Pangan Lokal seperti Umbi-Umbian Dapat Menjadi Solusi untuk Mencapai Ketahanan Pangan Nasional

Ketahanan Pangan Nasional
Ilustrasi: istockphoto

Upaya peningkatan pangan nasional telah dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan meningkatkan produksi pangan dan menambah penganekaragaman pangan berkelanjutan.

Pola konsumsi pangan yang hanya bergantung pada beberapa jenis pangan menyebabkan rawan terhadap perubahan lingkungan global yang sering terjadi, oleh sebab itu salah satu kebijakan dalam ketahanan pangan adalah keanekaragaman konsumsi pangan.

Penganekaragaman pada konsumsi pangan bertujuan untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap pangan pokok beras, sejalan dengan perkembangan peningkatan mutu konsumsi pangan masyarakat.

Bacaan Lainnya
DONASI

Selama bertahun-tahun masyarakat telah banyak mengonsumsi umbi seperti ubi kayu, ubi jalar, dan kentang, di mana masih banyak umbi-umbian lain yang berpotensi dan belum dikembangkan. Umbi-umbian merupakan bahan nabati, misalnya ubi kayu, ubi jalar, kentang, garut, gadung, kimpul, talas, gembili, ganyong, dan sebagainya.

Umumnya umbi-umbian  merupakan sumber karbohidrat terutama pati. Suatu pergeseran pola konsumsi pada masyarakat dari bahan pangan pokok beras diolah menjadi tepung terigu dalam bentuk mie instan dan roti, merupakan bentuk dari perhatian masyarakat terhadap bahan pangan umbi-umbian masih kurang.

Terbatasnya konsumsi umbi-umbian dikarenakan adanya anggapan bahwa mayoritas penduduk pada kelompok pangan ini adalah makanan kampungan, tidak elit, ketinggalan zaman, dan tidak bermutu. Umbi-umbian memiliki peran penting pada pangan untuk bisa diversifikasikan menjadi pangan pokok di Indonesia.

Umbi-umbian lokal juga berpotensi untuk menekan jumlah impor gandum. Saat ini, Indonesia masih terus mengimpor gandum dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan tepung terigu, padahal umbi bisa menjadi potensi untuk diolah menjadi sumber tepung.

Contohnya mocaf, merupakan modifikasi dari bahan dasar singkong yang difermentasikan oleh bakteri asam laktat. Tepung umbi ini dapat berperan sebagai bahan campuran dalam proses pembuatan berbagai jenis kue dan makanan lainnya.

Selain ubi kayu, umbi-umbian lain seperti ubi jalar, talas, dan gembili juga dapat dijadikan bahan pangan alternatif yang sangat berpotensi untuk dikembangkan oleh masyarakat. Apalagi kandungan karbohidrat pada umbi-umbian yang berpotensi menjadi  makanan pokok pengganti beras.

Selain mudah diolah sebagai makanan pokok, jenis umbi-umbian yang lain seperti ubi jalar, singkong, dan talas juga memiliki banyak manfaat, sehingga diharapkan dapat menjadi potensi pengolahan yang baik dan membuka peluang industri yang lebih besar.

Sebagai salah satu pangan pokok pengganti nasi, tentunya harus memiliki kandungan gizi yang setara dengan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.

Dengan sumber daya yang bagus, tentunya harus diimbangi dengan pengelolaan bahan baku yang tepat dan sesuai prosedur, pengelolaan umbi-umbian merupakan hal yang harus diperhatikan karena memang ada beberapa spesies umbi-umbian yang dapat dikelola atau dikonsumsi karena beracun atau beberapa alasan lain.

Selain dimanfaatkan sebagai olahan pangan, beberapa jenis umbi-umbian dapat dimanfaatkan sebagai obat-obatan tradisional yang dapat menjadi antibodi. Umbi-umbian juga dikenal sebagai sumber mineral, vitamin, dan sumber energi. Selain itu, dapat mengurangi risiko penyakit jantung, menghambat timbulnya kanker, dan baik untuk usus.

Bahkan beberapa jenis umbi-umbian juga dapat digunakan sebagai pewarna alami, kebanyakan diperuntukkan sebagai warna makanan, namun juga dapat digunakan sebagai warna tekstil, ataupun kebutuhan industri lainnya, beberapa tanaman tersebut merupakan jenis umbi-umbian jenis ubi, lebih spesifik merupakan ubi ungu, yang memiliki kandungan warna  antosiani yang terdapat kelimpahan pada tiap kulit serta daging dari ubi ungu.

Kembali sebagai fungsi utama umbi-umbian sebenarnya yang sejatinya merupakan tanaman yang kaya akan karbohidrat dan kandungan baik lainnya, tentunya akan sangat baik jika dikonsumsi sehari-hari, sebagai bahan konsumsi tentunya rasa dan tampilan harus dibuat semenarik mungkin.

Begitu pula jika akan menjadi produk yang menjadi komoditi pasar, sudah selayaknya olahan dari umbi-umbian ini dibuat semenarik mungkin dan secantik mungkin bagi pelanggan. Berikut merupakan contoh olahan umbi-umbian yang sudah diterapkan, antara lain:

  1. Memiliki nilai gizi yang cukup tinggi dengan kisaran kalori di angka 123 kalori/ 100 gram, dengan nilai kalori tersebut, ubi jalar dapat dijadikan sebagai pengganti nasi, dengan beberapa olahan yang dapat dikreasikan dengan mengolah menjadi bahan baku tepung yang nantinya akan dijadikan sebagai olahan brownis, dan cake basah, ataupun dijadikan sebagai mi bihun, es krim, bahkan menjadi yogurt ubi.
  2. Singkong (ubi kayu) merupakan salah satu jenis umbian paling banyak terhitung populasinya di Indonesia. Olahan yang paling umum adalah bahan baku tepung tapioka (sari pati singkong). Namun saat ini, singkong telah diolah menjadi tepung alternatif seperti mocaf yang merupakan olahan dasar yang difermentasikan menggunakan bakteri asam laktat.
  3. Talas memiliki nama latin Colocasia Esculenta tanaman ini mudah tumbuh pada suhu sejuk dan lembab bahkan dapat tumbuh di bawah genangan air dengan kadar garam yang cukup tinggi berkisar 25-50% tingkat kegaraman. Umumnya talas banyak digunakan sebagai menu kudapan, atau snack ringan. Selain itu, talas juga merupakan umbi-umbian favorit yang dapat diolah menjadi tepung, menjadi bahan campuran yang baik untuk pengolahan pangan berupa sup atau sejenisnya karena memiliki sifat absorpsi yang baik dan tingkat granula yang tahan panas sehingga cocok menjadi pengental bagi olahan lainnya.
  4. Kentang Solanum Tuberosum merupakan nama latin dari tanaman yang biasa kita temui menjadi bahan olahan di rumah makan junk food atau restoran cepat saji. Meskipun menjadi olahan cepat saji nyatanya kentang mengandung banyak vitamin B1, B2, C, fosfor, zat besi, kalsium, dan lemak. Seperti yang kita ketahui kentang merupakan olahan yang paling digemari, baik dari dalam maupun luar negeri. Kentang dapat diolah menjadi makanan tradisional seperti perkedel, donat, dan kue lainnya.

Perlu diketahui bahwa tumbuhan memiliki banyak potensi salah satunya dapat bepotensi sebagai bahan pangan. Pangan merupakan suatu kebutuhan dasar masyarakat yang harus dipenuhi, di mana kebutuhan tersebut akan menjadi salah satu faktor penentu kualitas sumber daya manusia.

Keseimbangan gizi pada tanaman pangan bisa dicukupi melalui tanaman yang mengandung unsur karbohidrat dan juga berpotensi dalam mencapai ketahanan pangan dan dapat menggantikan makanan pokok di Indonesia.

Penulis:

Rosita Maharani
Mahasiswa Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI