Evaluasi Perilaku Remaja Perempuan yang Memiliki Ketertarikan terhadap K-Pop

Musik dan tarian/ dance masih menjadi fenomena yang begitu banyak menyorot perhatian dunia. Musik dinilai mampu menjadi bahasa diri yang sedang merasakan galau ataupun gembira. Musik juga dapat dijadikan media menyatakan perasaan cinta, kasih dan sayang maupun api amarah. 

Musik yang didengar dapat berasal dari berbagai penjuru dunia misalnya saja Indonesia, Amerika, Malaysia, dan Korea. Beberapa tahun terakhir hingga saat ini, tanah air masih dimeriahkan dengan ketertarikan musik korean populer atau K-Pop sebagai sarana melepas penat dan hiburan.

Bahkan, melalui K-Pop dapat menjadi ladang usaha dan juga belajar bahasa baru. Korean populer atau K-Pop menjadi lebih cepat bergerak di Indonesia karena didukung arus globalisasi yang semakin berkembang dan teknologi yang meningkat hingga semakin membuat kemudahan dalam mengakses berbagai platfrom musik di penjuru dunia, terkhusus Korea.

Bacaan Lainnya

Baca Juga: NCT Dream Jalan-Jalan ke Indonesia, Memberikan Nilai Budaya bagi Para Penggemar Lokal

Ada banyak dukungan yang didapat fans K-Pop oleh perusaaan-perusahaan yang ada di Indonesia seperti membayar idola K-Pop untuk menjadi bintang iklan suatu produk kosmetik, pakaian maupun pangan. Sebut saja, NCT Dream, ENHYPEN, EXO, BTS, TXT, Black Pink, Red Velvet, Twice, Itzy, Ive, dan masih banyak lagi.

Dalam artikel opini ini, penulis akan membahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan K-Pop, terkhusus remaja perempuan yang menyukai K-Pop. Biasanya bagi kaum perempuan yang memiliki daya tarik terhadap K-Pop disebut fangirl.

Penulis ingin membahas bagaimana ketertarikan fangirl K-Pop terhadap psikologisnya terutama bagi remaja perempuan dan memberikan bagaimana solusinya untuk mengatasi ketergantungan bagi fangirl maniak yang bersifat merugikan diri sendiri maupun idol-nya (artis K-Pop).

Menjadi seorang fangirl tentu kegiatan yang menyenangkan, mendengarkan lagu-lagu yang membuat terhibur bahkan bertemu teman-teman baru yang memiliki hobi dan kegiatan yang sama.

Penelitian yang dilakukan oleh Sandy dkk pada tahun 2021 mengutip dari IDN Times mengungkapkan bahwa sebanyak 38,1% penggemar K-Pop berumur 15-20 tahun dan 9,3% untuk penggemar K-Pop berusia 10-15 tahun.

Baca Juga: Apresiasi Budaya Korea, Mahasiswa Belajar Buat Kimbap di Road to Korean Culture Day 2018

Jadi, usia remaja masih menunjukan jumlah yang besar dalam ketertarikannya dengan industri musik Korea yang ada di Indonesia. Namun, usia 10-20 tahun adalah saat-saat remaja merasakan pubertas sehingga dengan menyukai hal-hal berbau K-Pop yang identik dengan kecantikan, ketampanan, kesantunan bahkan konsep-konsep pakaian dan budaya luar (Korea) akan mempengarui psikologis mereka.

Beberapa dampak psikologis bagi remaja sebagai  fangirl K-Pop seperti:

  1. K-Pop sebagai sarana menghilangkan penat dan stres, maksudnya dengan mendengarkan nada-nada lagu dan suara indah dari idol ditambah paras rupawan dapat membantu remaja perempuan mengilangkan stres dan penat yang melanda.
  2. K-Pop sebagai motivasi untuk tetap semangat belajar, maksudnya meskipun idol terkenal sibuk promosi dan bernyanyi dengan jadwal job yang padat, namun mereka masih dapat menyelesaikan bangku sekolah sampai Universitas dengan baik contohnya saja Leeseo dari grup Ive yang saat ini masih bersekolah di Sekolah Menengah Seni Kaywon, contoh lainnya adalah Xiumin Exo yang melanjutkan S2-nya di Kwandong Catholic University, jadi secara tidak langsung idol memberikan pengaruh yang baik bagi remaja perempuan/ fangirl untuk terus mengenyam pendidikan.
  3. Idol K-Pop sebagai contoh sikap yang baik, maksudnya melalui sikap idol K-Pop dapat memunculkan keinginan fangirl untuk menjadi seperti idol kesukaannya, hal ini sejalan dengan penelitian Darfiyan dan Putra (dikutip Sandy dkk, 2021: 21) bahwa alasan menyukai K-Pop adalah mengarah pada kualitas idol tersebut. Kualitas yang dimaksud bisa berupa sikap dan citra yang baik sebagai idol.

Baca Juga: Hubungan Baik Indonesia dan Korea Selatan

Sebagai remaja perempuan, di usia mereka merupakan masa-masa terpenting dalam psikologisnya. Karena pada usia ini remaja mulai mengalami pubertas dan perasaan ketertarikan dengan lawan jenis. Untuk itulah diperlukan bimbingan yang menyeluruh terhadap psikologis anak agar membawa remaja perempuan pada dewasa yang lebih bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain.

Kaitannya dengan K-Pop bagi remaja perempuan sebagai fangirl adalah perasaan mereka yang tak tertahankan kemudian malah membuat diri terobsesi terhadap idol. Bagi penggemar K-Pop tentu tidak asing dengan istilah bias is mine atau artinya bias adalah milik mereka (fans) sehingga mengharuskan bias/ idol tidak boleh memiliki kekasih karena dianggap menyalahi dan menyakiti perasaan fans.

Obsesi seperti ini dapat dikatakan sebagai maniak fangirl atau fanatik terhadap idol. Biasanya maniak dan fanatik fans seperti ini sering disebut juga sebagai sasaeng. Sasaeng adalah sebutan bagi fans yang ingin mengetahui lebih dalam apa saja kehidupan dan kegiatan yang dilalui oleh pribadi idola/ bias dalam dunia per K-Pop-an.

Hal ini sangat merugikan dan menyalahi aturan, nilai, dan norma yang berlaku di setiap negara bahkan Indonesia karena seperti yang kita tahu bahwa setiap orang memiliki privasi dan orang lain harus memiliki batasan untuk mengetahui privasi tersebut.

Tentunya, sebagai idol pun privasi juga harus mereka miliki baik itu pasangan ataupun keinginan mereka untuk berteman dengan lawan jenisnya. Misalnya saja bagi fangirl remaja yang membuat postingan negatif kepada fan-club lain agar terjadi pertengkaran antara fans idol A dan fans idol B.

Baca Juga: Start-Up: Drama Korea yang Menginspirasi Generasi Milenial

Kemudian pada akhirnya hanya akan merugikan dirinya sendiri karena akan mendapat kecaman dari orang lain yang merasa terganggu akan kefanatikan dirinya. Apalagi kebiasaan membanding-bandingkan idola mereka dengan idola grup lain yang pada akhirnya lagi-lagi menimbulkan pertengkaran antar penggemar.

Remaja perempuan pada usia 10-20 tahun yang sedang dalam masa menyukai lawan jenis apalagi orang yang disukai adalah idol K-Pop, maka lagi-lagi akan meningkatkan istilah bias is mine. Untuk menyelesaikan perasaan cintanya yang sangat terobsesi maka tak jarang akan menimbulkan masalah serius.

Seperti kisah yang terkenal Yuna, seorang fangirl remaja yang merelakan pendidikannya sampai menghabiskan uang ayahnya sebanyak Rp123 juta demi sang idola. Fanatik atau maniak seperti ini harus segera dihentikan karena dapat merugikan diri sendiri, orang-orang terdekat dan idol kita.

Seharusnya, sebagai remaja perempuan yang mengidolakan K-Pop kita harus bisa menjadikannya sebagai ajang motivasi diri dan meningkatkan potensi diri. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan sebagai solusi ketergantungan terhadap idol, seperti:

Baca Juga: Efektivitas Penggunaan Brand Ambassador Korea bagi Brand Skincare Lokal di Kalangan Masyarakat

  1. Memberikan batasan, sebagai fans kita harus berpedoman pada kenyataan bahwa idol K-Pop juga memiliki privasi sehingga sekalipun mereka punya pasangan hal tersebut bukanlah termasuk skandal melainkan normal sebagai manusia yang hidup berpasang-pasangan.
  2. Tidak memaksakan diri, maksudnya jika memang mencintai idol maka kamu harus mencintainya dengan apa adanya. Memberikan dukungan terhadap mereka tidak mengharuskan kalian memaksakan diri membeli album, PC, ataupun lainnya yang membuat kalian mengeluarkan banyak uang demi idol jika perekonomian belum mendukung. Kalian bisa menunjukan cinta dan dukungan lewat hal-hal yang membuat mereka semakin dikenal orang lain seperti memenangkan acara musik dengan memberikan voting ataupun memberikan pesan semangat kepada mereka melalui aplikasi serta memposting pesan yang membuat mereka semangat di media sosialmu.
  3. Fokus pada kenyataan, maksudnya kita dan idol adalah sama-sama manusia namun tentunya mencintai mereka berbeda dengan mencintai pasangan pada umumnya. Cinta kita pada idol adalah rasa kagum akan kualitas bakat dan potensinya sedangkan perasaaan cinta pada pasangan kita adalah perasaan sayang untuk bisa membangun rumah tangga. Sebagai remaja perempuan yang menyukai idol, kita harus mengetahui batasan dan mencintai mereka sewajarnya.

Baca Juga: Stop Asian Hate dari Diri Sendiri

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa K-Pop mempengaruhi psikologis remaja perempuan sebagai fangirl. Pengaruh psikologis yang didapat adalah sarana mengilangkan stres, motivasi belajar, dan contoh sikap yang baik.

Sebagai fangirl, remaja perempuan harus bisa menerapkan batasan dalam menyukai dan mencintai idola K-Pop. Agar tidak menjadi maniak fangirl, remaja perempuan sedari dini mungkin mulai menerapkan tiga hal yaitu: memiliki batasan, tidak memaksakan diri, dan fokus terhadap kenyataan.

Untuk mendatangkan hal baik maka kita harus memulainya dengan hal baik pula. Jadi, harus membiasakan diri bijak dimulai dari sekarang agar tidak menyesal di kemudian hari.

Penulis: Lisvina Chantara Prameswari
Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi UHAMKA

Editor: Ika Ayuni Lestari

Redaktur Bahasa: Rahmat Al Kafi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.