Abstrak
Di era digital yang didominasi oleh media sosial, fenomena Fear of Missing Out (FOMO) telah menjadi pendorong signifikan dalam perilaku konsumsi Generasi Z. Artikel ini mengeksplorasi secara fenomenologis bagaimana FOMO, sebagai kecemasan akan tertinggal tren atau pengalaman positif orang lain, secara subjektif memengaruhi dorongan variety seeking behavior pada pembelian online. Dengan menganalisis pengalaman konsumen, artikel ini menyoroti bagaimana tekanan emosional dan sosial yang ditimbulkan oleh FOMO mendorong Generasi Z untuk terus mencari dan mencoba produk atau merek baru, alih-alih mempertahankan loyalitas. Pemahaman ini penting bagi pemasar untuk merancang strategi yang tidak hanya efektif tetapi juga etis, serta bagi konsumen untuk mengembangkan kesadaran diri dalam menghadapi dinamika pasar digital.
Kata Kunci: FOMO, Variety Seeking Behavior, Pembelian Online, Generasi Z, Psikologi Konsumen.
Pendahuluan
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membentuk lanskap kehidupan yang sangat berbeda, terutama bagi Generasi Z, individu yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012 (Pristalisa, 2022). Generasi ini tumbuh berdampingan dengan internet dan media sosial, menjadikannya “digital natives” yang sangat akrab dengan teknologi (Prensky, 2001; Widiayanti et al., 2023).
Ketergantungan pada media sosial tidak hanya memfasilitasi komunikasi dan akses informasi, tetapi juga secara signifikan memengaruhi perilaku konsumsi mereka, khususnya dalam konteks pembelian online. Salah satu fenomena psikologis yang menonjol di kalangan Generasi Z adalah Fear of Missing Out (FOMO), yaitu kecemasan atau perasaan tidak nyaman yang muncul ketika seseorang merasa tertinggal dari pengalaman menarik atau tren yang sedang diikuti oleh orang lain, terutama yang terlihat di media sosial (Prybylski et al., 2013).
FOMO bukan sekadar kecemasan biasa; ia mendorong individu untuk terus-menerus mengikuti perkembangan, berpartisipasi, dan membeli agar tidak merasa terasing atau ketinggalan. Fenomena ini telah terbukti menjadi katalisator utama dalam mendorong impulsive buying (Adfioni & Sari, 2025; Qalbi, 2025; Sutinnarto & Alawi, 2024; Wijaningsih et al., 2024).
Namun, dibalik dorongan pembelian impulsif tersebut, terdapat dimensi lain yang menarik untuk dieksplorasi: bagaimana FOMO juga mendorong variety seeking behavior atau perilaku mencari variasi produk. Artikel ini bertujuan untuk menggali pengalaman subjektif konsumen Generasi Z terkait dorongan FOMO dalam mencari variasi produk pada pembelian online, menyoroti implikasi psikologis dan praktisnya.
Baca Juga: Peran Internet sebagai Media Komunikasi Bisnis yang Mengubah Dunia Digital
Pembahasan
FOMO dan Dorongan Perilaku Konsumen
FOMO merupakan konstruksi psikologis yang berakar pada kebutuhan dasar manusia untuk terhubung dan menjadi bagian dari kelompok sosial. Di era digital, media sosial menjadi panggung utama di mana FOMO dipicu dan diperkuat.
Konsumen Generasi Z, yang menghabiskan lebih dari tujuh jam sehari di internet (Alvara Research Center, 2022), secara konstan terpapar pada unggahan teman sebaya, influencer, dan promosi produk yang menonjolkan urgensi serta eksklusivitas (Muhamad et al., 2025; Sutinnarto & Alawi, 2024). Paparan ini menciptakan tekanan emosional dan perasaan mendesak untuk bertindak cepat agar tidak kehilangan kesempatan yang dianggap berharga (Muhamad et al., 2025).
Penelitian menunjukkan bahwa FOMO secara signifikan memengaruhi keputusan pembelian impulsif. Misalnya, Adfioni dan Sari (2025) menemukan bahwa FOMO berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulsive buying pada Generasi Z, yang dimediasi oleh brand passion.
Demikian pula, Qalbi (2025) mengkonfirmasi hubungan positif antara FOMO dan keputusan pembelian impulsif produk fashion. Dorongan untuk membeli secara impulsif ini sering kali tidak didasari oleh kebutuhan rasional, melainkan oleh keinginan untuk mengikuti tren atau memiliki apa yang dimiliki orang lain (Sutinnarto & Alawi, 2024).
Dari Impulsif Menuju Variety Seeking Behavior
Meskipun banyak penelitian fokus pada impulsive buying, fenomena FOMO juga secara inheren mendorong variety seeking behavior. Ketika seseorang merasa cemas tertinggal dari “tren terkini” atau “pengalaman positif” yang terus berubah, mereka cenderung tidak terpaku pada satu jenis produk atau merek saja. Sebaliknya, dorongan untuk selalu mengikuti apa yang “sedang viral” atau “terbaru” secara otomatis mengarahkan mereka untuk mencoba berbagai produk yang berbeda.
Sebagai contoh, kampanye flash sale di platform e-commerce seperti Shopee dan Lazada memanfaatkan FOMO dengan menawarkan diskon besar dalam waktu terbatas, menciptakan ilusi eksklusivitas dan urgensi (Muhamad et al., 2025; Wijaningsih et al., 2024). Konsumen yang terdorong oleh FOMO akan cepat-cepat membeli produk yang sedang dipromosikan, yang mungkin merupakan produk baru atau varian yang belum pernah mereka coba sebelumnya.
Keberhasilan merek global seperti Apple dalam memanfaatkan FOMO melalui peluncuran produk edisi terbatas juga menunjukkan bagaimana konsumen rela mengantre atau melakukan pre-order untuk menjadi bagian dari kelompok pertama yang memiliki produk inovatif tersebut (Muhamad et al., 2025). Dalam konteks ini, dorongan untuk memiliki “yang terbaru” atau “yang sedang tren” secara langsung mengarah pada perilaku mencari variasi, karena tren dan inovasi terus berganti.
Baca Juga: Fresh Start atau Fresh Stress? Ini Alasan Gen Z Harus Waspada Kesehatan Mental
Secara fenomenologis, pengalaman subjektif konsumen yang terpengaruh FOMO melibatkan perasaan “harus mencoba” atau “tidak boleh ketinggalan” produk yang sedang ramai dibicarakan. Ini bukan tentang loyalitas merek, melainkan tentang partisipasi dalam pengalaman kolektif dan pemenuhan kebutuhan akan stimulasi baru.
Konsumen mungkin membeli produk perawatan kulit yang sedang viral, lalu beralih ke produk lain ketika ada tren baru muncul, atau mencoba berbagai jenis pakaian yang sedang populer di media sosial. Pola pembelian ini mencerminkan variety seeking behavior yang didorong oleh keinginan untuk terus relevan dan terhubung dengan dinamika sosial yang cepat.
Implikasi Psikologis dan Etis
Meskipun FOMO efektif dalam meningkatkan penjualan jangka pendek, ada potensi dampak negatif yang perlu diperhatikan. Konsumen yang terdorong oleh FOMO untuk melakukan pembelian impulsif sering kali merasa menyesal setelah transaksi selesai, terutama jika produk yang dibeli sebenarnya tidak diperlukan (Muhamad et al., 2025).
Penyesalan ini dapat menurunkan kepuasan konsumen dan merusak loyalitas merek dalam jangka panjang. Dari perspektif psikologis, tekanan konstan untuk mengikuti tren dapat menyebabkan kelelahan mental, kecemasan, dan bahkan masalah keuangan jika pembelian tidak terkendali.
Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk menyeimbangkan penggunaan FOMO dengan pertimbangan etis. Strategi pemasaran yang transparan, memberikan informasi jelas mengenai durasi penawaran dan kualitas produk, dapat membantu konsumen membuat keputusan yang lebih bijaksana (Muhamad et al., 2025). Bagi konsumen, mengembangkan kesadaran diri dan literasi digital adalah kunci untuk menghadapi kampanye berbasis FOMO secara lebih bijak, dengan mempertimbangkan kebutuhan riil sebelum melakukan pembelian.
Kesimpulan
Fear of Missing Out (FOMO) merupakan pendorong kuat dalam dinamika perilaku konsumen Generasi Z di era digital, tidak hanya memicu pembelian impulsif tetapi juga secara signifikan mendorong variety seeking behavior. Kecemasan untuk tertinggal dari tren dan pengalaman positif orang lain di media sosial mendorong konsumen untuk terus mencari dan mencoba produk atau merek baru.
Pengalaman subjektif ini melibatkan dorongan untuk selalu relevan dan berpartisipasi dalam dinamika sosial yang cepat, yang pada gilirannya mengarah pada pola pembelian yang cenderung mencari variasi daripada loyalitas.
Baca Juga: Gen Z vs Korupsi: Membangun Benteng Integritas di Tengah Badai Skandal
Pemahaman akan peran FOMO dalam mendorong variety seeking behavior ini memberikan wawasan penting bagi pemasar untuk merancang strategi yang lebih efektif dan etis, serta bagi konsumen untuk mengembangkan ketahanan psikologis dalam menghadapi tekanan pasar digital. Keseimbangan antara inovasi pemasaran dan kesejahteraan konsumen adalah kunci untuk menciptakan ekosistem belanja online yang berkelanjutan dan positif.
Penulis:
1. Pramudyana Kamaratih
2. Siti Sekar Puspitasari
3. Akmaliah Fitriani
Mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka
Dosen Pengampu: Alvin Eryandra
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Daftar Pustaka
Adfioni, T., & Sari, A. Y. (2025). The Influence Of Fomo On Impulsive Buying Of Gen Z In Padang City On Elformula Products With Brand Passion As A Mediator. Management Studies and Entrepreneurship Journal, 6(2), 1037-1048.
Alvara Research Center. (2022). Durasi Penggunaan Internet Antar Generasi di Indonesia.
Muhamad, L. F., Ausat, A. M. A., & Azzaakiyyah, H. K. (2025). Eksplorasi Peran FOMO (Fear of Missing Out) sebagai Pemicu Utama dalam Dinamika Perilaku Konsumen terhadap Strategi Penawaran Flash Sale di Era Digital. PESHUM: Jurnal Pendidikan, Sosial dan Humaniora, 4(2), 1981-1987.
Prensky, M. (2001). Digital Natives, Digital Immigrants. On the Horizon, 9(5), 1-6.
Pristalisa, A. (2022). Generasi Z dan Media Sosial.
Prybylski, R. H., Murayama, K., DeHaan, C. R., & Ryan, R. M. (2013). Motivational, emotional, and behavioral correlates of Fear of Missing Out. Motivation and Emotion, 37(2), 184-194.
Qalbi, R. (2025). PENGARUH FEAR OF MISSING OUT (FoMO) TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN IMPULSIF PRODUK FASHION DI E-COMMERCE PADA KALANGAN GEN Z DI ACEH BARAT. Volume 29 No 5 Tahun 2025, 1-10.
Sutinnarto, & Alawi, A. R. (2024). Fenomena FOMO Di Era Gen Z Dalam Menentukan Pembelian Produk di Ecommerce. Jurnal Semai Komunikasi, 7(2), 10-15.
Widiayanti, Gushevinalti, & Perdana, D. D. (2023). Fenomena Fear of Missing Out (FOMO) Pada Generasi Z Pengguna Media Sosial Instagram. SOURCE: Jurnal Ilmu Komunikasi.
Wijaningsih, R., Ekawati, E., & Fachri, A. (2024). Peran Fear of Missing Out Memediasi Pengaruh Promo Event Tanggal Kembar E-Commerce Shopee Terhadap Impulsive Buying Tendency Pada Generasi Z Pengguna Shopee di Bandar Lampung. GEMILANG: Jurnal Manajemen dan Akuntansi, 4(3), 58-72.
Ikuti berita terbaru di Google News