Melangkah Menuju Ketenangan: Mengatasi Rasa Cemas dengan Terapi SEFT

Melangkah Menuju Ketenangan Mengatasi Rasa Cemas dengan Terapi SEFT

Sensasi subjektif dari ketegangan mental yang meresahkan yang disebabkan oleh ketidakmampuan umum untuk memecahkan suatu masalah atau kurangnya rasa aman dikenal sebagai gangguan kecemasan. Dalam menangani masalah kecemasan dan kesehatan mental, terapi SEFT menciptakan kerangka kerja yang stabil untuk eksplorasi emosional dan kesadaran yang lebih mendalam tentang diri sendiri dan hubungan antarpribadi.

Dengan menggunakan pendekatan terapi SEFT ini, setiap orang disorong untuk mengenali pola berpikir negatif dan reaksi emosional, serta menyelidiki alasan yang mendasarinya. Orang dapat mengembangkan mekanisme penanggulangan dan meningkatkan kesehatan mental mereka dengan belajar mengenali emosi mereka dengan tepat.

Melalui penyediaan lingkungan yang aman dan mendorong untuk mengeksplorasi dan memproses emosi. Pengobatan SEFT, membantu orang menemukan kedamaian batin dan membina hubungan yeng lebih dalam dengan orang-orang di sekitar mereka.

Bacaan Lainnya
DONASI

Karena kekhawatiran diperlukan sebagai peringatan akan bahaya yang akan datang, kecemasan adalah bagian normal dari kehidupan. Gangguan kecemasan, di sisi lain, ditandai dengan kecemasan yang terus-menerus, tidak logis yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.

Untuk mengatasi tantangan dalam kehidupan manusia, Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) juga dikembangkan dengan menggabungkan unsur spiritual, psikologis, dan juga fisik. Salah satu metode konseling mutakir adalah SEFT.

Namun, kita haruslah berhati-hati jika seseorang menunjukkan gejala kecemasan, yang biasanya ditandai dengan kegelisahan, ketakutan, kekhawatiran, atau kegelisahan yang ekstrim dan tidak ada alasan yang jelas untuk gejala tersebut. Diperkirakan antara 9% dan 12% penduduk Indonesia menderita masalah kecemasan.

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) tahun 2013, pravalensi gangguan kecemasan secara nasional adalah 6% remaja di Indonesia yang berusia 15 tahun ke atas atau sekitas 14 juta jiwa yang menderita gangguan mental emosional yang dibuktikan dengan gejala gangguan kecemasan.

Akibat dari kecemasan yang berlebihan sering kali mengakibatkan gangguan fungsi lambung, paru-paru, jantung, dan organ lainnya. Seseorang yang mengalami kecemasan yang tinggi, sering kali percaya bahwa mereka akan mati karena perutnya sakit, dada tersa sesak, atau antungnya berdetak begitu cepat dari biasanya, sehingga membuat mereka menjadi lemas.

Baca Juga: Dukungan Psikologi sebagai Langkah Tepat Atasi Kecemasan Narapidana Wanita di Tahanan Polda Jatim

Semua organ sebenarnya berfungsi secara normal, sesuai dengan hasil tes atau pemeriksaan yang menyertainya. Biasanya hal itu bisa disebut dengan serangan panik.

Gangguan kecemasan muncul ketika strategi coping seseorang tidaklah mampu mengendalikan kecemasannya, sehingga menyebabkan kesalahan pada otak yang menyebabkan seseorang merasakan akan adanya bahay atau ancaman padahal sebenarnya tidak ada.

Strategi coping yang dilakukan seseorang adalah berbagai tindakan atau upaya yang dilakukannya untuk mengatasi situasi stres. Seseorang mungkin mengalami gejala psikologis gangguan kecemasan, seperti berikut ini:

Rasa Khawatir atau Takut yang Berlebihan

Hal tersebut suatu pengalaman yang dialami oleh banyak orang di seluruh dunia. Hal ini yang di mana kondisi seseorang merasa gelisah, tegang, dan takut tanpa adanya alasan yang jelas. Sehingga dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan hal ini dapat mempengaruhi kinerja di tempat berkerja, hubungan sosial, dan kualitas hidup secara keseluruhan.

Ketegangan, Kegelisahan yang Terus-menerus

Kondisi seseorang merasa tegang, gelisah, atau cemas secara konstan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya stres pekeraan, masalah keuangan, atau pada gangguan mental. Penting untuk mencari bantuan seseorang yang profesional jika seseorang mengalami ketegangan dan kegelisahan yang terus menerus, agar dapat menemukan sebuah strategi dan dukungan yang tepat untuk mengatasi kondisi tersebut.

Baca Juga: Mereduksi Kecemasan dengan Menggunakan Teknik Desensitisasi Sistematis akan Serangan Asma pada Siswa SMK Negeri 1 Pulau Punjung

Sulit untuk Berkonsentrasi

Salah satu gejala umum yang dialami oleh orang-orang yang mengalami kecemasan. Sehingga mebuat pikiran menjadi gelisah, terpecah, dan sulit untuk fokus pada tugas atau aktivitas yang sedang dilakukannya. Dalam aktivitas sehari-hari dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan ketidakpuasan secara keseluruhan.

Rasa ingin Pingsan atau Tercekik

Sensasi ini sering kali disebabkan oleh pernapasan yang dangkal atau terengah-engah dan dapat terjadi karena respon tubuh terhadap kecemasan yang tinggi.  Meskipun sensasi ini menakutkan, keadaan biasanya tidak berbahaya dan tidak akan menyebabkan pingsan atau tercekik sebenarnya. Namun, sensasi tersebut dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan meningkatkan tingkat kecemasan seseorang.

Seperti banyak masalah kesehatan mental lainnya, kecemasan akan lebih sulit disembuhkan jika dibiarkan begitu saja. Oleh karena itu, jika seseorang mengalami kecemasan yang parah, tidak ada bahayanya untuk mendapatkan bantuan sesegera mungkin.

Jika dibiarkan begitu daja, hal ini dapat menyebabkan efek samping yang besar yang mungkin berdampak pada kesehatan fisik, seperti sakit kepala, gangguan tidur, masalah pada kesehatan jantung, dan masalah pada kesehatan fisik lainnya.

Menurut World Health Organization (WHO), menjadi sehat lebih dari sekedar tidak sakit ataupun lemah itu adalah suatu keadaan fisik, mental, dan sosial yang utuh. Kemungkinan timbulnya masalah kesehatan mental dapat disebabkan oleh kesehatan fisik yang buruk.

Demikian pula, terdapat korelasi negatif antara kesehatan mental dan fisik. Proses tubuh lainnya mungkin terpengaruh oleh gagasan-gagasan yang mengganggu. Oleh karena itu, kita rentan terhadap berbagai masalah tubuh.

Teknik SEFT adalah salah satu jenis pengobatan yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah pada kesehatan mental dan pada fisik. Bapak Ahmad Faiz Zainuddin menciptakan SEFT sebaga terapi yang sederhana, bermanfaat, dan efektif dengan memadukan kekuatan spiritual doa dengan ketukan di 18 titik meridian pada tubuh, yang terdapat 3 tahapan.

Langkah pertama set up, yaitu melafalkan doa yang pada intinya untuk menyampaikan masalahnya sambil menekan titik bagian pada tubuh. Langkah kedua ada tune in, yaitu fokus pada pikiran dan rasakan rasa sakitnya. Kemudian langkah akhir tapping, yaitu melakukan ketukan sederhana pada 18 titik meridian tubuh.

Baca Juga: Kelas Diskusi Psikologi Mengenai Self-Awareness dan Resiliensi di Vihara Dhammadipa Arama Batu

Metode SEFT berguna baik bagi individu maupun kelompok, yang memiliki keunggulan dibandingkan dengan terapi, konseling, atau pelatihan lainnya.

Seperti, mudah untuk dipelajari dan dipraktikkan oleh siapa saja, cepat merasakan hasilnya, jika dipraktikkan dengan benar, tidak ada rasa sakit atau efek samping, jadi sangatlah aman untuk dipraktikkan oleh siapapun, kapanpun, dan dimanapun.

Melangkah menuju ketenangan melalui terapi SEFT melibatkan serangkaian langkah yang bertujuan untuk mengatasi rasa cemas dengan cara yang holistik. Dalam terapi ini, klien diajak untuk menggali dan memahami akar penyebab dari kecemasan mereka, serta belajar untuk mengidentifikasi dan mengekspresikan emosi mereka secara sehat.

Melalui dorongan dari terapis, klien diberi ruang untuk menjelajahi dan memproses emosi mereka dengan aman, tanpa takut atau dihakimi.

Terapi SEFT juga mengarahkan klien untuk membangun hubungan yang aman dengan terapis, di mana mereka merasa didukung dan dipahami.

Dengan bimbingan terapis, klien belajar mengelola emosi mereka secara efektif, menggantikan pola emosi yang tidak sehat dengan respons yang lebih adaptif, dan membangun keterampilan untuk menghadapi stres dan kecemasan.

Melalui proses ini, klien dapat mencapai keadaan ketenangan dan kesejahteraan emosional, memungkinkan mereka untuk hidup dengan lebih tenang dan terhubung dengan diri mereka sendiri serta lingkungan mereka.

 

Penulis: Nurus Ainun Naimah
Mahasiswa Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Editor: I. Khairunnisa

Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI