Kakao sebagai Senjata Ampuh Cegah Diabetes

Kakao Cegah Diabetes
Ilustrasi Kakao (Sumber: Media Sosial dari freepik.com)

Diabetes Melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin, atau penurunan sensitivitas insulin, atau keduanya penderita diabetes dalam keadaan normal memiliki kadar gula sebesar >200mg/dL, sedangkan dalam keadaan berpuasa memiliki kadar gula sebesar >160mg/dL.

Berdasarkan International Diabetes Federation 2019, Indonesia berada diperingkat ke-7 di antara 10 negara dengan jumlah penderita terbanyak, yaitu sebesar 10,7 juta.

Indonesia menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara pada daftar tersebut, sehingga dapat diperkirakan besarnya kontribusi Indonesia terhadap prevalensi kasus diabetes di Asia Tenggara. Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia dengan total produksi sebesar 593.832 ton.

Bacaan Lainnya

Di Indonesia, Sulawesi Tenggara merupakan daerah sentral produksi kakao kedua terbesar setelah Sulawesi Selatan dengan total luas area 260.45 ha dan produk 142.156 ton.

Pada tahun 2019, Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara menjadi lokasi pilot project alias percontohan pengembangan kakao di Indonesia. Luas area tanaman kakao di Kolaka Timur mencapai 69.042 hektar dengan luasnya area perkebunan kakao ini, buah kakao yang dihasilkan juga cukup melimpah.

Bagian yang diambil dari buah kakao adalah bijinya, sedangkan buahnya hanya menjadi limbah. Kulit buah kakao memiliki proporsi terbesar dari total massa buah kakao segar, yaitu sekitar 67%. Buah kakao kaya akan protein, serat dan komponen bioaktif.

Komponen bioaktif tersebut termasuk senyawa polifenol yang dapat bermanfaat sebagai antioksidan. Kulit buah kakao memiliki potensi besar dan dapat digunakan sebagai sumber antioksidan alami yang terbarukan.

Tujuan penelitian ini adalah memberikan hasil penelitian terbaru melalui uji klinis limbah kulit buah kakao serta mengembangkan riset buah kakao khususnya potensinya untuk meningkatan wilayah Sulawesi Tenggara dalam mengembangkan buah kakao sebagai komoditas unggulan.

Sehingga penelitian ini memberikan manfaat kontribusi untuk memberikan hasil riset terbaru pada bidang ilmu kesehatan khususnya bidang kedokteran mengenai kandungan limbah kulit buah kakao yang dapat bermanfaat sebagai antidiabetic.

Kondisi diabetes pada hewan coba, didapat dengan memberikan tikus pakan tinggi lemak berupa telur bebek selama 30 hari serta diinjeksikan streptozotosin yang diberikan secara intraperitoneal dengan dosis 40 mg/kgbb. Kondisi diabetes pada hewan uji ditentukan dengan menggunakan alat glukometer.

Ekstrak limbah kulit buah kakao mengandung senyawa flavonoid yang merupakan senyawa organik alami yang ada pada tumbuhan.

Flavonoid memiliki pernanan yang penting dalam mencegah diabetes dan komplikasinya. Flavonoid memberi efek menguntungkan dalam melawan penyakit diabetes melitus, baik melalui kemampuan mengurangi penyerapan glukosa maupun dengan cara meningkatkan toleransi glukosa.

Mekanisme hipoglikemik diduga disebabkan senyawa glikosida flavonoid yang samaa. Selanjutnya, dilakukan uji ANOVA untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok perlakuan.

Hasil uji ANOVA menunjukan nilai signifikasi sehingga diartikan bahwa terdapat perubahan kadar glukosa pada kelompok perlakuan hewan uji. Kemudian, dilanjutkan dengan uji Post-HocTukey HSD.

Hasilnya, perbedaan rerata signifikan antara kelompok hewan uji yang diberikan ekstrak limbah kulit buah kakao dengan kelompok hewan uji yang diberikan streptozotosin.

Namun, tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan kelompok hewan uji yang diberikan metformin. Terabsorpsi dalam darah dan meningkatkan kelarutan glukosa darah sehingga mudah untuk diekresikan melalui urin.

Mekanisme lain adalah kemampuan flavonoid terutama quercetin dalam menghambat GLUT 2 mukosa usus sehingga dapat menurunkan absorbs glukosa. Hal ini menyebabkan pengurangan penyerapan glukosa dan fruktosa dari usus sehingga kadar glukosa darah turun.

Flavonoid juga dapat menghambat fosfodiesterase sehingga meningkatkan cAMP pada sel beta pancreas. Peningkatan cAMP akan menstimulasi pengeluaran protein kinase A yang merangsang sekresi insulin semakin meningkat.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa senyawa flavonoid yang terdapat dalam limbah kulit buah kakao memiliki peranan membantu menurunkan kadar glukosa darah pada hewan uji, meskipun penurunan yang dilakukan tidak signifikan terhadap kerja sedian pembanding metformin.

Namun, meskipun demikian penelitian ini tetap memiliki nilai kontribusi terhadap perkembangan riset buah kakao serta menjawab hipotesis mengenai kebenaran efektivitas kulit buah kakao terhadap penurunan kadar glukosa darah hewan uji.

Ekstrak limbah kulit buah kakao terbukti dapat menurunkan kadar glukosa hewan uji Rattus novergicus. Dengan demikian, penelitian ini telah memberikan hasil riset terbaru dalam bidang kesehatan khususnya bidang kedokteran mengenai efektivitas limbah kulit buah kakao sebagai antidiabetic serta dapat berkontribusi meningkatkan potensi wilayah Sulawesi Tenggara terhadap komoditas unggulannya.

Hasil dari penelitian ini memberikan informasi tentang kemampuan ekstrak kulit buah kakao dalam menurunkan kadar glukosa darah. Sehingga, diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengembangkan pemanfaatan ekstrak kulit buah kakao sebagai bahan baku utama pembuatan obat diabetik.

Tim Institut Ilmu Pangan, Teknologi, dan Gizi, Universitas Ciudad, Spanyol, itu dalam kajian selanjutnya dengan penulis utama Sonia Ramos dalam jurnal Antioxidants, 31 Oktober 2017, menyatakan, sebagian besar hasil laporan penelitian yang terbit selama dekade terakhir, baik pada kultur sel, model hewan maupun penelitian pada manusia, mendukung efek antidiabetes dari flavonoid kakao dengan meningkatkan sekresi insulin, meningkatkan sensitivitas insulin di jaringan perifer, memberikan efek penurun lemak, serta mencegah kerusakan oksidatif dan peradangan terkait dengan penyakit.

Karena itu, konsumsi flavanol dari kakao atau cokelat hitam setiap hari berpotensi mencegah penyakit serta membantu penderita diabetes tipe 2. Namun, harus hati-hati.

Kebanyakan cokelat bubuk atau cokelat batang yang tersedia di pasaran mengandung flavanol dalam jumlah rendah, kaya akan gula dan kalori yang dapat memperburuk kontrol glikemik pada penderita diabetes.

Jadi, untuk mendapatkan manfaat maksimal dari cokelat, disarankan memperhatikan informasi kandungan gizi di kemasan dan melihat persentase kakao.

Yang ideal adalah memilih cokelat hitam dengan kadar kakao 70 persen atau lebih.Sebaiknya cokelat tidak mengandung gula atau pemanis buatan jaga kadar karbohidratnya maksimal 15-30 gram per porsi.

Cokelat dengan kadar kakao tinggi memang kurang nikmat bagi penggemar makanan manis. Namun, kakao kaya akan zat besi dan magnesium yang baik untuk kesehatan dan mengendalikan diabetes.

Agar lebih gurih, pilih cokelat dengan campuran kacang-kacangan, seperti almond. Selain lezat, kacang bisa mengenyangkan dan lebih sehat. Yang juga penting, batasi makan cokelat hitam maksimal 100 gram per hari.

 

Penulis: Aintanissa’ Fatimanudhia
Mahasiswa Teknologi Pangan, Universitas Muhammadiyah Malang

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.