Suka Duka Guru, Orang Tua, dan Siswa Saat Belajar di Rumah: SDN Tegalsari II

Siswa SDN Tegalsari II

Pandemi COVID-19 masih belum menunjukkan tanda-tanda menghilang. Kendati, berbagai upaya telah dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran virus tersebut. Penerapan perilaku 3M (memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak) menjadi upaya utama untuk menekan angka pasien positif COVID-19. Dengan adanya imbauan jaga jarak atau physical distancing maupun karantina mandiri, membuat banyak orang harus bekerja dan belajar di rumah. Kondisi tersebut yang mengubah banyak perilaku masyarakat, terutama di sektor pendidikan.

Kegiatan belajar mengajar yang sebelumnya dilakukan secara tatap muka, kini harus dilaksanakan secara daring. Hal ini bertujuan untuk memutuskan mata rantai penyebaran virus yang belum ada penangkalnya. Pembelajaran daring memerlukan sarana internet yang memadai dan stabil, sehingga kemudian guru berlomba-lomba mencari info terkait media yang bisa digunakan untuk melaksanakan pembelajaran daring. Banyak memang media yang bisa digunakan untuk melaksanakan pembelajaran daring, seperti menggunakan WhatsApp, Zoom Meeting dan masih banyak yang lainnya. Semuanya bertujuan agar pembelajaran yang sebelumnya melalui tatap muka bisa dilaksanakan secara daring sehingga siswa tetap mendapatkan pembelajaran.

Baca Juga: Bentuk Optimalisasi SDN Tegalsari II dalam Pembelajaran Daring di Masa Pandemi

Bacaan Lainnya
DONASI

Sebagai guru kelas 5 SDN TEGALSARI II, saya juga berupaya untuk melaksanakan pembelajaran daring untuk siswa sesuai dengan RPP dengan materi Organ Gerak Hewan Dan Manusia. Materi akan diberikan oleh guru kepada peserta didik melalui grup WhatsApp. Dengan latar belakang siswa dalam hal ketersediaan sarana dan prasarana untuk mengikuti pembelajaran daring, membuat saya tidak bisa memaksa siswa untuk mengikuti pembelajaran daring atau bisa juga ikut bersamaan dengan teman yang mempunyai sarana dan prasarana yang ada. Diawali pelaksanaan pembelajaran daring, saya menggunakan fasilitas yang dimiliki siswa yaitu menggunakan aplikasi WhatsApp.

Namun seiring berjalannya waktu sebagian besar peserta didik mampu mengikuti pembelajaran seni budaya secara daring melalui WhatsApp. Sedikit sekali peserta didik yang tidak mampu mengikuti pembelajaran daring secara serempak yang di berikan oleh guru mata pelajaran, sebagian besar peserta didik antusias mengikutinya karena mendapatkan pengalaman baru. Peserta didik mengatakan pembelajaran secara daring bisa menambah ilmu atau kompetensi bagi mereka terutama dalam hal teknologi informasi.

Seperti halnya yang dialami Ibu Rosy, salah seorang guru SDN TEGALSARI II, Majalengka. Ditemui saat menjalani piket di sekolah, guru yang mengampu pembelajaran kelas 5 tersebut menceritakan suka duka mengajar selama masa pandemi COVID-19.

Baca Juga: Penguatan Pembelajaran Daring dalam Program KKN – Tematik UPI 2021

Pandangan Guru

Dari sisi guru, khususnya mereka yang mendekati masa pensiun, pelajaran dengan mekanisme online sangat sulit. Karena, kebanyakan mereka tidak paham dengan ilmu teknologi informasi (IT).

“Bila tak paham IT, maka jadi kendalanya di situ. Bayangkan secara keseluruhan program pendidikan lewat online, baik memberikan tugas atau paparan pendidikan ke anak-anak, itu yang membuat guru muda maupun tua merasa kesusahan dengan proses online. Apalagi setiap tugas harus dipersiapkan setiap harinya,” kata Ibu Rosy salah satu guru pengajar kelas 5 SDN TEGALSARI II.

Permasalahan guru terkait dengan pembelajaran daring yaitu metode dan media. Metode merupakan salah satu cara atau teknik dalam usaha guru mencapai tujuan pembelajaran dan media merupakan alat untuk membantu guru dalam menyampaikan pesan atau materi pembelajaran. Guru di wajibkan untuk melek dengan adanya teknologi.

Guru harus mencari metode dan media baru untuk mengajar tanpa ada persiapan yang matang, Metode yang guru gunakan tentunya memiliki hambatan dalam menerapkannya. Hambatan tersebut diantaranya yaitu guru masih kesulitan dalam menyesuaikan metode pembelajaran yang cocok dengan karakteristik peserta didik. Begitu pun cocok dengan fasilitas yang dimiliki peserta didik, karena tidak semua peserta didik memiliki fasilitas dalam menunjang kegiatan belajar. (Handayani, 2016). Sedangkan dalam media, guru harus membuat media yang menarik dan membangkitkan semangat siswa dalam belajar.

Baca Juga: Kendala Pelajar di Daerah Terpencil selama Pembelajaran Daring

Pandangan Siswa

Sementara salah satu siswa kelas 5 di SDN TEGALSARI II, Maja, Majalengka Provinsi Jawa Barat, Seva menjelaskan, selama pembelajaran online banyak kendala dihadapi, baik dari sisi kuota paket internet, dan smart phone. Apalagi bila menggunakan aplikasi Zoom, setidaknya harus menggunakan akses WiFi sendiri di rumah.

“Terus ga bisa tatap muka langsung sama guru mata pelajaran, jadi tidak maksimal. Selama online juga banyakan pemberian materi atau tugasnya,” keluh Seva.

Paling tidak, lanjut Seva, enaknya belajar di rumah bisa lebih fokus ke materi dan bisa sering interaksi dengan orang tua. Sehingga hubungan orang tua dengan anak bisa menjadi lebih dekat.

Pandangan Orang Tua

Dilain sisi terdapat beberapa orang tua yang merasa keberatan dengan adanya sistem daring. Adanya pengeluaran tambahan untuk membeli kuota membuat orang tua menjerit. Tidak sedikit kuota yang dihabiskan dalam pembelajaran daring ini, meskipun pemerintah telah memberikan bantuan kuota internet. Masalah lain yang harus di hadapi orang tua yaitu waktu untuk mendampingi anak untuk belajar. Kedua orang tua yang bekerja mencari nafkah terkadang merasa sedikit kebingungan membagi waktu karena harus bekerja dan membantu anak dalam belajar. Tidak hanya orang tua yang mengalami permasalahan dengan sistem daring, akan tetapi guru juga kesulitan dalam melakukan sistem ini.

Tian Restiani Agustin
Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia
Kampus Sumedang

Editor: Diana Pratiwi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI