Media Sosial sebagai Media Dakwah Anak Muda

Media Sosial menjadi Media Dakwah

Aktivitas dakwah telah ada sejak zaman Rasulullah dan para sahabat beliau. Dakwah bertujuan untuk menyampaikan risalah-risalah Islam ke berbagai penjuru dunia agar pesan pesan di dalamnya dapat tersampaikan dan diterima.

Pada zaman itu, dakwah yang disampaikan dilakukan secara konservatif yakni disampaikan secara tradisonal dengan melakukan Safar dari satu negeri ke negeri yang lain dan mengadakan majelis-majelis ilmu untuk menyampaikan risalah Islam. Di samping itu dakwah juga disampaikan secara korespondensi.

Seiring berkembangnya zaman dengan fasilitas teknologi yang kian canggih dan pesat, tentu menjadi tantangan yang besar pula bagi para da’i dalam melanjutkan estafet perjuangan Rasul dan para Sahabat dalam menyampaikan dakwah.

Bacaan Lainnya
DONASI

Baca juga: Kita Ada Dimana?

Sebagian metode yang dilakukan masih bersifat tradisional yakni dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan mengisi kajian kajian dalam suatu majelis, seperti yang dilakukan pada zaman Nabi dan sahabat.

Lantas dengan arus globalisasi yang kian pesat ini, apakah metode dakwah juga harus diupgrade? Apakah para da’i mampu beradaptasi di era 4.0 menuju 5.0? Jawabannya adalah iya.

Aktivitas dakwah sudah harus bergerak mengikuti perkembangan zaman. Yang tadinya konservatif maka dengan adanya tuntutan zaman maka metode yang digunakan diharapkan lebih progresif atau modern.

Di zaman teknologi yang semakin canggih, berbagai platform media digital mulai bermunculan dan menarik perhatian banyak user dari berbagai pelosok dunia diantaranya media sosial seperti Facebook, Instagram, TikTok, dan lain sebagainya.

Dengan merambahnya dakwah ke media sosial mengikuti arus digitalisasi yang semakin canggih dengan ragam fitur yang menarik akan memberikan dampak baik bagi eksistensi dakwah. Artinya dakwah akan terus ada seiring berkembangnya zaman sebab mampu beradaptasi di era globalisasi yang kian pesat.

Baca juga:Ketika Suami Tak Berperan sebagaimana Mestinya

Dilihat dari berbagai media sosial, nampaknya beberapa da’i mulai bergerak menggunakan media sosial sebagai wadah dalam menyampaikan syiar Islam.

Salah satu hal yang menarik di sini adalah banyak sekali kontribusi dakwah yang mulai ditekuni oleh para generasi muda yang terjun ke ranah dakwah.

Aksi generasi muda Islam dalam menyiarkan dakwah nampaknya menarik perhatian dari berbagai pengguna media sosial lainnya.

Hal ini tentu membantu mempertahankan eksistensi dakwah sehingga tidak mengalami kemunduran dan tertinggal oleh zaman.

Salah satu peran anak muda yang turut andil dalam aktivitas dakwah dalam media sosial seperti Tik-Tok, Instagram, dan lainnya adalah Husein Basyaiban, Agam Fachrul, Angger, dan beberapa anak muda lainnya.

Peran anak muda yang turut andil dalam dakwah ternyata memberikan daya pikat tersendiri bagi kalangan muda lainnya.

Banyak akun-akun media sosial yang mengutip atau dalam bahasa digital merepost postingan dari akun-akun dakwah untuk dijadikan sebagai bahan kajian atau muhasabah pada story media sosial masing-masing. Hal ini sebagai refleksi bahwa dakwah masih berada di hati masyarakat.

Peran anak muda dalam dunia dakwah, menjadi dobrakan besar bagi eksistensi dakwah. Kenapa? Sebab, sifat anak muda yang responsive, kritis, kreatif dan inovatif mampu menyampaikan dakwah menyesuaikan para viewer yang rata-rata pengguna media sosial adalah anak muda.

Dengan fitur-fitur media yang canggih, para da’i muda ini dapat menyampaikan pesan pesan dakwah dengan menarik sehingga menaruh perhatian dari berbagai pengguna sosial media lainnya.

Apakah dakwah yang disampaikan anak muda mendapat respon yang positif? Sama halnya dengan konten lainnya, dakwah memiliki plus dan minusnya di tengah masyarakat.

Beberapa orang yang kontra mengatakan bahwa dakwah yang disampaikan anak muda dirasa kurang kredibilitas, sebab apa yang disampaikan kadang tidak dilandasi oleh dalil yang kuat dan apa yang disampaikan hanya berdasarkan referensi tanpa dikaji kembali.

Baca juga: Siapakah Lelaki Idaman dalam Al-Quran?

Ada lagi mengatakan bahwa aktivitas dakwah hanya boleh disiarkan oleh para da’i senior, sedangkan anak muda belum waktunya dan belum cukup ilmunya.

Namun, seiring berkembangnya waktu dukungan dan dorongan untuk para da’i muda datang berbondong-bondong. Sebab, bagi sebagian orang peran da’i muda dapat dijadikan refleksi bagi anak muda lain dalam menuntut ilmu agama.

Nyatanya diberbagai platform media sosial, seperti Tik-Tok dan Instagram banyak sekali anak muda yang menaruh perhatian terhadap dakwah. Alih-alih ambigu mengenai suatu hukum atau membutuhkan penenang jiwa, rata-rata pengguna media sosial menggunakan akunnya untuk mencari lebih banyak kajian-kajian Islam yang bertebar di media sosial.

Adanya media sosial akibat refleksi dari pesatnya teknologi ternyata membawa pengaruh yang besar bagi dunia dakwah, yang tadinya disampaikan dalam bentuk konservatif, mau tidak mau para da’i harus bertransformasi metode dakwah yang lebih progresif.

Hal ini membawa dampak positif bagi dakwah Islam di tengah tantangan zaman, sebab melalui media sosial aktivitas dakwah masih dapat dihidupkan eksistensinya hingga saat ini.

1. Jalimah Zulfah Latuconsina
Mahasiswa Ahwal Al Syakhshiyah, Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia

2. Nur Zaytun Hasanah
Mahasiswa Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia

3. Istiqomah
Mahasiswa Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI