Knee osteoarthritis adalah suatu penyakit degeneratif berupa gangguan muskuloskeletal yang terjadi pada sendi lutut dikarenakan integritas dari artikular tulang rawan yang rusak sehingga dapat menimbulkan nyeri. Nyeri pada lutut yang dibiarkan terus menerus tanpa dilakukan pengobatan akan menyebabkan gangguan fungsi fisik pada individu yang terkena knee osteoarthritis.
Salah satu intervensi untuk mengatasi nyeri pada knee osteoarthritis yaitu retrowalking. Mekanisme kerja dari retrowalking dalam menurunkan nyeri yaitu melalui mekanisme biomekaniknya yang unik yaitu dimulai dari fase toe on. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas retrowalking terhadap penurunan nyeri pada lansia dengan knee osteoarthritis di Puskesmas Kendal Kerep.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan desain penelitian pre-eksperimental yakni dengan pendekatan prospektif dan menggunakan desain One Group prepost test design. Hasil dari penelitian ini adalah pemberian terapi retrowalking dapat mengurangi nyeri secara signifikan pada pasien knee osteoarthritis.
Baca Juga: Olahraga yang Dapat Meningkatkan Aktivitas Fisik pada Lansia
Semakin bertambahnya usia, lansia akan mengalami penurunan dari kapasitas fisiologis secara bertahap dalam berbagai sistem, seperti muskuloskeletal, kardiovaskuler, neurophyschiatry dan sistem kekebalan tubuh (Multani & Verman, 2007; Rahmanto & Aisyah, 2019).
Fungsi organ-organ akan menurun sebanyak satu persen setiap tahunnya setelah seseorang berusia 30 tahun (Hartono & Pranaka, 2014). Hal ini, menunjukkan bahwa lansia akan cenderung rentan terkena penyakit tertentu seperti osteoarthritis, hipertensi, stroke, demensia dan infeksi (Multani & Verman, 2007; Wardojo et al, 2020).
Akibat dari penurunan kapasitas fisiologis dapat menyebabkan lansia menjadi terisolasi dari lingkungan sosial sehingga akan terjadi penurunan psikologis yaitu depresi (Hartono & Pranaka, 2014; Rosadi et al, 2019; Rosadi & Wardojo, 2017).
METODE
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan desain penelitian pre-eksperimental yakni dengan pendekatan prospektif dan menggunakan desain One-Group pre-post test design yang melibatkan 15 responden sebagai kelompok intervensi retrowalking (n=15), dengan menggunakan teknik quota sampling dalam pengambilan sampel. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji paired t test.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 3.1 menunjukkan hasil uji paired t test untuk efektifitas retrowalking terhadap penurunan nyeri pada lansia dengan knee osteoarthritis di Posyandu Lansia Tejomoyo RW 9 Kendal Kerep.
Hasil analisis uji paired t test setelah intervensi retrowalking dengan menggunakan program SPSS, diperoleh nilai signifikansi 0,000 (p,0,05), nilai Sig. (2-tailed) < taraf nyata (α) sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa H0 ditolak, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan signifikan pada efektivitas retrowalking terhadap penurunan nyeri pada lansia dengan knee osteoarthritis di Posyandu Lansia Tejomoyo Kendal Kerep Kota Malang.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada efektifitas retrowalking terhadap penurunan nyeri pada lansia dengan knee osteoarthritis di Posyandu Lansia Tejomoyo RW 9 Kendal Kerep Kota Malang.
Perbedaan selisih penurunan skor menggambarkan kondisi yang berbeda pada setiap responden yaitu semangkin tinggi skor WOMAC maka mengindikasikan semangkin buruk kondisi nyeri yang dialami responden, namun sebaliknya jika semangkin rendah skor WOMAC mengindikasikan semangkin baik kondisi responden.
Baca Juga: Mahasiswa PMM UMM Adakan Pemeriksaan Kesehatan Gratis bagi Lansia Desa Huntu
Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Nemiwal & Bafna (2014), yaitu semangkin tinggi skor WOMAC mengindikasikan semangkin buruk kondisi nyeri yang dialami individu, dan semangkin rendah skor WOMAC mengindikasikan semangkin baik kondisi individu yang terkena knee osteoarthritis.
Retrowalking sangat efektif dalam menurunkan rasa nyeri dan perbaikan fungsi fisik serta keseimbangan pada pasien dengan knee oasteoarthritis (Shaker, Bhandiwad & Pai, 2013). Retrowalking atau berjalan mundur memiliki keuntungan dibandingkan dengan berjalan maju, dimana saat berjalan mundur mengurangi rentang gerakan dari lutut, membantu mengurangi gaya maksimal vertikal dan gaya impulsif pada lutut (Yadav & Shashidharan, 2016).
Sehingga Retrowalking dapat menurunkan nyeri melalui mekanisme aktivasi dari otot-otot ekstensor dan fleksor hip, dan pada saat melakukan retrowalking atau berjalan mundur penekanan yang terjadi pada patellofemoral joint lebih rendah dibandingkan dengan berjalan maju sehingga dengan memperkuat otot ekstensor dan fleksor hip dapat mengkompensasi nyeri yang terjadi pada lutut (Shanker, Bhandiwad, & Pai, 2013).
Retrowalking termasuk salah satu close kinematic chain exercise, dimana pada siklus berjalan retrowalking ini dimulai dari toe on dari anggota badan ke kaki berikutnya pada badan yang sama, ketika melakukan berjalan mundur akan menurunkan gaya tekan dari sendi patellofemoral yang akan berdampak pada berkurangnya trauma articular cartilage (Wadhwa & Hande, 2016).
Menurut Flynn & Soutas-Little (1993); Threlkeld et al (1989) dalam Shomashekar, et al (2015) menyebutkan bahwa retrowalking atau berjalan mundur telah menjadi sebuah program untuk merehabilitasi cedera tertentu pada lutut, karena dapat mengurangi tekanan pada patellofemoral joint untuk melindungi ligamentum cruciatum anterior (ACL) dari overstretching.
Baca Juga: Ternyata Pandemi Memiliki Pengaruh Positif Terhadap Psikologis Seseorang, Lho!
Joshi, Vij & Singh (2015) menyatakan bahwa, pengurangan nyeri pada retrowalking dikarenakan adanya fase biomekanik yang unik ketika fase swing terjadi sedikit fleksi knee sehingga kompresi yang terjadi pada patellofemoral joint berkurang, dimana permasalahan pada knee osteoarthritis terletak pada patellofemoral joint. ketika fase stance pada retrowalking terjadi lebih banyak fleksi knee dibandingkan dengan forward walking. Hal ini menyebabkan lebih banyak otot-otot posterior yang teraktivasi seperti gluteus, hamstring, calf muscles.
Tidak hanya itu ketika melakukan exercise dapat menurunkan kadar sitokin dalam cairan synovial pada pasien knee osteoarthritis, menghambat degradasi tulang rawan dan memperbaiki nyeri (Marlina, 2015; Amanati & Mukarromah, 2018).
Sitokin merupakan salah satu mediator kimia terjadinya inflamasi, apabila kadar sitokin turun maka mekanisme stimulasi nociceptor oleh stimulus noxious terhambat dan proses tranduksi pada mekanisme nyeri juga akan terhambat. Dimana sitokin yang terlibat di sini yaitu TNF-α dan IL-1B yang berfungsi merangsang pengeluaran prostaglandin dan nitric oxid (NO) yang berguna untuk menurunkan sintesis proteoglikan dan menurunkan matriks tulang.
Apabila kadar TNF-α dan IL-1B turun maka pengeluaran dari prostaglandin dan nitric oxid (NO) akan terhambat sehingga terjadi peningkatan sintesis dari proteoglikan dan meningkatkan pembentukan matriks tulang dan mengikat kation sehingga terjadi peningkatan osmolalitas dalam tulang rawan sendi yang menjadikan permukaan sendi lebih licin mudah digerakkan sehingga nyeri berkurang (Marlina, 2015).
Pemberian terapi retrowalking dapat mengurangi nyeri melalui fase biomekaniknya yang unik yaitu, ketika melakukan retrowalking, dimulai dari toe on anggota badan ke kaki berikutnya pada badan yang sama. Ketika fase swing terjadi sedikit fleksi knee sehingga ketika melakukan retrowalking akan menurunkan gaya tekan dari sendi dari patellofemoral joint sehingga trauma yang terjadi pada articular cartilage akan berkurang dan ketika fase stance terjadi lebih banyak fleksi knee sehingga ketika melakukan retrowalking otot-otot ekstremitas bawah lebih banyak teraktivasi terutama otot-otot ekstensor hip dan otot-otot fleksor hip.
Adhinta Alya Salsabila
Mahasiswa Universitas Binawan
Dosen: Apriyani
Editor: Diana Pratiwi