Anemia merupakan masalah gizi di dunia. Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa lebih dari 30% atau 2 milyar orang di dunia berstatus anemia. Prevalensi anemia di Indonesia, yaitu 21,7% dengan penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan 57% berumur 15-24 tahun. Data tersebut menunjukkan bahwa anemia merupakan masalah gizi yang sering dialami oleh remaja.
Kasus anemia di Indonesia masih terbilang dalam kategori yang cukup cukup tinggi, hasil menunjukkan bahwasanya angka prevalensi anemia secara nasional pada semua kalangan usia yakni sebesar 21,70 %. Di Indonesia, prevalensi anemia menurut data Riskesdas pada tahun 2018 adalah sebesar 32%. Remaja putri memiliki kemungkinan sepuluh kali lebih tinggi untuk terkena anemia dibandingkan dengan remaja putra. Ini disebabkan oleh menstruasi bulanan yang dialami oleh remaja putri serta tahap pertumbuhan mereka, yang memerlukan asupan gizi yang lebih besar.
Remaja perempuan rentan terhadap anemia karena kebutuhan mereka akan zat besi tiga kali lipat lebih tinggi daripada remaja laki-laki. Ini disebabkan oleh kehilangan zat besi yang signifikan selama menstruasi, yang memicu kebutuhan akan asupan zat besi yang lebih tinggi. Gaya hidup remaja perempuan yang mengutamakan tubuh ideal atau keinginan untuk kurus seringkali mengakibatkan pembatasan dalam asupan makanan, baik dalam jumlah maupun jenis makanan. Mereka mungkin cenderung mengonsumsi makanan nabati yang kurang mengandung zat besi, sehingga tidak mencukupi kebutuhan gizi harian mereka.
Baca juga : Torehkan Garis Baru dalam Kesehatan: Mengungkap Kekuatan Mentimun sebagai Penangkal Hipertensi
Apakah kamu tahu Anemia itu apa ?. Yuk, simak penjelasannya sebagai berikut !
Anemia atau yang biasa dikenal juga dengan “kurang darah” adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki sel darah merah dalam jumlah yang cukup untuk mengantarkan oksigen ke berbagai jaringan yang terdapat di dalam tubuh. Sebagian besar kasus anemia disebabkan oleh kekurangan zat besi, yang dapat dikenali dari rendahnya tingkat hemoglobin dan penurunan kadar ferritin.
Anemia merupakan suatu kondisi dimana kadar hemoglobin di bawah dua standar deviasi rata-rata untuk usia dan jenis kelamin pasien. Zat besi adalah komponen penting yang menyusun molekul hemoglobin. Hemoglobin adalah suatu komponen utama dari sel darah merah berupa protein yang mengandung zat besi. Fungsi dari hemoglobin yakni sebagai transport oksigen dan karbondioksida dalam tubuh serta memberikan warna merah pada darah sebagai pigmen. Gejala klinis anemia dapat berupa lesu, lemah, pusing, mata berkunang-kunang, dan wajah pucat.
Untuk menanggulangi permasalahan yang terjadi terkait penyakit anemia ini perlu dilakukan terapi yang tepat bagi penderita anemia. Penggunaan obat konvensional bisa menjadi salah satu pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi anemia. Namun, beberapa obat-obatan konvensional dapat menyebabkan efek samping yang merugikan.
Sehingga diperlukan alternatif fitoterapi yang aman untuk digunakan. Fitoterapi adalah penggunaan tumbuhan atau bagian-bagiannya, seperti akar, batang, daun, bunga, atau buah, untuk tujuan pengobatan atau pemeliharaan kesehatan manusia. Ini melibatkan penggunaan herbal dalam bentuk ramuan, ekstrak, atau produk lainnya untuk merawat berbagai kondisi kesehatan.
Baca juga : Sumber Nutrisi pada Bayam (Amaranthus tricolor L.) dalam Upaya Pencegahan Stunting di Indonesia
Buah jambu biji (Psidium guajava) merupakan salah satu jenis buah yang cukup dipercaya oleh masyarakat untuk meningkatkan kadar haemoglobin. Masyarakat cukup mempercayai khasiat buah jambu biji merah untuk kesehatan, selain lebih mudah untuk didapatkan buah jambu biji ini juga lebih terjangkau serta kaya akan komposisi kandungan gizi yang terkandung di dalamnya. Buah jambu biji cukup memiliki potensial jika dijadikan suatu produk makanan tambahan. Sekarang ini di Indonesia telah tersedia produk makanan tambahan dari buah jambu biji merah dalam bentuk sediaan jus, jelly, dan serbuk instan.
Kandungan senyawa fitokimia yang terdapat dalam buah jambu biji (Psidium guajava) seperti polifenol, minyak atsiri yang memberi jambu biji aroma yang berbeda, saponin yang dikombinasikan dengan oleanolates, quercetin flavonoid, lycopene, tanin, asam ursolat, asam psidiolic, asam cratogolic, asam oleanolic, dan asam guajaverin semuanya ditemukan dalam jambu biji selain nilai gizinya. Kandungan gizi pada jambu biji merah ini dapat menjaga sistem kekebalan tubuh, dan mencegah anemia.
Kandungan mineral dalam jambu biji merah dapat mendukung produksi hemoglobin dalam sel darah merah, dan buah ini kaya akan vitamin C, terutama saat sudah matang. Kandungan vitamin C dalam jambu biji merah dapat mencapai 0,429 mg/gram atau 42,9 mg/100 gram (Rusdi et al., 2018). Vitamin C membantu meningkatkan penyerapan zat besi hingga 30%, yang sangat penting dalam pembentukan hemoglobin. Selain itu, vitamin C berperan dalam memindahkan zat besi dari transferin dalam plasma ke ferritin di hati, dimana sebagian besar zat besi disimpan, dan transferin membawa zat besi ke sumsum tulang serta bagian tubuh lainnya. Hemoglobin dibuat di sumsum tulang menggunakan zat besi.
Selain itu, buah-buahan yang kaya akan zat besi, vitamin B6, vitamin B12, asam folat, dan vitamin C telah diketahui dapat meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah. Kandungan vitamin C (asam askorbat) yang ada dalam buah jambu biji merah dapat ditemukan tiga hingga enam kali lipat lebih banyak per 100 gram jika dibandingkan dengan buah jeruk.. Kandungan asam folat dalam jambu biji merah berperan dalam meningkatkan produksi sel darah merah, serta melindungi dari anemia dan meningkatkan kesehatan sistem saraf, terutama otak.
Berdasarkan tinjauan terhadap sejumlah artikel ilmiah yang banyak dilakukan, ditemukan bahwa buah jambu biji merah memiliki beragam potensi dan manfaat, salah satunya adalah kemampuannya dalam meningkatkan kadar hemoglobin. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Achmad Syaiful Hadi (2023) tentang potensi buah jambu biji merah (Psidium guajava L.) dalam meningkatkan kadar hemoglobin.
Dari hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa rata-rata dari kadar hemoglobin sebelum pemberian jus buah jambu biji merah dan sesudah diberkan jus buah jambu biji merah berbeda, dimana kadar hemoglobin lebih tinggi setelah pemberian jus jambu biji merah yang berarti bahwa buah jambu biji merah memiliki potensi dalam meningkatkan kadar hemoglobin. Hal ini terjadi karena di dalam buah jambu biji merah mengandung senyawa yang dapat meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Jambu biji merah (Psidium guajava L.) mempunyai komposisi kandungan gizi yang lebih komplit dengan kandungan vitamin C lebih tinggi, dimana kandungan gizi pada buah jambu biji merah ini memiliki khasiat bagi kesehatan tubuh, salah satunya yaitu bagi penderita anemia. Kandungan gizi yang ada di dalam buah tersebut memiliki potensi dalam meningkatkan kadar hemoglobin yang telah dibuktikan oleh beberapa peneliti baik pada ibu hamil dananak remaja.
Wiwi Mulya Jefani
Mahasiswa S1 Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Padang
Editor: Anita Said
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News