Setiap tahun peminat sekolah kedinasan di Indonesia semakin meningkat. Berdasarkan data dari Badan Kepegawaian Nasional (BKN), jumlah pendaftar sekolah kedinasan pada tahun 2024 sebanyak 161.216 orang.
Hal tersebut terjadi juga di penerimaan calon bintara TNI AD khususnya di wilayah Jawa Timur. Pada tahun 2024, diperkirakan kuota bintara TNI AD sebanyak 200 orang, sedangkan pendaftar lebih dari itu. Fenomena tersebut menunjukkan tingginya minat generasi muda terhadap bidang militer.
Dengan adanya peningkatan peminat yang setiap tahun semakin bertambah tentu ada faktor pendorong generasi muda menjadi calon bintara TNI AD, yaitu adanya keinginan dari kecil untuk mengabdi kepada negara, jaminan karir di masa depan, dan membuat orang tua bangga karena pencapainnya menjadi anggota TNI AD.
Akan tetapi, dengan adanya persaingan yang ketat, para calon siswa harus mempersiapkan diri secara maksimal dari segi fisik, mental, dan intelektual.
Oleh karena itu, ketika calon siswa gagal dalam seleksi, besar kemungkinan mereka akan mengalami depresi ringan. Pada artikel ini, kita akan membahas tentang remaja yang mengalami depresi setelah gagal dari seleksi TNI AD.
Menurut Dorland (2010), depresi adalah penurunan suasana hati yang ditandai dengan perasaan sedih, tidak bersemangat, dan putus asa. Kondisi ini dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari.
Baca Juga:Â Waspada, Depresi Bisa Menyerang Mahasiswa Kapan Saja
Apalagi pada masa remaja yang beranjak dewasa, pada masa ini kendali emosi masih menggebu-gebu dan sulit dikendalikan yang dapat menyebabkan depresi. Ketika remaja mengalami kegagalan saat seleksi TNI besar kemungkinan mereka terkena depresi.
Depresi yang mereka alami dapat ditandai dengan perasaan sedih mendalam, kehilangan motivasi, dan penurunan rasa percaya diri. Oleh karena itu, saat ia gagal seleksi maka peran orang sekitar sangat diperlukan.
Seseorang yang mengalami depresi disebabkan oleh banyak faktor dari segi biologis, psikologis atau kepribadian dan sosial. Sehingga penyebab depresi yang dialami oleh remaja berasal dari faktor tersebut.
Adanya harapan yang tinggi untuk bisa lolos seleksi TNI tetapi kenyataan berkata lain, hal ini penyebab utama remaja terkena depresi. Para orang terdekat terutama orang tua sangat mengharapkan anaknya untuk lolos seleksi TNI, mereka merasa profesi TNI merupakan hal yang menjamin di masa depan.
Sehingga, adanya harapan dari orang tua dan keinginan pribadi yang gagal dapat menyebabkan kekecewaan yang mendalam, hal ini bisa membuat remaja tersebut menjadi depresi.
Kondisi depresi yang sedang dialami remaja saat ini, akan membawa dampak jangka pendek dan panjang yang signifikan.
Dampak jangka pendek hanya terjadi beberapa hari saja, namun dampak jangka panjang bisa berbulan-bulan atau bahkan sampai bertahun-tahun sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk menyembuhkan atau bahkan tidak bisa disembuhkan.
Baca Juga:Â Dampak Adanya Keluarga Broken Home terhadap Gangguan Depresi Remaja
Dalam dampak jangka pendek dapat menyebabkan gangguan pola tidur yang tidak teratur, kesulitan untuk berkonsentrasi saat diajak komunikasi, hingga hilangnya nafsu makan. Sedangkan, untuk dampak jangka panjang, seperti munculnya gangguan kecemasan.
Gangguan kecemasan dapat mengganggu remaja untuk membangun hubungan interpersonal atau dengan orang luar dan kesulitan membangun karir kedepannya. Lagi dan lagi orang terdekat perlu peduli dengan teman atau keluarganya yang sedang mengalami fase ini.
Untuk meminimalisir depresi pada remaja yang gagal saat seleksi TNI AD maka diperlukan dukungan atau peran dari orang tua, teman, dan keluarga. Namun, jika sudah terlanjur depresi maka perlu bantuan pihak professional seperti psikolog atau konselor.
Orang tua harus memposisikan dirinya sebagai sumber dukungan emosional utama dengan menciptakan keluarga yang penuh kasih sayang, mendengarkan curahan hati anak tanpa menghakimi, dan selalu memberi keyakinan kepada anaknya bahwa gagal menjadi anggota TNI AD bukan akhir dari segalanya.
Di lain sisi, peran teman juga dapat memberikan rasa simpati dan solidaritas dengan cara menghibur di saat mereka mengetahui bahwa temannya gagal seleksi. Kehadiran dukungan dari mereka sangat berarti untuk menjaga kesehatan mental remaja.
Jika seseorang telah terkena depresi akibat gagal masuk seleksi TNI AD maka perlu dihilangkan penyakit depresinya. Oleh karena itu diperlukan strategi menghilangkan depresi yang mencakup langkah fisik, emosional, dan mental.
Baca Juga:Â Pendidikan Karakter: Kunci untuk Membangun Generasi yang Berkualitas
Mengawali strategi, remaja harus memulai dengan menerima perasaan kecewa dengan hasil akhir tanpa menyalahkan diri sendiri dan tanpa menanyakan kepada diri sendiri kenapa bisa gagal serta harus meyakini bahwa proses kegagalan merupakan pembelajaran untuk evaluasi kedepannya.
Kemudian membuat rencana atau jalan yang lain seperti mengikuti kuliah, kerja, kursus bahasa asing, dan mempersiapkan diri untuk kedepannya. Selalu menjaga kesehatan fisik dengan cara rutin olahraga, menjaga pola makan sehat, dan tidur yang cukup.
Selain itu, remaja harus membangun interpersonal bersama keluarga dan teman sebagai motivasi dan perspektif yang positif.
Jadi depresi yang dialami remaja yang gagal masuk seleksi TNI AD merupakan dampak dari adanya harapan dari orang tua yang gagal, kekecewaan diri sendiri, serta adanya rasa bersalah kepada orang tua karena gagal.
Hal ini dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental, dan emosional baim dalam jangka panjang maupun pendek. Masalah ini perlu diatasi dengan dukungan orang tua, teman, keluarga, bahkan pihak profesional seperti psikolog atau konselor.
Selain itu, remaja tersebut harus menerima hasil akhir tanpa kekecewaan, menjaga kesehatan fisik, mental, dan emosional setelah gagal, dan menjaga hubungan interpersonal.
Baca Juga:Â 5 Cara Menangani Depresi Menurut Panduan Dokter
Dengan cara tersebut dapat membuat remaja bangkit dari kegagalan dan mempersiapkan diri lebih baik lagi kedepannya.
Penulis: Intania Rizky Ariantono
Mahasiswa Prodi Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang
Editor: Siti Sajidah El-Zahra
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News