Latar Belakang
Air adalah sumber kehidupan yang sangat vital bagi semua makhluk hidup. Sungai, sebagai aliran utama air, memiliki peran penting dalam menyediakan kebutuhan tersebut. Namun, sungai-sungai di Indonesia kini menghadapi ancaman besar berupa pencemaran yang semakin mengkhawatirkan.
Sungai bukan hanya aliran air semata, tetapi juga pusat aktivitas sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat. Sayangnya, sungai-sungai yang dahulu jernih kini berubah menjadi saluran limbah. Limbah rumah tangga, industri, hingga pertanian dibiarkan mengalir tanpa pengolahan, meracuni air dan mematikan kehidupan di dalamnya.
Kondisi ini menjadi bukti nyata bahwa Indonesia sedang menghadapi krisis pencemaran sungai yang kian mengkhawatirkan.
Dari sekitar 70.000 sungai yang ada di berbagai penjuru negeri, banyak di antaranya telah mengalami penurunan kualitas air yang signifikan akibat ulah manusia yang kurang bertanggung jawab terhadap lingkungan.
Kekhawatiran ini semakin diperkuat oleh data. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa sekitar 46% sungai di Indonesia telah mengalami pencemaran berat.
Sementara itu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melaporkan bahwa 96% sungai yang dipantau tidak memenuhi baku mutu air, dan hanya 2,19% yang masih memenuhi standar kualitas air yang ditetapkan. Angka-angka ini mencerminkan betapa gentingnya kondisi sungai di Indonesia saat ini.
Dari Mana Sumber Pencemaran itu Berasal?
Pencemaran sungai di Indonesia berasal dari berbagai sumber yang sebagian besar merupakan akibat aktivitas manusia.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2021, sebanyak 10.683 desa/ kelurahan mengalami pencemaran air, dengan mayoritas disebabkan oleh limbah domestik. Sebanyak 6.160 desa/ kelurahan terdampak limbah rumah tangga, sementara 4.496 desa/ kelurahan dipengaruhi oleh limbah industri .
Limbah domestik mencakup sampah rumah tangga, limbah cair dari kegiatan sehari-hari, serta pembuangan tinja yang tidak melalui proses pengolahan yang memadai.
Sistem sanitasi yang buruk dan rendahnya kesadaran masyarakat turut memperburuk kondisi ini. Selain itu, limbah industri yang dibuang langsung ke sungai tanpa pengolahan juga menjadi penyebab utama pencemaran.
Selain limbah domestik dan industri, faktor lain yang turut menyumbang pencemaran sungai adalah limbah dari sektor pertanian, peternakan, dan perikanan.
Penggunaan pestisida dan pupuk kimia secara berlebihan, serta pembuangan limbah ternak dan hasil perikanan ke sungai, memperburuk kualitas air dan mengancam ekosistem perairan.
Apa Efek Buruk yang Ditimbulkan?
Pencemaran sungai membawa berbagai efek buruk yang dapat memengaruhi kehidupan manusia, ekosistem, dan lingkungan secara keseluruhan. Berikut beberapa efek buruk yang ditimbulkan:
- Ancaman terhadap Kesehatan Manusia: Pencemaran sungai, terutama yang disebabkan oleh limbah domestik, industri, dan pertanian, dapat mencemari sumber air minum. Air yang tercemar dapat mengandung patogen berbahaya, logam berat, dan bahan kimia, yang dapat menyebabkan penyakit seperti diare, kolera, keracunan, dan gangguan kesehatan lainnya.
- Kehilangan Keanekaragaman Hayati: Sungai yang tercemar mengancam kehidupan berbagai spesies yang bergantung pada ekosistem perairan. Pencemaran air dapat merusak habitat ikan, tumbuhan air, dan mikroorganisme, serta mengurangi populasi spesies tersebut, yang akhirnya mengganggu keseimbangan ekosistem.
- Kerusakan Ekosistem Perairan: Pencemaran sungai menyebabkan penurunan kualitas air, yang memengaruhi proses alami seperti oksigenasi dan penyaringan air. Hal ini dapat menyebabkan kematian massal organisme perairan, mengurangi produktivitas perikanan, dan merusak rantai makanan di ekosistem sungai.
- Gangguan pada Aktivitas Ekonomi: Banyak masyarakat yang menggantungkan hidup mereka pada sumber daya sungai, baik untuk pertanian, perikanan, maupun pariwisata. Pencemaran dapat mengurangi kualitas hasil pertanian yang menggunakan air sungai, merusak sektor perikanan, dan menurunkan daya tarik wisata di sekitar sungai.
- Krisis Sumber Daya Air Bersih: Sungai yang tercemar mengurangi ketersediaan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, pertanian, dan industri. Hal ini memperburuk masalah krisis air yang sudah dihadapi banyak daerah di Indonesia, yang mengarah pada kelangkaan air bersih.
- Perubahan Iklim Lokal: Pencemaran sungai juga dapat berkontribusi pada perubahan iklim lokal dengan memperburuk kualitas udara dan tanah di sekitar daerah sungai yang tercemar. Penggunaan bahan kimia dan pestisida yang berlebihan dapat merusak tanah dan menyebabkan erosi.
Langkah Apa yang Dapat Diambil untuk Mengatasi Pencemaran Sungai?
Mengatasi pencemaran sungai memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Beberapa langkah yang dapat diambil untuk memperbaiki kondisi ini, di antaranya:
1. Peningkatan Pengelolaan Limbah
Salah satu langkah utama adalah memastikan pengelolaan limbah yang lebih baik, terutama limbah domestik dan industri. Penerapan sistem pengelolaan limbah yang tepat, seperti fasilitas pengolahan air limbah (IPAL), sangat penting untuk mencegah limbah langsung dibuang ke sungai.
Beberapa praktik baik yang sudah diterapkan, seperti di Kota Surabaya, di mana telah ada sistem pemantauan dan pengolahan limbah domestik dengan melibatkan partisipasi masyarakat, telah menunjukkan hasil positif dalam mengurangi pencemaran.
2. Reboisasi dan Pemulihan Ekosistem
Mengembalikan vegetasi sekitar sungai melalui program reboisasi atau penghijauan dapat mencegah erosi tanah yang membawa bahan pencemar ke sungai.
Di beberapa daerah, seperti di Kali Ciliwung Jakarta, program penghijauan di sepanjang bantaran sungai telah dilaksanakan untuk memperbaiki kualitas air dan mengurangi sedimentasi yang menghambat aliran sungai.
3. Edukasi dan Kesadaran Masyarakat
Salah satu langkah efektif adalah meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan sungai. Program edukasi yang melibatkan sekolah, komunitas, dan organisasi lingkungan dapat mengubah perilaku masyarakat dalam membuang sampah dan menggunakan air secara bijak.
Di Bandung, misalnya, gerakan “Sampah ke Tempatnya” telah sukses mengurangi sampah plastik yang dibuang ke sungai berkat sosialisasi yang intensif.
4. Pengawasan dan Penegakan Hukum yang Tegas
Pengawasan yang lebih ketat terhadap pembuangan limbah industri dan domestik ke sungai perlu dilakukan. Penegakan hukum yang lebih tegas terhadap perusahaan atau individu yang melanggar aturan mengenai pengelolaan limbah dapat memberikan efek jera.
Di Jakarta, misalnya, penerapan sanksi yang lebih berat terhadap pelanggar telah mengurangi angka pencemaran sungai secara signifikan.
5. Pemanfaatan Teknologi untuk Pemantauan Kualitas Air
Penggunaan teknologi seperti sensor kualitas air dan pemantauan secara digital dapat membantu mendeteksi pencemaran lebih cepat dan lebih efisien.
Kota-kota seperti Semarang telah memanfaatkan teknologi untuk memonitor kualitas air sungai secara real-time, sehingga tindakan pencegahan dapat segera dilakukan jika terjadi pencemaran.
6. Kolaborasi antar Sektor
Kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta sangat diperlukan untuk mengatasi pencemaran sungai secara komprehensif.
Program kolaboratif seperti pengelolaan sumber daya air terpadu yang melibatkan berbagai pihak telah berhasil di beberapa wilayah, termasuk dalam pengelolaan Sungai Brantas di Jawa Timur, yang melibatkan pemerintah daerah, masyarakat lokal, dan sektor industri.
Baca Juga: Penurunan Kualitas Air Sungai Akibat Tindakan Manusia Membuang Sampah Anorganik ke Sungai
Penutup
Sebagai penulis, kami merasa sangat prihatin melihat kondisi sungai-sungai di Indonesia yang semakin tercemar. Pencemaran ini bukan hanya masalah lingkungan, tetapi juga ancaman bagi kesehatan dan keberlanjutan kehidupan kita.
Sudah saatnya pemerintah bertindak lebih tegas, dengan memastikan regulasi tidak hanya menjadi wacana kosong, tetapi diterapkan dengan serius dan diawasi secara ketat. Program-program yang ada harus lebih dari sekadar pencitraan, mereka harus memberikan dampak nyata bagi lingkungan dan masyarakat.
Namun, tanggung jawab ini juga tidak bisa lepas dari masyarakat. Kami semua memiliki peran dalam menjaga kebersihan sungai.
Kebiasaan membuang sampah sembarangan dan penggunaan bahan kimia secara sembarangan semakin memperburuk keadaan. Oleh karena itu, penting bagi kami semua untuk mulai berubah, dengan lebih peduli terhadap lingkungan sekitar dan berperan aktif dalam menjaga kebersihan sungai.
Jika kami tidak segera bertindak, sungai-sungai kita akan terus tercemar dan generasi mendatang akan mewarisi lingkungan yang rusak. Semua pihak harus bersatu dan berkomitmen untuk menyelamatkan sungai-sungai Indonesia, demi masa depan yang lebih baik dan lingkungan yang lebih sehat.
Penulis:
1. Nataliawati Bernaded
2. Nur Fadilah
3. Kurnia Utami
4. Nur Aulia Pika Hamrani
5. Nur Hafizah Natsir
Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Makassar
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News