untuk tidak ke kampus, khususnya di Jabodetabek. Saya adalah salah satu mahasiswa IPB tingkat dua. Ujian tengah semester (UTS) masih tersisa satu pekan, dan masih ada dua bulan kegiatan belajar mengajar (KBM) sesi ujian akhir semester (UAS), kebijakan KBM kampus menjadikan UTS dan sesi KBM UAS menjadi daring.

Bacaan Lainnya

Akhirnya, banyak mahasiswa rantau yang memilih untuk pulang ke daerah masing-masing. Di tengah maraknya penyebaran Covid-19, bagaimana akan terjadi bila mahasiswa dari sekitar Jabodetabek ini pulang ke rumahnya dan menjadi reservoir Covid-19? Bisa saja terjadi bila mereka tidak mematuhi protokol kewaspadaan yang diedarkan pihak pemerintah, kampus, dan organisasi mahasiswa daerahnya.

Teman-teman saya, mahasiswa, yang kuliah di Jabodetabek asal Sulawesi Selatan, ketika sampai di rumah masing-masing mendapat sambutan yang berbeda-beda. Berbagai cara mahasiswa disambut oleh orang tua atau keluarganya. Ada yang tiba di teras rumah kemudian disterilkan dengan mandi, meskipun saat itu adalah tengah malam. Ada yang dijauhi oleh adik-adiknya, mungkin itu doktrin dari ibunya. Ada yang tiba di rumah kemudian disemprotkan disinfektan dan hand sanitizer. Ada yang harus mencuci semua pakaian bawaan, meskipun pakaian hanya di koper dan tidak digunakan selama diperjalanan. Mau bagaimana lagi, meskipun berangkat dari Jabodetabek dalam keadaan sehat, belum tentu ada yang menjamin selama perjalanan pulang tidak ada Covid-19 yang ikut.

Saya Rahmat Senjaya D mengajak semua mahasiswa Sulawesi Selatan yang sedang kembali ke Sulawesi Selatan untuk dapat mematuhi protokol kewaspadaan. Mungkin saja ketika berangkat, tubuh tidak mengindikasikan gejala Covid-19. Namun, biasanya gejala Covid-19 akan muncul dalam waktu 14 hari. Bisa saja seseorang akan berangkat dengan kondisi sehat, namun dalam perjalanan terpapar Covid-19.

Sebaiknya, lebih waspada ketika akan pulang. Sebelum pulang ke rumah masing-masing, periksa kesehatan. Apabila ada gejala flu, batuk, dan demam, sebaiknya menangguhkan perjalanan sementara. Ketika di perjalanan hendak memakai masker penutup mulut dan hidung. Tidak membawa barang bawaan yang banyak. Bersegera mencuci tangan setelah memegang atau menyentuh fasilitas publik. Setelah sampai di rumah masing-masing sangat perlu menjaga atau meminimalisir interaksi dengan keluarga atau orang-orang sekitar dalam kurun waktu minimal 2 pekan (14 hari). Mengamankan barang bawaan dari jangkauan keluarga atau orang-orang sekitar supaya dapat menghindari barang bawaan yang mungkin terpapar virus dari perjalanan. Diharapkan juga segera mandi atau membersihkan tubuh, baju dan celana yang dipakai dari perjalanan segera dicuci.

Rahmat Senjaya D
Ketua Umum Ikatan Kekeluargaan Mahasiswa/Pelajar Indonesia Sulawesi Selatan Cabang Bogor
(IKAMI Sulsel Cabang Bogor)

Mahasiswa asal Kab. Wajo Beasiswa Utusan Daerah IPB University

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI