Guru BK/ Konselor Mereduksi Kecemasan Siswa dan Tidak Fatal sampai Serangan Asma

Siswa
Ilustrasi: istockphoto

Siswa penderita asma merupakan siswa yang tergolong pada kelompok siswa normal, tetapi apabila siswa penderita asma mengalami serangan asma atau asma yang menetap maka dapat mengalami disabilitas.

Siswa yang memiliki gangguan kecemasan akibat serangan asma perlu mendapat pertolongan segera dari guru Bimbingan dan Konseling (BK)/ konselor sekolah, agar siswa dapat beraktivitas dengan normal kembali dan tidak terganggu oleh kecemasan.

Asma merupakan penyakit multi faktorial dengan perjalanan klinis yang bervariasi pada setiap anak dan dapat berubah seiring perjalanan waktu. Asma tidak dapat sembuh, tetapi dapat dikendalikan agar gejala tidak sering muncul.

Bacaan Lainnya
DONASI

Komunikasi, informasi, dan edukasi kepada orang tua merupakan kunci penting untuk mencapai asma terkendali.

Guru sebagai orang tua bagi siswa ketika siswa sedang berada di sekolah, sudah selayaknya perlu memahami perkembangan kondisi siswanya baik perkembangan fisik maupun psikis, termasuk di antaranya kondisi siswa penderita asma.

Pada mulanya asma disebabkan adanya infeksi atau alergi, tetapi stres psikologis dapat juga memicu serangan. Siswa melaporkan banyak serangan yang dialami dipicu kuat oleh emosi, seperti kecemasan.

Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan serangan asma pada penderita asma. Penderita asma dianjurkan dapat meminimalkan timbulnya kecemasan yang menjadi pencetus terjadinya asma.

Guru Bimbingan dan Konseling secara dini dapat mengenal lebih jauh tentang asma agar dapat membantu siswa dengan pra asma sehingga tidak sampai berkembang menjadi asma. Siswa penderita asma jangan sampai mengalami serangan asma, atau asma yang menetap.

Gangguan psikofisiologis, seperti asma, hipertensi, sakit kepala, dan gangguan gastritis ditandai oleh simptom-simptom fisik yang nyata dapat disebabkan atau diperburuk oleh faktor-faktor psikologis.

Istilah gangguan psikofisiologis lebih banyak digunakan dibanding istilah sebelumnya yang lebih dikenal dengan istilah gangguan psikosomatik.

Secara fisiologi akan tampak perubahan yang ditandai dengan gelisah, sulit tidur, hipersensitif terhadap suara, tanda vital dan pupil normal.

Kecemasan sedang memungkinkan seseorang memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga individu mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.

Respon fisiologi: sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, gelisah, konstipasi. Sedangkan respon kognitif yaitu lahan persepsi menyempit, rangsangan luar tidak mampu diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya.

Kecemasan berat sangat mempengaruhi persepsi individu, individu cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan.

Kondisi panik dapat mempengaruhi peningkatan aktivitas motorik, berkurangnya kemampuan bersosialisasi dengan orang lain, kontak menganalisa sesuatu yang bisa juga kecemasan terjadi pada saat individu tidak mampu menemukan jalan keluar tentang perasaannya sendiri dalam hubungan dengan kondisinya, terutama jika dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat lama.

Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Kondisi seperti ini misalnya kehamilan semasa remaja dan sewaktu terkena suatu penyakit. Selama ditimpa kondisi-kondisi ini, perubahan-perubahan perasaan tak menentu yang muncul ini dapat menyebabkan timbulnya kecemasan secara tiba-tiba.

Disimpulkan serangan asma dapat menimbulkan pengalaman yang kurang menyenangkan bagi individu penderita asma. Pengalaman dapat memicu berkembangnya emosi negatif (seperti: perasaan khawatir kembali mengalami serangan asma atau bahkan muncul perasaan tidak berdaya).

Siswa penderita asma memiliki pikiran-pikiran negatif tentang serangan asma. Pikiran-pikiran dapat menjadi salah satu pemicu munculnya kecemasan akan serangan asma.

Di antaranya perkembangan yang harus diselesaikan siswa SMK yaitu aspek kematangan emosional. Kematangan emosional merupakan kemampuan siswa dalam mengekspresikan dan mengelola emosi secara wajar dan tepat, menerima berbagai aspek yang ada pada diri, serta memiliki karakter yang tangguh.

Salah satu target capaian layanan bimbingan dan konseling di SMK Negeri 1 Pulau Punjung, siswa dapat mencapai kemampuan dalam mengekspresikan perasaan sendiri secara bebas dan terbuka, tanpa menimbulkan konflik serta memiliki sikap postif, inisiatif, tangguh, dan disiplin.

Berdasarkan pandangan saya sebagai guru BK/ konselor, saya simpukan penting bagi siswa penderita asma untuk memiliki keterampilan mereduksi kecemasan akan serangan asma.

Teknik desensitisasi sistematis diharapkan dapat meningkatkan keterampilan siswa dengan asma dalam mereduksi kecemasannya akan serangan asma sejak dini sehingga memiliki kesehatan mental yang baik guna meminimalisir terjadinya serangan asma kembali.

Serangan asma yang menyebabkan individu terpaksa mengadakan adaptasi atau penyesuaian diri untuk menanggulangi. Individu yang tidak mampu melakukan adaptasi atau mengatasi stresor akan menunjukkan keluhan-keluhan berupa cemas atau depresi.

Nah di sinilah peran guru BK/ konselor untuk memberikan layanan dan konseling sesuai dengan kondisinya dan teknik yang tepat agar tidak menjadi serangan asma yang parah.

Desensitisasi sistematis sehingga dapat mereduksi kecemasan yang dialami siswa secara cepat dan tepat. Tujuannya adalah untuk mengaktifkan kemampuan berpikir peserta didik secara alami melalui panca inderanya, sehingga Teknik Therapy baru dapat mereduksi kecemasan dengan cepat dan tepat sehingga tidak sampai pada tingkatan kecemasan yang lebih tinggi lain dan berlanjut pada asma.

Siswa yang memiliki gangguan kecemasan akibat serangan asma perlu mendapat pertolongan segera dari guru dan pihak sekolah, supaya siswa dapat beraktivitas kembali tanpa terganggu oleh kecemasan.

Penulis: 

Ratna Wijayanti, S.Pd., Kons.
Mahasiswa S2 Teknologi Pendidikan Universitas Dharmas Indonesia

Editor: Ika Ayuni Lestari     

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI