Mendamaikan Pikiran: Terapi Islami untuk Gangguan Mental Ringan

Pengertian Agama dan Kesehatan Mental

Agama adalah panutan dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Dalam KBBI, agama memiliki makna ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta manusia dengan lingkungannya. Agama juga sebagai pusat aktivitas religius bagi pemeluknya.

Berdasarkan keterangan di atas agama adalah suatu hubungan antara Tuhan dengan manusia serta agama juga memiliki hubungan antara manusia dengan manusia juga. Maka suatu agama memiliki peran penting bagaimana manusia bisa berkomunikasi dengan manusia lainnya dengan komunikasi yang baik dan membangun persaudaraan.

Sedangkan kesehatan mental adalah fase di mana seseorang dengan bebas bekerja dengan produktif, bebas mengeluarkan potensinya serta bisa memberikan dampak positif pada lingkungan sekitar tanpa ada hambatan yang menghalangi. Dengan kata lain, kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gangguan dan penyakit jiwa.

Bacaan Lainnya
DONASI

Jadi, tanda bahwa seseorang itu dikatakan sebagai pribadi sehat rohani adalah jika dia bebas beraktivitas sesuai apa yang diharapkan tanpa ada suatu hal yang menghalanginya seperti gelisah, cemas, stres dan lainnya, yang mana ke semuanya adalah penyebab awal seseorang bisa terkena gejala maupun gangguan mental.

Mental yang sehat tidak akan mudah terganggu oleh Stressor (Penyebab terjadinya stres). Orang yang memiliki mental sehat berarti mampu menahan diri dari tekanan-tekanan yang datang dari dirinya sendiri dan lingkungannya.

Baca juga: Mengupas Tantangan Kesehatan Mental dan Emosional Mahasiswa Indonesia: Membangun Kesejahteraan di Era Pendidikan Tinggi

Hubungan Agama dengan Kesehatan Mental

Agama dan kesehatan mental adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan. Agama adalah panutan seseorang yang di dalamnya berisi keimanan, tata cara menyembah kepada Tuhan dan berisi moral-moral positif terhadap orang lain dan lingkungan. Sedangkan kesehatan mental adalah posisi di mana seseorang bebas melakukan aktivitas apa pun tanpa ada hambatan dan halangan yang mana seseorang tersebut bisa hidup dalam kesejahteraan, mampu mengendalikan emosi dan bisa mengambil keputusan yang tepat.

Agama menjadi suatu pedoman manusia dalam beribadah kepada Tuhan, bersikap, dan berinteraksi sosial kepada manusia. Manusia yang taat dalam beragama menjadikannya sebagai pribadi yang selalu menebar nilai positif kepada orang lain dan lingkungan sekitar. Karena dengan beragama akan mengubah potensi seseorang menjadi positif dengan ritual-ritual ibadah yang dilakukan.

Islam mengajarkan bahwa orang yang selalu beribadah kepada Allah akan diberikan ketenangan hati dan pikiran. Sebagaimana yang Allah sebutkan dalam Al-Quran surat Ar Ra’ad 13:28 yang artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram”. Seseorang yang hatinya terpaku pada Allah dan menjalani segala syariat-Nya maka orang tersebut telah menemukan ketenangan jiwa dalam hidupnya.

Hal ini menjadikan adanya indikator antara agama dan kesehatan mental memiliki hubungan yang sangat erat. Jika dengan beribadah dapat mengantarkan seseorang kepada Tuhan dan menjadikan jiwanya tenteram, maka tentunya penerapian gejala dan gangguan kesehatan mental sedikit tidaknya bisa disembuhkan dengan praktik dan ritual agama seperti orang-orang yang menghabiskan 24 jam waktunya hanya untuk beribadah kepada Allah tentunya baginya pahala, rida dan ketenangan jiwa.

Orang-orang yang seperti itu tidaklah ada rasa takut baginya dan kegelisahan. Besar kemungkinan orang tersebut akan terhindar dari gangguan dan gejala mental karena peribadahan yang ia lakukan.

Baca juga: Integrasi Tasawuf dan Psikoterapi: Memadukan Spiritualitas dan Kesehatan Mental

Metode Penerapian

Adapun Penyembuhan Gangguan Mental Ringan Menggunakan Pendekatan Islam Bisa Menggunakan Tiga Metode Ini,

1. Shalat

Shalat adalah perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Di dalam shalat terdapat beberapa rukun yang wajib dilakukan seperti membaca surat Al-Fatihah, rukuk, sujud, dan lainnya. Salah satu rukunnya adalah thuma’ninah. Thuma’ninah adalah diam sebentar setelah rukun sebelumnya tanpa melakukan apapun (diam sejenak).

Thuma’ninah menjadi rukun shalat yang paling mudah dilakukan yaitu cukup dengan berdiam saja tanpa bergerak perkiraan selama satu sampai dua detik. Dengan adanya thuma’ninah menjadikan shalat seseorang tidak bisa terburu-buru. Maka thuma’ninah menjadi simbol bahwa yang namanya shalat harus dilakukan dengan tenang, khusyu’, khudu’, dan khudur.

Orang yang mendirikan shalat dengan menyempurnakan wudhu’nya, menyempurnakan rukun-rukun serta sunah shalat, mengerjakannya dengan niat yang ikhlas, dan bertatakrama kepada Allah maka akan mendatangkan kekhusyu’an, ketenangan serta menjadi terapi sendiri bagi jiwa. Dengan artian, jiwa akan tenang bila shalatnya sesuai dengan ajaran-ajaran yang disampaikan nabi Muhammad saw.

2. Membaca Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah swt kepada Nabi Muhammad saw melalui perantara malaikat Jibril. Al-Qur’an menjadi salah satu metode penerapian jiwa. Orang yang rutin setiap hari membaca Al-Qur’an akan menemukan ketenangan jiwa dalam dirinya. Sebagaimana yang telah disyairkan oleh Raden Maulana Makdum alias Sunan Bonang bahwa membaca Al-Qur’an itu termasuk salah satu penyembuh jiwa atau merupakan bagian dari limo tombo ati.

Karena dalam Alquran surat Al-Isra’ ayat 82 berbunyi: “Dan kami turunkan dari Alquran suatu yang menjadi penawar (obat) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”.

Untuk dapat mendapatkan ketenangan jiwa maka dianjurkan membacanya sambil menghayati dan mentadabburi di setiap kalimat dalam Al-Qur’an. Karena dengan itu kita dapat mengerti dan faham pesan-pesan apa yang tersimpan di balik kitab suci Al-Qur’an dan membuat jiwa dan mental kita terobati.

3. Berdzikir

Firman Allah swt surat Ar Ra’ad 13:28 berbunyi: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram”. Dzikir adalah fase di mana seseorang berusaha mengingat Allah dengan menyebut nama-Nya maupun sifat-sifat-Nya. Dzikir dapat mengantarkan seseorang sampai pada derajat yang tinggi di sisi-Nya.

Ini dapat dijadikan acuan bahwa selain mendapatkan pahala, dzikir juga mengantarkan seseorang pada ketenangan jiwa yang luar biasa. Untuk dapat mencapai ketenangan jiwa maka dzikir yang diucap harus disertai penghayatan, peresapan makna, dan mengingat-ingat dosa yang diperbuat. Dengan seperti itu maka dengan sendirinya hati menjadi lebih bersih, jernih, dan plong.

Baca juga: Opini dan Data: Menelusuri Lemahnya Kesehatan Mental Gen Z

Sebagaimana yang telah disabdakan Rasulullah saw: “Tidaklah suatu kelompok yang duduk berzikir melainkan mereka akan dikelilingi oleh para malaikat. Mereka mendapat limpahan rahmat dan mencapai ketenangan. Dan Allah swt akan mengingat mereka dari seseorang yang diterima di sisi-Nya” (HR. Muslim dan Tirmidzi).

Jadi itulah beberapa metode yang dapat digunakan untuk penyembuhan gangguan mental ringan. Metode tersebut terbilang praktis dan mandiri karena tidak perlu merogoh kocek sepeser pun untuk menerapkannya. Beda cerita kalau penyembuhannya melalui dokter jiwa, justru jumlah rupiah yang dikeluarkan akan lebih besar. Metode tadi bisa menjadi opsi alternatif untuk penyembuhan gejala mental ringan tanpa harus pergi ke dokter.

Penulis: Rifqi Munassor

Mahasiswa Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Editor: Anita Said

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI