Keberpihakan Negara Kepada Penderita Kesehatan Mental

Jumlah orang yang menderita kesehatan mental di Indonesia sangat tinggi. Namun penanganan pemerintah cukup lamban. Ini bisa dilihat dari jumlah penderita kesehatan mental berbanding terbalik dengan jumlah dokter yang ada. Untuk contoh terdekat adalah Jawa Barat.

Indonesia ditempati oleh ribuan manusia dengan bermacam-macam sifat. Tetapi, tentu saja tidak semua orang memiliki kesehatan mental atau psikologi yang bagus. Media jarang memberitakan tentang penderita kesehatan mental. Sekolah ataupun instansi-instansi lainnya juga jarang mengedukasi orang-orang terkait masalah ini.

 Akibatnya? Masyarakat tidak tahu menahu atau yang parah justru memberikan solusi yang sebenarnya tidak ada korelasinya dengan pengobatan kesehatan mental. Sebagian besar masyarakat terlihat lebih memberikan suatu hujatan daripada memberikan suatu solusi yang benar. Hal itu sebenarnya diperparah dengan adanya ketidakpedulian masyarakat terhadap orang yang memiliki kesehatan mental.

Bacaan Lainnya
DONASI

 Dan hal seperti itu akan memiliki efek negatif terhadap pengidap kesehatan mental itu. Kemungkinan terburuk jika hal itu selalu terjadi adalah bisa menyebabkan bunuh diri atau depresi yang berlebihan oleh penderita kesehatan mental.

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Kementrian Kesehatan di tahun 2018, terungkap bahwa penderita gangguan mental di Jawa Barat mencapai lebih dari 2 juta orang. Tetapi, yang mendapatkan penanganan yang mumpuni hanyalah 9 persen dan sisanya masih belum mendapatkan penanganan yang sesuai. Dari hal ini, dapat disimpulkan bahwa penderita gangguan mental masih belum mendapatkan penanganan yang sempurna.

Penganganan yang sempurna yang dimaksud bisa termasuk didalam obat-obatan yang diberikan, tempat untuk merawat, dan tentunya orang yang ahli dalam permasalahan ini. Itulah buruknya penanganan kesehatan mengenai kesehatan mental oleh pemerintah Indonesia. Pemerintah seakan bertindak tidak terjadi apa-apa di lingkungan masyarakat. Padahal kenyataan yang terjadi adalah sebaliknya.

Berkaca dari permasalahan yang ada, tanggapan dan respon pemerintah Indonesia mengenai masalah ini sangatlah kurang. Bahkan, ada beberapa orang yang cenderung menyepelekan hal-hal seperti ini. Hal ini sebenarnya sangatlah krusial di lingkungan masyarakat.

Ada suatu contoh peristiwa di Indonesia mengenai hal ini adalah ketidakpedulian hakim terhadap penderita kesehatan mental. Bisa disebut sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Mereka seakan benar-benar tidak peduli dengan ada yang telah terjadi. Akan tetapi, mereka cenderung menyalahkan korban dari masalah kesehatan mental, daripada mencoba untuk memperbaiki keadaan yang ada.

Hal tersebut dapat terlihat dari banyaknya jumlah penanganan, bahkan, tidak sampai setengah dari jumlah penderita depresi itu sendiri. Jika terus dibiarkan seperti ini, maka bisa dipastikan lambat laun banyak yang lebih menyalahkan pemerintah. Itu terjadi karena ketimpangan antara masalah yang telah terjadi dengan tindakan nyata yang dilakukan pemerintah. Mereka (pemerintah) bahkan hanya mengutamakan kepentingan publik yang lainnya, atau parahnya justru hanya mementingkan kepentingan suatu golongannya saja.

 Mereka lebih peduli terhadap kepentingan suatu partai daripada mementingkan kesehatan masyarakat. Selalu mencari celah yang ada, untuk menutupi kepentingan mereka. Hal itu bisa terlihat dari berita yang telah beredar. Yang pada intinya, pemerintah saja tidak peduli terhadap lingkungan masyarakat pada contoh kasus nyatanya adalah banjir, apalagi peduli dengan penderita kesehatan mental seperti yang di bicarakan pada saat ini.

Peduli dengan semua lapisan masyarakat seharusnya sudah menjadi tanggung jawab dari pemerintah itu sendiri. Baik itu pemerintah daerah maupun pemerintah pusat dalam menangani hal seperti ini. Salah satu solusi yang tepat yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah adalah menyediakan layanan masyarakat mengenai permasalahan ini, salah satunya ada psikolog gratis di tempat-tempat di Indonesia.

Itu semua terjadi, karena mahalnya layanan untuk psikolog dalam mengatasi gangguan jiwa. Masyarakat bahkan harus mengeluarkan uang yang lebih banyak untuk mendapat layanan ini. Tidak semua masyarakat berada di kalangan menengah keatas, banyak penderita dari kalangan menengah kebawah.

Dari hal itu, psikolog sangat dibutuhkan. Hanya karena tidak tampak sakit dalam “fisik”, bukan berarti orang tersebut baik-baik saja. Gangguan mental sama seperti penyakit fisik lainnya, yang membutuhkan orang ahli dalam menyelesaikan permasalahan ini. Kehadiran psikolog tentunya dapat memberikan angin segar kepada mereka yang menderita masalah kesehatan mental.

Dengan adanya seorang psikolog, diharapkan mereka dapat membuka diri dan bercerita mengenai masalah yang dideritanya. Walaupun hal itu susah untuk dilakukan untuk si penderita, namun semua itu tentunya demi kebaikan pasien itu sendiri.

Dari munculnya masalah yang ada dan sedikit sekali tindakan yang nyata, alangkah baiknya pemerintah mempunyai andil dalam masalah ini. Jika dibiarkan secara sepele, masalah ini akan menjadi masalah yang nyata di tatanan kehidupan di Indonesia. Masih banyak orang yang membiarkan atau mengesampingkan penderita gangguan jiwa.

Hal itu dapat terjadi karena terlambatnya penanganan oleh pemerintah maupun orang di sekitar penderita tersebut. Sudah seharusnya pemerintah menyediakan layanan psikolog gratis untuk masyarakat Indonesia. Dari hal itu, bisa menjadikan Indonesia menjadi negara yang lebih baik.

Oktavianus Tegar Noel Krisma Putra
Mahasiswa Sampoerna University

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI