Teknologi Sediaan Solid: Tablet

Pendahuluan

Sediaan solida yaitu sebuah jenis sediaan obat di mana obat tersebut memiliki tekstur yang padat dan kering. Obat adalah sebuah bahan yang dapat digunakan untuk mempengaruhi sistem biologis baik pada manusia ataupun hewan yang bertujuan untuk memberikan penyembuhan, mengurangi/ menghilangkan gejala, mencegah, mendiagnosis, serta meningkatkan stamina.

Dalam hal ini, obat dirancang sebagai suatu sistem yang terintegrasi untuk mencapai tujuan terapeutik secara aman, efektif, dan efisien.

Baca Juga: Kandungan Bahan Aktif Tanaman Pegagan (Centella Asiatica l.) dan Khasiatnya dalam Bidang Kefarmasian

Bacaan Lainnya

Dengan semakin berkembangnya teknologi di masa kini, membuat perancangan suatu obat semakin beragam seperti terciptanya obat yang tidak lagi berbentuk zat murni untuk dikonsumsi melainkan diciptakan sediaan obat yang di dalamnya terkandung zat aktif yang memiliki banyak manfaat ketika dikonsumsi.

Zat aktif dalam sediaan obat tersebut dapat diterima dengan lebih efektif oleh pasien sehingga pasian yang sakit tidak perlu ragu dalam mengonsumsi obat. Selain itu, dibuatnya obat dalam sediaan bertujuan untuk alasan keamanan dalam menggunakan zat aktif yang dapat memberikan rangsangan pada lambung (Tungadi, 2017).

Sediaan obat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok yaitu kelompok sediaan liquid, sediaan semi solid, serta sediaan solid. Macam-macam sediaan solid terdiri dari supositoria, kapsul, ovula, dan tablet. Tablet adalah salah satu bentuk sediaan solid yang mengandung satu atau lebih zat aktif yang dipadatkan.

Tablet mempunyai beragam perbedaan baik bentuk, berat, ukuran maupun tekstur dan ketebalan. Secara umum, penggunaan tablet memiliki maksud untuk ditelan yang selanjutnya sistem pencernaan akan menghancurkan untuk melepas zat yang terkandung pada tablet tersebut (Murtini & Elisa, 2018).

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mendeskripsikan teknologi sediaan solid berjenis tablet sehingga tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui teknologi sediaan solid berjenis tablet beserta evaluasinya.

Baca Juga: Peran Tenaga Farmasi dalam Pengelolaan Obat dan Swamedikasi Penyiapan Obat Mandiri dalam Sistem Tanggap Bencana

Metodologi

Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian studi kepustakaan atau studi literatur. Penelitian kepustakaan bertujuan untuk mendapatkan pemahaman mengenai suatu permasalahan secara lebih mendalam.

Sumber data pada penelitian ini adalah semua referensi berupa buku atau artikel ilmiah yang relevan. Data yang dicari dalam penelitian ini merupakan data yang berkaitan dengan teknologi sediaan solid berjenis tablet.

Pembahasan

Salah satu jenis sediaan solid dalam obat adalah tablet. Tablet merupakan sebuah sediaan yang bersifat padat karena dibuat dengan cara melakukan pemadatan pada satu atau lebih zat aktif baik dengan zat tambahan ataupun tanpa zat tambahan lainnya.

Tablet dapat memiliki bentuk seperti tabung yang pipih ataupun cembung. Penambahan zat lain ke dalam tablet dapat memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai pengembang, pelicin, pengikat, pengisi, atau pembasah serta fungsi lainnya yang sesuai (Erizal et al., 2020).

Tablet adalah salah satu jenis sediaan yang populer dan banyak dikonsumsi jika dibandingkan dengan sediaan dalam bentuk yang lainnya. hal tersebut dikarenakan oleh alasan praktis dan lebih mudah dalam menggunakannya.

Selain itu, tablet memiliki ukuran dosis yang lebih akurat, rasa yang tidak enak dari zat aktif pada obat dapat dikurangi dengan penggunaan tablet dan juga proses untuk memproduksi tablet lebih mudah serta lebih stabil dibandingkan dengan sediaan yang lain (Rahul et al., 2014).

Baca Juga: Evaluasi Tablet

Tablet diperkenalkan sebagai sediaan farmasi memiliki tujuan untuk memperoleh dampak secara biologis dari sebuah obat secara maksimal. Terdapat beberapa ketentuan agar tablet dapat dikatakan sebagai sediaan obat yang baik.

Beberapa ketentuan tersebut terdiri dari: 1) Mampu atau tahan terhadap pengaruh mekanis selama proses pembuatan, pengemasan, pengangkutan, dan penggunaan; 2) Tidak ada kerusakan seperti retak, sisi terkelupas, perubahan warna, kontaminasi dengan bahan obat lain, atau kontaminasi dengan kontaminan lain;

3) Stabilitas fisik dan kimia dari sifat-sifat yang terlibat dapat dijamin; 4) Zat yang memiliki khasiat dapat dilepaskan dengan benar untuk mencapai efek biologis yang diinginkan; 5) Terjaminnya bentuk dan manfaat terapeutik saat pasien menggunakannya; 6) Bau, rasa, dan bentuk yang menarik; dan 7) Tablet memiliki berat dan dosis yang seragam (Erizal et al., 2020).

Penggunaan tablet sebagai sediaan obat memiliki beberapa kelebihan maupun kekurangan. Beberapa kelebihan penggunaan tablet menurut Tungadi (2017) di antaranya adalah:

  1. Volume kecil membuatnya mudah untuk dikemas, disimpan, atau dibawa ke mana saja;
  2. Mengandung bahan aktif yang sama;
  3. Bahan aktifnya banyak, tetapi jumlahnya sedikit, sehingga mudah dikonsumsi oleh anak-anak;
  4. Stabilitas kimia, mekanik, dan mikrobiologinya tinggi dibandingkan dengan formulasi lain’
  5. Menelan langsung mengurangi rasa dan bau yang tidak enak dan mengurangi kontak jangka panjang dengan selaput lendir (mulut);
  6. Tablet dapat dilapisi untuk melindungi bahan aktif, menutupi rasa atau bau yang tidak menyenangkan, atau untuk terapi enteral;
  7. Pelepasan zat aktif dapat dimodulasi;
  8. Produksi massal dapat menurunkan harga;
  9. Mudah digunakan;
  10. Mudah untuk menetapkan identitas produk ke tablet karena tidak diperlukan pemrosesan tambahan saat menggunakan permukaan yang dicetak;
  11. Tersedia pada banyak takaran dan berbagai konsentrasi;
  12. Rejimen pengobatan pasien dapat dipertahankan oleh pasien seperti yang direkomendasikan oleh dokter.

Baca Juga: Evaluasi Kapsul Keras

Sedangkan kekurangan penggunaan tablet menurut Tungadi (2017) adalah sebagai berikut:

  1. Obat cair atau higroskopis sulit diformulasikan karena memerlukan prosedur khusus dan membutuhkan waktu lama untuk pembuatan tablet;
  2. Cara menggunakan aditif, kerajinan, dan alat untuk membuatnya super rumit;
  3. Jangan diberikan pada pasien yang tidak bisa makan (tidak bisa ditelan), muntah, atau tidak sadarkan diri;
  4. Tidak dapat diberikan langsung pada bayi;
  5. Bentuk dan warna yang menarik, bau dan rasa yang menyenangkan, tablet dapat menarik perhatian anak-anak dan dapat menyebabkan kecanduan jika disimpan selama berhari-hari;
  6. Efek terapeutik biasanya lebih lambat daripada larutan karena zat aktif tidak segera diserap dan harus dilepaskan.

Obat-obatan membutuhkan eksipien dan beberapa aditif selain bahan aktif  dalam tablet. Di sini, adjuvant adalah bahan non-aktif yang ditambahkan ke formulasi produk obat untuk berbagai tujuan atau fungsi.

Meskipun eksipien bukan bahan aktif, keberadaannya sangat penting untuk keberhasilan produksi produk obat yang dapat diterima (Murtini & Elisa, 2018). Zat lain yang ditambahkan pada tablet memiliki beberapa fungsi. Fungsi tersebut menurut Anief (1998) di antaranya adalah:

  1. Sebuah pengisi yang digunakan untuk meningkatkan volume tablet atau sebagai zat pengisi;
  2. Sebagai bahan pengikat dapat menempel untuk mencegah tablet pecah atau retak;
  3. Disintegran digunakan untuk memecah tablet di saluran cerna;
  4. Pelumas yang  digunakan untuk mencegah tablet menempel pada cetakan.

Baca Juga: Glukokortikoid

Dalam proses pembuatan tablet sebagai sediaan obat, terdapat beberapa metode yang digunakan. Secara umum, metode dalam pembuatan tablet terdiri dari tiga metode. Ketiga metode tersebut di antaranya adalah:

  1. Proses basah, termasuk proses granulasi basah dan proses khusus;
  2. Proses kering termasuk pencetakan langsung dan granulasi kering (slugging);
  3.  Kombinasi  kedua proses di atas disebut granulasi dasar di mana bahan aktif ditambahkan ke dalam granula sebagai fraksi halus.

Secara umum, granulasi masih merupakan metode pembuatan tablet yang paling populer dibandingkan dengan metode lain di atas, karena hanya sedikit bahan aktif yang memiliki kondisi pencetakan langsung yang dapat dicetak. Di antara metode granulasi ini, metode granulasi basah memiliki peran yang paling banyak.

Setelah tablet diproduksi, langkah selanjutnya diperlukan evaluasi yang bertujuan untuk melakukan pengujian pada kualitas tablet yang dihasilkan. Evaluasi pada sediaan tablet terdiri dari beberapa jenis evaluasi di antaranya adalah (Erizal et al., 2020):

1. Evaluasi pada bahan baku yang digunakan

Pada proses pengujian bahan baku, dilakukan evaluasi pada sifat kimia & fisika pada bahan yang telah digunakan untuk proses pembuatan dari tablet yang disesuaikan dengan monografi setiap bahan.

Baca Juga: Mekanisme Kerja Obat Ibuprofen dan Paracetamol

2. Evaluasi pada granul

Pengujian granul meliputi kandungan bahan aktif, kadar air, distribusi ukuran partikel granul, stabilitas bahan aktif, berat jenis sebenarnya, berat jenis sebenarnya, densitas inkompresibel, porositas, laju alir granul, sudut istirahat, dan verifikasi kompatibilitas.

3. Evaluasi pada proses yang dilalui

Pengujian dalam proses meliputi evaluasi yang dilaksanakan saat dilakukannya proses pada pembuatan tablet. Evaluasi yang dilakukan meliputi kadar bahan aktif di dalam granul, kesamaan bahan aktif yang terkandung, serta evaluasi pada granul yang lain. Selain itu, dilakukan pula evaluasi pada fabrikasi pembuatan sediaan tablet agar teratur.

4. Evaluasi pada tablet yang sudah jadi

Evaluasi dilakukan untuk menentukan kualitas tablet untuk memastikan keamanan dan kemanjurannya. Evaluasi tablet meliputi kenampakan tablet, keseragaman ukuran, keseragaman bobot, kekerasan tablet, penentuan kandungan obat, keseragaman kandungan obat, kerapuhan (brittleness), waktu hancur, stabilitas obat, dan pengujian disolusi obat dari formulasi tablet.

Penutup

Tablet adalah bentuk sediaan yang paling umum dan sering digunakan dalam kombinasi dengan bentuk sediaan lainnya.

Hal ini membuat tablet nyaman digunakan dalam hal pengobatan sendiri, kemudahan dosis, akurasi dosis yang lebih tepat, pencegahan rasa sakit, fleksibilitas dan proses pembuatan yang relatif  efisien untuk meminimalkan harga jual karena merupakan bentuk sediaan yang fleksibel.

Baca Juga: Mekanisme Kerja Obat Ampicilin dan Amoxicillin

Terdapat beberapa ketentuan agar tablet dapat dikatakan sebagai sediaan obat yang baik ketentuan tersebut di antaranya adalah tablet memiliki daya tahan terhadap pengaruh mekanis tidak ada kerusakan, terjaminnya stabilitas fisik dan zat yang memiliki khasiat dapat dilepaskan dengan benar, terjaminnya bentuk dan manfaat serta bau, rasa, dan bentuk yang menarik.

Selain itu, evaluasi pada sediaan tablet perlu untuk dilakukan agar kualitas tablet sebagai sediaan dapat teruji dengan baik sehingga akan memberikan efek yang optimal saat digunakan.

Penulis: Faradhila Venesha W. (120033)
Mahasiswa DIII-Farmasi Politeknik Kesehatan Hermina Jakarta

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Daftar Pustaka

Anief, M. (1998). Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University Press.

Erizal, Nofita, R., Febritenti, Hasanah, U., & Jessica, A. (2020). Praktikum Teknologi Sediaan Padat. 1–48.

Murtini, G., & Elisa, Y. (2018). Teknologi Sediaan Solid. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Rahul, M., Bhagwat, P., Patil, S., Shetkar, M., & Chavan, D. (2014). A review on immediate release drug delivery system. PharmaTutor Research Journal of Pharmaceutical, Biological and Chemical Sciences, 2(8), 95–109.

Tungadi, R. (2017). Teknologi Sediaan Solida. Wade Group.

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.