STE(A)M – Think Globally, Act Locally: Plant-Based Food dari Pangan Lokal

Pangan
STE(A)M – Think Globally, Act Locally.

Dalam 5-10 tahun ke depan, pemenuhan kebutuhan pangan global akan menghadapi tantangan besar akibat peningkatan jumlah penduduk yang pesat. WFE (2023) memperkirakan bahwa pada tahun 2030, populasi dunia akan mencapai 8,5 miliar orang.

Pada saat itu, PBB bertujuan untuk mengakhiri kelaparan global, mencapai ketahanan pangan, dan meningkatkan gizi sambil memastikan bahwa praktik pertanian tetap berkelanjutan.

Peningkatan jumlah yang pesat, berpotensi menimbulkan masalah dalam penyediaan pangan yang cukup, bergizi, dan berkelanjutan.

Sousa et al. (2024) menyatakan pertumbuhan populasi dan urbanisasi membutuhkan perubahan adil dalam sistem pangan, termasuk produksi, distribusi, penyimpanan, dan konsumsi.

Bacaan Lainnya

Perubahan ini harus mengurangi dampak lingkungan dengan efisien menggunakan sumber daya alam dan mengurangi pemborosan makanan serta polusi yang merusak ekosistem dan memperburuk perubahan iklim.

Pendekatan STE(A)M (Science, Technology, Engineering, Arts, and Mathematics) dapat berperan penting dalam mengatasi masalah tersebut. Dengan mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu, STE(A)M memungkinkan terciptanya solusi inovatif untuk pengembangan pangan.

Sebagai calon ahli ilmu pangan, prinsip “Think Globally, Act Locally” dapat menjadi landasan untuk memberikan solusi terhadap tantangan ketahanan pangan dunia. Melalui pemanfaatan sumber daya lokal, ahli ilmu pangan dapat menciptakan inovasi yang sesuai dengan budaya, ekonomi, dan ekologi setempat.

Ahli ilmu pangan juga dapat menjembatani sumber daya lokal dengan solusi global, menciptakan sistem pangan yang lebih inklusif, inovatif, dan berkelanjutan. Sehingga, kontribusi lokal dapat memberikan dampak besar bagi pangan dunia.

Baca Juga: Upaya Pemenuhan Kebutuhan Pangan Masyarakat Indonesia Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Pangan Lokal

Langkah untuk mencapai hal tersebut dimulai dari mengeksplorasi dan mengembangkan potensi sumber daya lokal yang sering terabaikan. Salah satu by product yang tidak bernilai di daerah lain namun di Kalimantan, khususnya Kalimantan Selatan yang sangat digemari adalah kulit cempedak.

Meskipun sering terabaikan, kulit cempedak memiliki kandungan gizi yang potensial dan dapat dijadikan bahan baku dalam pengembangan produk pangan berbasis tumbuhan (plant-based food).

Dengan pemanfaatan ini, tidak hanya mengurangi limbah, tetapi juga menciptakan peluang baru untuk produk pangan lokal yang dapat mendukung keberlanjutan dan ketahanan pangan.

Mengembangkan Kulit Cempedak sebagai Alternatif Pangan Berkelanjutan

Kulit cempedak yang sering kali dianggap limbah, ternyata memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai alternatif pangan berkelanjutan. Kulit cempedak mengandung senyawa antimikroba, termasuk saponin, tanin, flavonoid, dan alkaloid (Saputri et al. 2019). Selain itu, mandai juga dapat berfungsi sebagai makanan probiotik (Rahmadi et al. 2018).

Di Kalimantan Selatan, kulit cempedak umumnya diolah secara tradisional menjadi “mandai”, yaitu produk fermentasi khas yang memiliki cita rasa dan tekstur unik. Mandai merupakan sebagai upaya untuk melestarikan makanan agar tetap tersedia dalam waktu lama, bisa dinikmati kapan saja, dan menjadi sumber pangan yang berkelanjutan bagi suku Banjar (Gojali et al. 2024).

Baca Juga: Pemanfaatan Umbi Gembili (Dioscorea esculenta L.) sebagai Substitusi Bahan Pangan dan Pangan Lokal Fungsional

Tradisi ini menunjukkan bahwa bahan pangan lokal yang terabaikan dapat dimanfaatkan untuk menciptakan solusi inovatif yang mendukung kebutuhan pangan global berbasis tumbuhan (plant-based food).

Sebagai bahan pangan khas, mandai menjadi contoh bahan lokal yang terabaikan dapat dikembangkan menjadi solusi kreatif untuk memenuhi kebutuhan pangan berbasis tumbuhan. Penggunaan kulit dalam cempedak dalam produksi pangan fungsional dapat mengurangi sebagian limbah pertanian (Rahmadi et al. 2018).

Mandai memiliki tekstur dan rasa yang unik, yang memungkinkan untuk diolah menjadi berbagai produk makanan. Dengan pendekatan STE(A)M, pengolahan mandai dapat ditingkatkan melalui pengembangan teknologi fermentasi dan inovasi produk olahan modern.

Beberapa contoh inovasi meliputi snack berbasis mandai, yaitu camilan ringan dengan kandungan gizi tinggi, pengganti daging nabati berbasis mandai karena teksturnya mirip daging untuk mendukung gaya hidup vegan atau vegetarian, serta produk olahan modern seperti sambal atau bahan pelengkap masakan yang memanfaatkan cita rasa khas mandai.

Namun, makanan fermentasi suku Banjar ini belum dikenal dengan baik di tingkat internasional dan masih terabaikan oleh para akademisi Banjar (Gojali et al. 2024). Keterbatasan pengolahan mandai secara tradisional saat ini adalah ketidakstabilan kualitas dan ketersediaannya.

Sehingga, melalui penelitian yang mengkombinasikan teknologi fermentasi, pengemasan dan penyimpanan yang modern, mandai dapat dikembangkan menjadi produk pangan berbasis tumbuhan yang bergizi, lezat, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.

Baca Juga: DKP Tangerang Dorong Pelajar Buat Makanan Bergizi dari Pangan Lokal

Hal ini menjadi langkah nyata sebagai ilmuan pangan untuk berkontribusi dalam menciptakan sistem pangan masa depan yang lebih inklusif dan berfokus pada keberlanjutan.

Pengembangan produk berbasis kulit cempedak tidak hanya mendukung keberlanjutan lingkungan melalui pengurangan limbah organik, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal.

Dengan membangun rantai pasok yang melibatkan petani, pengusaha kecil, dan UMKM, mandai dapat menjadi produk unggulan yang mampu bersaing di pasar nasional maupun internasional.

Proses ini juga mendorong penciptaan lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan masyarakat, serta memperkenalkan bahan pangan tradisional ke pasar global, menjadikannya solusi yang inklusif, inovatif, dan berkelanjutan.

Strategi “Think Globally, Act Locally

Dalam konteks ketahanan pangan global, strategi “Think Globally, Act Locally” menjadi landasan untuk memanfaatkan potensi lokal dalam menjawab tantangan global. Pemanfaatan kulit cempedak tidak hanya relevan secara lokal, tetapi juga memberikan kontribusi signifikan dalam mendukung sistem pangan berkelanjutan di tingkat global.

Sebagai calon ilmuwan pangan, pendekatan STE(A)M menjadi kunci untuk mengintegrasikan penelitian, teknologi, dan seni dalam menciptakan produk inovatif.

Dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan, saya berencana untuk fokus pada pengembangan metode yang dapat meningkatkan efisiensi produksi mandai serta memperluas diversifikasi produknya.

Dengan menerapkan analisis data, teknologi pangan, dan strategi desain produk, saya berharap dapat menciptakan solusi pangan yang tidak hanya inovatif tetapi juga dapat diterima oleh pasar modern.

Baca Juga: Pangan Lokal seperti Umbi-umbian Dapat Menjadi Solusi untuk Mencapai Ketahanan Pangan Nasional

Menuju Masa Depan Pangan yang Berkelanjutan

Dengan komitmen pada keberlanjutan dan inovasi, pengembangan produk berbasis kulit cempedak diharapkan mampu menjawab tantangan ketahanan pangan global, meningkatkan kualitas hidup masyarakat lokal, serta mendukung transformasi sistem pangan yang lebih inklusif dan ramah lingkungan.

Inisiatif ini juga menjadi langkah nyata dalam membangun masa depan pangan yang berakar pada kekayaan lokal, namun berdampak global.

Penulis: Suci Latifah Noor Fahmi
Mahasiswa Ilmu Pangan Institut Pertanian Bogor

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Daftar Pustaka

[WFE] World Economic Forum. 2023. Global food security challenges and sustainable solutions. https://www.weforum.org/agenda/2023/02/global-food-security-challenges/

Gozali G. Setyawati R. Duari, IPHH. Zulkarnain Z. Nooryastuti NA. Yudistira S.  Purwaningrum H. 2024. Exploring “Mandai”: gastronomy of Banjar ethnic in Kalimantan, Indonesia. Journal of Ethnic Foods11(1), 40.

Rahmadi A. Sabarina Y.  Agustin S. 2018. Different drying temperatures modulate chemical and antioxidant properties of mandai cempedak (Artocarpus integer). F1000Research7, 1706. https://doi.org/10.12688/f1000research.16617.

Saputri, R. Hakim AR. Syahrina, D.  Lisyanti F. 2019. Potensi Antimikroba Ekstrak Etanol Kulit Luar Buah Cempedak (Artocarpus integer (Thunb.) Merr.). Jurnal Surya Medika.

Sousa RD. Bragança L. da Silva MV. Oliveira RS. 2024. Challenges and Solutions for Sustainable Food Systems: The Potential of Home Hydroponics. Sustainability. 16(2):817. https://doi.org/10.3390/su16020817

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses