Kumpulan Rekomendasi Buku tentang Chairil Anwar

Buku
Buku tentang Chairil Anwar.

Chairil Anwar: Bagimu Negeri Menyediakan Api (Seri Buku Saku TEMPO), Aku Ini Binatang Jalang: Chairil Anwar, Perlawanan Binatang Jalang

Aku ingin memberikan beberapa rekomendasi buku bacaan tentang Chairil Anwar. Buku-buku yang ku rekomendasi kali ini ku temukan saat duduk di bangku kuliah lewat kenalan, saat itu aku mulai melupakan puisi dan lebih fokus berorganisasi, buku ini membawaku kembali pada aku di saat SMP yang begitu menyukai dunia puisi.

Ada tiga buku yang mungkin lebih dibilang review daripada resensi, yaitu Chairil Anwar: Bagimu Negeri Menyediakan Api (Seri Buku Saku TEMPO), lalu Aku Ini Binatang Jalang: Chairil Anwar, dan sebuah buku tipis dari Chavchay Syaifullah berjudul Perlawanan Binatang Jalang.

Jika kamu ingin membaca karya-karya yang pernah ditulis Chairil, buku Aku Ini Binatang Jalang: Chairil Anwar terbitan Gramedia menyediakan tulisan lengkap dari masa ke masa dan perubahannya dari beberapa versi.

Bacaan Lainnya
DONASI

Ini yang ku baru tahu setelah membaca buku ini, bahwa puisi Chairil punya beberapa versi dalam tiap judul. Ada versi Deru Campur Debu (DCD), Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus (KT), Naskah Asli (NA), Chail Anwar Pelopor Angkatan 45 (P), Surat-Surat 1943-1983 (SS), dan Tiga Menguak Takdir (TMT).

Seri yang banyak ini bukan tanpa sebab, puisi Chairil tidak terkemas dengan rapi ketika ditemukan, maka banyak versi yang dipublikasikan oleh media. Maka buku ini mengemas semua versi dari karya Chairil.

Untuk membaca riwayat dan kehidupan Chairil bisa dibaca di Chairil Anwar: Bagimu Negeri Menyediakan Api (Seri Buku Saku TEMPO). Karena ini buku saku/ kemasan kecil, kamu bisa membawanya dengan mudah dan membacanya dengan santai.

Di dalamnya pun ada dokumentasi foto kenalan Chairil. Siapa sangka Ia yang ingin hidup 1000 tahun ternyata mati muda, Ia meninggal karena sakit.

Pada buku tipis Perlawanan Binatang Jalang karya Chavchay Syaifullah, kamu bisa membacanya sekali duduk karena hanya 112 halaman dan bisa dikocek. Pada halaman awal, Chavchay mendeskripsikan perjalanan singkat Chairil Anwar dan berbagai kontroversinya.

Perjalanan hidup Chairil semasa hidup dan matinya selalu menimbulkan perdebatan, Ia si bohemian yang suka mencuri buku temannya, bahkan mencuri karya orang lain dan dicatut menjadi miliknya. Kebiasaannya itu menjadi boomerang di saat hari kematiannya akan dijadikan Hari Sastra Nasional.

Ia mati muda di umur 27 tahun karena sakit-sakitan dan meninggalkan istri yang dicintai lewat puisi-puisinya. Keponakan Sutan Sjahrir yang cerdas namun Ia hidup menggembel, tak ada yang menyangka bahwa pemuda gembel itu juga cerdas seperti pamannya dan banyak menghabiskan buku-buku terutama filsafat.

Chairil Anwar sering menerjemahkan buku-buku asing, dari situlah juga Ia biasa mencatut karya penulis asing dan dijadikan miliknya. Ia seorang penganut aliran eksistensialisme dan individuistik sejati.

Ia-lah pelopor karya ‘keakuan’. Ia banyak mengkritik para penyair lama di periode Pujangga Baru, menurutnya sastrawan lama terlalu monoton pada sebuah aturan, bahwa berpuisi itu adalah pikiran yang bebas dengan kata-kata. Maka lahirlah karya-karyanya yang kontroversional.

Ia banyak dikenal karena karya “Aku” yang diciptakannya karena ingin hidup lebih lama melawan sakit. Banyak orang mengira bahwa Chairil terlalu individual untuk memperjuangkan negara dan bangsanya, namun karya-karya Chairil sangat banyak tentang perjuangan dan nasionalisme.

Contohnya, Krawang-Bekasi, Diponegoro, Maju, Persetujuan dengan Bung Karno, dan lain-lain. Puisinya adalah apa yang Ia lihat dan Ia rasakan. Sebab antara yang ditulis dan dialami harus saling jalin-menjalin.

Tak khayal Chairil juga banyak menulis puisi tentang percintaan baik kepada manusia seperti ibu, teman, dan kekasih, atau kepada Tuhan, bentuk ikhlas terhadap kematiaan dan pujaannya kepada kehidupan melawan rasa sakit.

Puisi-puisi kepada kekasihnya seperti Tak Sepadan, Buat Gadis Rasid, Ajakan. Puisi kepada Tuhan dan hidup seperti Nisan, Penghidupan, Doa, Di Mesjid, dan lain-lain.

Itulah rekomendasi tiga buku tentang Chairil Anwar, Pelopor Angkatan ’45, yang bisa kamu baca dalam waktu singkat. Selamat mengenal sosok kontroversional yang menguncang dunia sastra pada masanya hingga sekarang.

Penulis: Ika Ayuni Lestari

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI