Indonesia memiliki beragam suku bangsa dan agama yang diharapkan masyarakatnya dapat menjadi rukun dan harmonis.
Apa yang membuat masyarakat Indonesia menjadi rukun dan harmonis? Apa kaitannya toleransi berbahasa dengan perundungan? dan apa dampak yang akan terjadi jika kita tidak berbahasa dengan baik dan benar?
Menurut data hasil riset PISA (Programme for Internasional Student Assestent) tahun 2018 di Indonesia ada sebanyak 41,1% murid mengaku pernah mengalami perundungan. Angka murid korban perundungan ini jauh di atas rata-rata negara anggota OECD yang hanya sebesar 22,7%.
Selain itu, Indonesia berada di posisi kelima tertinggi dari 78 negara sebagai negara yang paling banyak murid mengalami perundungan. Maka dari itu, kita harus mengevaluasi diri agar tidak ada lagi perundungan.
Baca juga: Studi Kasus Dampak Bullying Anak Sekolah: Masihkah Kita Harus Bersikap Acuh?
Perundungan adalah kegiatan yang sengaja atau disadari yang bertujuan untuk menyakiti dan melukai seseorang dan dilakukan secara berulang-ulang kali. Perilaku perudungan merupakan kasus yang sering kali terjadi pada anak Indonesia dan dapat terjadi pada siapapun.
Biasanya korban perundungan berperilaku pendiam, lemah, penakut dan memiliki sifat atau karakter spesial, seperti misalnya memiliki kelainan.
Berdasarkan data-data yang diperoleh di atas, terdapat aspek-aspek yang menunjukkan adanya perilaku perundungan. Solberg dan Olweus (2003) mengemukakan beberapa aspek mengenai perilaku perundungan (Firmana 2019:15) meliputi:
- Aspek Lisan
Kegiatan yang bertujuan untuk menyakiti seseorang dengan cara menertawakan dengan menjadikannya bahan lelucon, menyapa seseorang dengan nama julukan sehingga akan membuat seseorang manjadi tidak nyaman, sakit hati dan marah. - Aspek tidak Langsung
Kegiatan yang bertujuan untuk menolak atau mengeluarkan dan menjauhi seseorang dari kelompok pertemanan atau meninggalkannya dari berbagai hal secara disengaja seperti memfitnah seseorang dengan menceritakan kebohongan tentang seseorang agar orang tersebut di nilai buruk oleh teman-temannya. - Aspek Fisik
Kegiatan melukai seseorang dengan cara Memukul, menendang, mendorong, mempermainkan atau meneror dan melakukan hal-hal yang bertujuan untuk menyakiti dan mencederai.
Baca juga: Bullying dalam Pandangan Islam
Aspek lisan atau verbal sangat berpengaruh untuk menyakiti mental korban yaitu dengan berbicara yang tidak baik pada korban akan melukai hati korban.
Korban tidak dapat mempercayai orang lain kembali serta membuat korban menutup dirinya dari orang lain karena takut akan terjadi perundungan pada dirinya kembali.
Pembicaraan adalah hal sensitif, jika kita tidak berbicara dengan baik malah akan menimbulkan perundungan.
Contohnya adalah orang yang memiliki kulit putih mengejek atau menghina orang berkulit gelap, atau orang yang bertubuh ramping mengejek dan menghina orang yang bertubuh gemuk.
Baik disengaja atau tidak, mengejek, menghina dan berkata kasar pada orang yang dilakukan terus menerus dapat berdampak buruk pada orang tersebut. Orang lain akan merasa insecure pada dirinya sendiri yang tidak seperti orang lain.
Hal terburuknya jika mereka sudah tidak tahan akan perundungan dan makian yang dilakukan orang lain kepadanya akan membuat dirinya berfikir untuk melakukan bunuh diri.
Baca juga: Menumbuhkan Jiwa-Jiwa Toleransi dan Kerukunan Antar Umat Beragama di Indonesia
Banyak kasus bunuh diri yang terjadi sekarang akibat adanya perundungan, misalnya seperti artis yang melakukan kesalahan malah terus dimaki, dikata-katai, dikucilkan membuat artis tersebut tidak tahan untuk melanjutkan hidup dan kemudian melakukan bunuh diri.
Berdasarkan penjelasan di atas perundungan terdiri atas 5 perilaku yaitu secara verbal, indirect, dan secara physical baik secara langsung maupun tidak langsung. Ada 2 faktor penyebab terjadinya perundungan, yaitu :
A. Faktor Individu
Ada 2 individu yang terlibat didalam perundungan yaitu pelaku dan korban.
- Pelaku
Pelaku merupakan orang yang melakukan perundungan. Biasanya pelaku merasa kuat dan tidak ada yang ditakutinya sehingga dia berani berbuat hal semacam itu.
Pelaku biasa berasal dari kelompok yang ingin menunjukkan kekuasaan mereka dengan menindas dan melukai korban. Terkadang pelaku menggunakan bahasa yang tidak dalam berbicara kepada orang lain seperti berkata kasar, mengejek korban seperti gendut, jelek dan sebagainya.
Kurangnya kesadaran dan sikap tidak mempunyai perasaan membuat mereka melakukan hal seperti itu. - Korban
Korban perundungan adalah orang yang menjadi sasaran pelaku untuk melakukan perundungan. Dalam hal ini, korban biasanya diambil dari orang-orang yang lemah sehingga mudah bagi pelaku untuk melancarkan aksinya tersebut.
Baca juga: Dampak Bully pada Kesehatan Psikis Anak
B. Faktor Keluarga
Faktor keluarga mengambil andil besar atas perbuatan pelaku kepada korban. Keluarga merupakan pembelajaran pertama bagi seorang anak.
Jika anak melihat orang tua yang selalu bertengkar, berkata kasar serta suka mengolok-olok orang lain, maka anak juga akan ikut mencontoh orang tuanya dalam memperlakukan orang lain.
C. Faktor Teman Sebaya
Faktor teman juga berpengaruh terhadap pengkembangan perundungan. Jika anak berteman dengan orang yang tidak baik maka dia juga akan terjerumus menjadi tidak baik, tetapi jika dia pandai memilih dan memilah teman yang baik maka baguslah dia.
D. Faktor Media
Kekerasan dan tingkah laku kasar yang sering menjadi tayangan yang berdampak juga bagi tingkah laku anak karena mereka berpikir bahwa menjadi seperti itu merupakan hal yang bagus dan keren untuk ditiru.
Sosial media juga bisa menjadi tempat untuk melakukan perundungan. Postingan-postingan yang mengandung ejekan juga dapat berpengaruh pada psikis orang yang mengalami perundungan.
Baca juga: Ciptakan Kedamaian dengan Budaya Toleransi
E. Faktor Kontrol Diri
Menurut Denson (Wicaksana 2017:15) kontrol diri dapat menurunkan agresi dengan mempertimbangkan aspek dan aturan yang berlaku.
Dengan adanya kontrol diri individu dapat mengatur perilakunya secara positif dan mempertimbangkan kosekuensi yang di hadapi sehingga menghindari untuk melakukan tindakan kekerasan terhadap teman-temannya.
Maka dari itu, kontrol diri itu perlu untuk menyaring mana hal yang dapat diambil mana yang tidak.
Kesimpulan
Berbahasa yang baik sangat penting untuk menjaga sikap toleransi antar sesama. Tidak adanya rasa toleransi dapat menimbulkan adanya perundungan baik secara verbal maupun fisik.
Perundungan verbal dapat terjadi karena kurang adanya rasa toleransi ketika berbicara seperti mengejek, mengolok-olok dan lain sebagainya.
Perundungan dapat mengakibatkan hal buruk bagi para korban dalam menjalankan hidupnya. Mereka jadi tidak memiliki semangat hidup, menjadi terkucil, menjadi tidak percaya diri dan sebagainya.
Sebaiknya kita melakukan refleksi diri untuk tidak mencerca orang lain dan berbahasa yang baik agar tidak menyakiti hati orang lain.
Semua perubahan dimulai dari diri kita terlebih dahulu karena jika kita menunggu orang lain untuk tidak melakukan perundungan tidak akan bisa kecuali orang tersebut melakukannya dengan kesadarannya sendiri.
Penulis: Cindy Arsita
Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Sumatera Utara
Editor: Imamah Khairunnisa
Bahasa: Rahmat Al Kafi