Sebagian orang tentunya merasakan betapa menyenangkannya masa perguruan tinggi mereka. Namun ternyata mungkin di luar sana masih ada sebagian mahasiswa yang merasakan tertekan berada di perguruan tinggi.
Beberapa faktor yang bisa saja memicu terjadinya depresi adalah kondisi akibat tugas-tugas kuliah, ujian semester, ataupun faktor eksternal lain seperti teman-teman kuliah yang kerap membuat tidak nyaman hingga terbebani karena ekpektasi yang diberikan orangtua kepada dirinya terlalu tinggi. Dikutip dari Everyday Health penelitian menunjukkan 27 persen anak kuliahan atau mahasiswa memiliki masalah gangguan mental termasuk depresi.
Depresi
Selain itu, temuan yang dipublikasikan dalam Journal of Abnormal Psychology dengan memberikan serangkaian survei kesehatan berbasis daring kepada mahasiswa khususnya mahasiswa baru dalam beberapa bulan perkuliahan yang mereka tempuh.
Hasilnya cukup menakjubkan, sebanyak 35 persen dari 13.984 responden mengalami gangguan mental selama hidupnya. Sementara 31 persen di antaranya mengalami gangguan mental 12 bulan sebelum survey dilakukan. Dan depresi adalah gangguan yang paling umum dialami mahasiswa.
Tingkat gangguan, kata Aeurback, tampak sangat menghawatirkan. Karena bisa dikatakan bahwa hasil dari temuan tersebut menunjukkan masalah kesehatan mental masyarakat yang besar.
Aeurback menduga, preverensi sesungguhnya bisa lebih tinggi dari apa yang ia dapatkan dalam penelitian. Pasalnya, penelitian hanya fokus kepada bebapa kesehatan mental yang umum terjadi.
“Kami menemukan bahwa gangguan-gangguan itu didistribusikan secara luas dalam lingkungan mahasiswa,” kata Aeurback. Hal itu, lanjutnya menunjukkan bahwa perlu adanya pemahaman lebih menyeluruh perihal gangguan mental yang tumbuh dalam lingkungan perguruan tinggi. Kendati demikian, para peneliti menganggap perlu adanya penelitian yang lebih lanjut terkait dengan hal tersebut.
Dampak yang cukup parah akibat depresi adalah kasus bunuh diri yang dilakukan oleh mahasiswa Indonesia juga terhitung cukup banyak. Salah satu kasus yang terbilang masih hangat di ingatan adalah kasus mahasiswa Bandung yang memilih untuk mengakhiri hidupnya lantaran merasa terbebani dengan tugas-tugas kuliah.
Hal ini tentu saja menjadi sebuah hal yang tidak bisa dianggap sebelah mata dimana dari sebuah penyakit mental ternyata dapat membuat seseorang memilih jalan mengakhiri hidupnya. Padahal secara akal sehat bunuh diri bukanlah solusi dalam memecahkan masalah. Masih banyak hal positif dan melakukan hal menyengkan bagi teman-teman mahasiswa dalam mengusir rasa depresi dengan cara sederhana. Seperti dengan mendengar musik, menonton siaran lucu lewat tv maupun Youtube, hingga menemui psikolog untuk sekedar bercerita atau mencari seorang teman untuk dijadikan tempat curhat.
Sharfina Aulia Puspasari
Mahasiswa Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Universitas Negeri Semarang