Menghadapi Penggunaan Teknologi ChatGPT Basis AI dalam Dunia Pendidikan Tinggi di Indonesia

Illustrasi Penggunaan ChatGPT
Illustrasi Penggunaan ChatGPT (Sumber: freepik.com)

Perkembangan Teknologi dalam dunia pendidikan telah mengalami perkembangan begitu pesatnya, hal ini menunjukkan bahwa generasi masa sekarang telah memiliki kemampuan berpikir kreatif, bersikap kritis, serta mampu menyelesaikan masalah terutama dalam beraktivitas dengan menggunakan akses teknologi dan digitalisasi yang akan terus semakin canggih lagi. Salah satunya ChatGPT (Generative Pre-Trained Transformer).

Sebenarnya aplikasi ChatGPT bukan satu-satunya teknologi AI yang dapat digunakan untuk menciptakan karya, menyintesis, dan memeriksa karya tulisan ilmiah. Sudah ada sejak awal sebelum tren seperti pada saat ini, terdapat beberapa contoh perangkat lunak seperti BERT, RoBERTa, dan XLNet walaupun fitur yang disajikan tiap perangkat tersebut berbeda dan tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ini berarti, fenomena kemunculan AI ini semakin beredar perkembangannya dengan berbagai macam variasi disetiap kebutuhan masing-masing.

ChatGPT berfokus pada pengembangan algoritma canggih yang menganalisis solusi spesifik dan membantu memastikan bahwa ChatGPT benar-benar memenuhi standar kualitas yang ditetapkan. Dalam hal ini, dijamin bahwa solusi yang dihasilkan dapat diterapkan dengan sukses dan efisien dalam praktik. Selain itu, ChatGPT telah mengembangkan model yang dapat memprediksi apakah suatu solusi akan berhasil. Model ini memungkinkan ChatGPT mengidentifikasi potensi masalah sebelum mengimplementasikan solusi. Hal ini mengurangi risiko dan memastikan bahwa solusi yang dihasilkan benar-benar berfungsi.

Bacaan Lainnya
DONASI

Di Indonesia terutama pada lingkup pendidikan perguruan tinggi, ChatGPT dianggap sangat membantu, selain dapat digunakan dengan Bahasa Indonesia. ChatGPT dapat membantu dalam kegiatan menulis atau menganalisis karya ilmiah. Dengan bantuan tersebut, mahasiswa bisa dilatih untuk meningkatkan keterampilan pemahaman artikel ilmiah. Sementara sudut pandang yang lain, banyak sekali kekhawatiran beredar terkait isu kejujuran dan etika menulis yang berpotensi potensi plagiarisme dan dikhawatirkan mengancam integritas akademik. Terdapat pula pendapat yang mengasumsikan bahwa ChatGPT dapat membantu para guru atau pengajar dalam memberikan penjelasan materi yang mendetail dalam proses belajar mengajar.

Menurut penelusuran dari harzing.com, pada aplikasi perangkat lunak publish or perish, dalam kurun waktu satu tahun belakangan ini, terdapat 146 penelitian ilmiah yang mengupas tentang ChatGPT dalam konteks pendidikan. Lebih dari 200 artikel ilmiah tentang BERT dan RoBERTa dalam 1 tahun terakhir. Tak hanya itu, dari laporan Washington Post (2023), di New York dan Los Angeles, Amerika Serikat, ada larangan sekolah untuk menggunakan ChatGPT sehingga tidak bisa diakses dari gawai di lingkungan sekolah. Sebab, AI seperti ChatGPT sekarang dapat menulis esai yang masuk akal, bahkan jika itu didasarkan pada ketidakbenaran.  Namun sayangnya, di Indonesia sendiri belum ada satu pun penelitian atau eksperimen ilmiah yang mengupas hal ini. Tanggapan seperti ini, akademisi  di Indonesia sudah semestinya responsif dan adaptif.

Beberapa penelitian atau eksperimen menggunakan chatbot ChatGPT telah dimuat pada beberapa jurnal dan situs. Penelitian artikel jurnal  Zhai (2023) bereksperimen membuat suatu artikel sepanjang lebih kurang 5.830 kata berjudul ”Artificial Intelligence for Education”.

Sebagai orang yang juga ahli di bidang kecerdasan buatan, Zhai menilai artikel buatan mesin itu bersifat koheren, relatif (sebagiannya) akurat, informatif dan sistematis. Kemampuan chatbot dalam memberi informasi yang dibutuhkan juga lebih efisien daripada manusia pada umumnya, serta kemampuannya menulis di atas rata-rata mahasiswa. Proses yang dibutuhkan Zhai untuk menghasilkan artikel itu hanya 2-3 jam saja, sudah termasuk untuk melakukan proses edit minor dan reorganisasi artikel.

Untuk lebih mengetahui persepsi publik, khususnya dunia pendidikan mengenai penggunaan ChatGPT, melansir dari study.com pada bulan Januari 2023 telah melakukan survei terhadap 100 pengajar dan 1.000 siswa berusia di atas 18 tahun mengenai penggunaan ChatGPT di sekolah (Perception of ChatGPT in Schools). Didapatkan data pada kalangan profesor perguruan tinggi, 72% dari mereka mengkhawatirkan para mahasiswanya memanfaatkan ChatGPT untuk mencontek, namun hanya 58% guru sekolah yang khawatir mengenai hal itu.

Ada sekitar 34% dari seluruh profesor dan guru itu yang menghendaki pelarangan penggunaan ChatGPT di perguruan tinggi atau sekolah. Namun lebih banyak lagi dari mereka yakni 66% yang mendukung adanya pemberian akses kepada ChatGPT.

Sedangkan di kalangan mahasiswa perguruan tinggi, 72% dari mereka mendukung pelarangan akses ke ChatGPT di jaringan kampus mereka. Sebanyak 89% siswa mengaku menggunakan ChatGPT untuk menyelesaikan tugas/pekerjaan rumah dari guru mereka. Ada 48% siswa yang menggunakan ChatGPT untuk menyelesaikan tes atau kuis dari rumah, 53% menggunakannya untuk menghasilkan tulisan esai dan 22 % memanfaatkannya untuk merancang outline tulisan mereka.

Di antara pro dan kontra, banyak hal yang menjadi keterbatasan dalam penggunaannya karena dianggap tidak akurat dan banyaknya pembahasan dengan konteks yang tidak tepat. Dengan mengetahui keterbatasannya, dosen dan mahasiswa bisa memanfaatkan ChatGPT mulai dari membantu mengatasi hambatan menulis, pemecahan masalah, hingga penulisan kode komputer.

Terdapat potensi positif lain dalam penggunaan ChatGPT, riset menangkap beberapa penelitian yang mendukung manfaat AI ini dalam kajian-kajian unik, seperti efektivitas teknologi ini untuk mereduksi stres anxiety pada  mahasiswa dengan menjadi mitra konsultasi.

Tantangan pendidik lebih kepada desain pembelaran yang memicu pola berpikir kreatif, bukan hanya tugas formalitas ala konvensional yang dapat dengan mudah ditanyakan pada ChatGPT.

Pendidik tidak dapat menolak atas perkembangan teknologi yang ada, satu-satunya opsi adalah meminimalisir penggunaan supaya tidak ketergantungan dan membuat otak semakin pasif. Secanggih apapun ChatGPT, akademisi dan mahasiswa perlu memiliki keterampilan tersendiri yang menarik dan murni dari idenya  yang tetap memperhatikan pedoman etika menulis serta kejujuran.

Mengapa demikian? Karena konstruksi dalam ide, ketajaman analisis, penyambungan pola antar variabel, novelty, validitas, dan pemikiran yang kritis hanya terdapat pada otak manusia. Meskipun tidak sepenuhnya sempurna, beberapa karya teknologi AI lainnya yang diciptakan oleh generasi Z Indonesia ini  dapat memberikan manfaat kebutuhan selain dalam Pendidikan dan Riset. Dengan hadirnya AI begitu pekerjaan manusia akan sangat terbantu dan menjadi peluang dalam menumbuh-kembangkan perekonomian Indonesia.

Kehadiran teknologi ChatGPT membuka peluang untuk memanfaatkan chatbot AI ini bagi pendidikan di Indonesia, khususnya dalam pengembangan kompetensi peserta didik yang diperlukan di abad ke-21. Terdapat enam kompetensi yang perlu mereka miliki di Era Education 4.0, yaitu berpikir kritis, kolaborasi, komunikasi dan kreativitas ditambah dengan dua kompetensi pendukung lainnya, yakni pendidikan karakter dan kewarganegaraan.

Penulis: Aminatus Sholihah
Mahasiswa Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Semarang

Editor: Rahmat Al Kafi

Daftar Pustaka

Hastuti, K. P., Aristin, N. F., & Fani, A. I. M. (2022). Improvement of Six Competency Skills through the Development of Flipped-Case Project in Era of Education 4.0. Education Quarterly Reviews, 5(4), 125-135, from http://doi.org/10.31014/aior.1993.05.04.579.

Humbert, L. (2019). Publier or perir :  English in French academia. From https://harzing.com/blog/2019/04/publier-or-perir-english-in-french-academia

Khan, sulaiman. (2019). BERT, RoBERTa, DistilBERT, XLNet  which one to use? from https://towardsdatascience.com/bert-roberta-distilbert-xlnet-which-one-to-use-

Study.com. (2023). Productive Teaching Tool or Innovative Cheating? from https://study.com/resources/perceptions-of-chatgpt-in-schools

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI