Pro dan Kontra Film Vina Sebelum 7 Hari terkait Empati Penonton terhadap Topik Sexual Harassement

Sexual Harassement
Vina Sebelum 7 Hari.

Dunia perfilman Indonesia sedang banyak memikat para penikmat film dengan genre horornya, dapat kita hitung sebanyak apa film bergenre horor yang dibuat oleh industri perfilman tanah air. Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah menayangkan banyak film horor yang terus diminati oleh penonton.

Salah satu film yang sedang banyak diperbincangkan saat ini adalah Vina Sebelum 7 Hari. Dan artikel ini akan membahas mengenai pro dan kontra tentang film tersebut berdasarkan sumber yang ada.

Pada podcast Curhat Bang Denny Sumargo: Kasus Vina Cirebon Keluarga Ungkap Cerita yang Sebenarnya!! 8 Tahun Berlalu Pelaku Masih Ada yang Bebas, alasan kakak korban ungkapkan pada podcast tersebut mengenai persetujuan mereka terhadap penayangan film adalah dengan bertujuan agar kasus segera dibuka dan pelaku yang belum tertangkap segera ditemukan dan dihukum.

Bacaan Lainnya
DONASI

Keluarga korban bercerita bahwa pada beberapa jam sebelum kematian korban, korban izin pamit keluar kepada kakaknya untuk bermain bersama sang kekasih.

Pada jam 1 malam, keluarga korban ditemui oleh seorang pria yang ternyata pria tersebut adalah pelaku, pelaku tersebut menyampaikan berita bahwa korban mengalami insiden kecelakaan bersama kekasihnya. Dan semua kejadian selanjutnya diceritakan oleh keluarga korban pada podcast bersama Denny Sumargo tersebut.

Namun, apa yang keluarga korban ungkapkan memiliki perbedaan yang signifikan pada film, serta adegan disturbing yang ditayangkan membuat banyak opini publik bermunculan terkait ditayangkannya film ini, baik opini positif maupun negatif.

Opini-Opini yang Diutarakan oleh Netizen Indonesia

Opini-opini positif yang banyak ditemui pada media sosial X seperti, “Ini film bagus yang mengangkat kisah nyata dan kasus pembunuhan”, komentar lain yang dapat ditemukan, “Keluarga mau otak pelakunya ditangkap, makanya keluarga merestui filmnya karena sudah sangat tidak manusiawi, pelakunya wajib dihukum mati”, adapun komentar lain, “Seenggaknya karena film ini kasusnya bisa ke-up lagi, daripada ngomentarin ‘film sampah’ tapi ga ada tindakan apa-apa”, dan juga, “Bro, ga bisa bedain film industri sama film independen? Eagle award documentary cuma sekelebat dan ga dianggap, udah bersyukur ada produser dan sutradara yang naikkin ini dan jadi film industri, dibuat adegan intinya juga biar orang yang nyepelein kasus ini paham kalau betapa sadisnya kelakuan geng motor itu, kalo cuma wawancara gak akan kebayang betapa parahnya di posisi korban, orang-orang yang nonton juga kebanyakan nangis.”

Lalu, opini-opini negatif yang dapat ditemui pada media sosial X seperti, “Udah ga kaget di negara ini kesedihan orang lain emang yang paling laku, kalo dibuat film gini ngebuat oknum-oknum licik ngambil keuntungan lebih”, komentar lain yang dapat ditemukan seperti, “Kalo tujuannya mau edukasi atau ngasih awareness ya kasih crime documentary, kan bakal ada wawancara dan segala macem, kalo dibuat film yang menampilkan reka ulang adegan pemerkosaan malah buat yang nonton ikutan rusak juga otaknya, yang nonton juga bisa aja menikmati adegannya di mana bisa menimbulkan bibit-bibit pelaku pemerkosaan”, adapun komentar lain, “Fyi, di situs porno aja keywoard ‘rape’ bakal no result, ini dengan entengnya lolos sensor?” dan juga, “Ga tega aku nontonin film ini yang jelas banget adegan sexual harassmentnya, karena aku dan adikku juga korban dari tindakan keji itu”.

Baca Juga: Vina: Sebelum 7 Hari – Penayangan Kontraversional Membelah Opini Publik

Empati Menurut Pandangan Psikologi dan Sosiologi

Empati atau timbang rasa adalah kemampuan untuk memahami atau merasakan apa yang dialami orang lain dari sudut pandang mereka, yakni daya untuk menempatkan diri sendiri pada posisi orang lain.

Rasa empati pada diri manusia memiliki artian yang berbeda sesuai pandangan dalam bidang apa. Seperti, empati dalam psikologi sosial dipandang sebagai kemampuan untuk memahami dan merasakan perasaan orang lain dari perspektif mereka sendiri.

Lalu, empati dalam psikologi perkembangan dipandang bagaimana kemampuan empati berkembang seiring berkembangnya usia dan pengalaman individu.

Dan, empati dalam sosiologi dipandang sebagai kemampuan untuk memahami dan meerasakan pengalaman, perasaan dan perspektif orang lain dalam konteks interaksi sosial dan hubungan antar individu dan masyarakat.

Dari segi psikologi, menonton film  pelecehan seksual dapat memberikan berbagai dampak terhadap kemampuan empati seseorang.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa paparan terhadap konten  sensitif tersebut dapat meningkatkan tingkat empati, sementara penelitian lain menunjukkan bahwa paparan berulang terhadap konten tersebut dapat menyebabkan penurunan kepekaan terhadap emosi dan perasaan orang lain.

Oleh karena itu, dampaknya dapat bervariasi tergantung pada faktor-faktor seperti konten film, pengalaman masa lalu individu, dan latar belakang sosial.

Dari sudut pandang sosiologi, menonton film tentang pelecehan seksual juga dapat mempengaruhi persepsi dan pemahaman individu terhadap permasalahan dalam konteks sosial.

Film-film semacam ini dapat memulai diskusi mengenai isu-isu sosial  terkait  pelecehan seksual, meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai dampaknya, dan mendorong perubahan sosial melalui kesadaran dan advokasi.

Namun, tergantung pada bagaimana topik tersebut digambarkan dalam film dan bagaimana konteks sosialnya ditafsirkan, paparan berulang terhadap konten tersebut dapat mempengaruhi norma-norma sosial dan perilaku individu dalam masyarakat.

Baca Juga: Review Film Munkar (2024): Film Horor yang Menceritakan Urban Legend Pesantren (Herlina) di Jawa Timur

Kesimpulan

Jika dengan tujuan ingin diangkat kembalinya kasus tersebut, ada baiknya kalau dilakukan crime documentary daripada ditayangkan di film industri, karena sudah ada film dokumenter yang berasal dari Indonesia itu seperti Ice Cold: Murder, Coffe and Jessica Wongso ini adalah contoh kasus kriminal yang dibuat menjadi film dokumenter.

Rilisnya film dokumenter ini tidak kalah menyita perhatian publik dan sempat menjadi trending topik di berbagai media tanah air.

Kalaupun keluarga setuju dengan dirilisnya film pada bidang industri, ada baiknya adegan disturbing seperti sexual harassment itu tidak untuk ditayangkan. Meskipun dengan tujuan agar penonton merasakan sakitnya korban, hal itu justru membuat penayangan film ini menjadi kurang etis.

Terlebih masih banyak masyarakat yang butuh edukasi mengenai sexual harassment agar apa yang dilihat tidak mudah mempengaruhi.

Jika memang rumit untuk diangkat menjadi film dokumenter, bisa saja film bertema kekerasan seksual ini ‘dieksplorasi’ tanpa harus ‘mengeksploitasi.

Menonton film yang mengeksploitasi korban kekerasan seksual demi mencari keuntungan bukanlah cara untuk mengembangkan empati. Seharusnya pihak produser dan sutradara dapat mengemas film tersebut tanpa menambahkan adegan disturbing.

Penulis: Sadhana Farradevi
Mahasiswa Psikologi Islam, Institut Agama Islam Negeri Syeikh Abdurrahman Siddiq Bangka Belitung (IAIN SAS Babel)

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

7 Komentar

  1. Kalau dari yang saya baca, sebaiknya pelaku pemerkosaan kepada saudari vina di kebiri atau tidak dihukum mati saja karena meresahkan masyarakat atas kelakuan mereka

  2. saya sendiri juga berpendapat sama, dan saya setuju jg yg di bagian “Jika memang rumit untuk diangkat menjadi film dokumenter, bisa saja film bertema kekerasan seksual ini ‘dieksplorasi’ tanpa harus ‘mengeksploitasi”

  3. Ya menurut saya juga sepantasnya untuk menghormati korban dan keluarganya jika memang mau mengisahkan bagaimana kekejaman yg terjadi pada korban cukup dengan penggambaran bagaimana sakitnya korban tanpa perlu menunjukkan adegan yg malah tidak pantas untuk diperlihatkan. Saya harap dunia perfilman indonesia semakin mengedepankan bagaimana penayangan yg baik agar dapat ditonton dengan nyaman serta agar penonton mendapat edukasi dari film yg ditayangkan.

  4. Artikel yang di usung bagus menurut saya,karena di beritahukan dari segi psikologi dan sosiologi agar the bestt lah 8/10 dari saya

  5. Benar sekali kak habis nonton itu saya juga kepikiran tentang yang pemerkosaan harusnya itu dihilangkan saja soalnya kasihan

Komentar ditutup.