Dalam dunia kerja, umumnya para pegawai yang mengikuti brevet pajak ini karena terdapat tuntutan dalam pekerjaannya dan digunakan untuk melengkapi ilmu dalam profesinya (Rahayu et al., 2021).
Bahkan para pemberi kerja, seperti perusahaan swasta maupun pemerintah, ketika ingin merekrut pegawai baru dalam bidang keuangan tentunya akan lebih tertarik pada calon pegawai yang berlulusan S1 Akuntansi serta memiliki sertifikat brevet pajak.
Hal itu dianggap para calon pekerja sudah lebih memahami perihal perpajakan.
Namun, kenyataannya masih banyak mahasiswa lulusan S1 Akuntansi yang berpendapat bahwa mengikuti program brevet pajak bukan sebuah kewajiban atau kebutuhan pokok.
Sehingga, masih banyak lulusan yang tidak memahami luasnya dunia kerja yang sangat membutuhkan lulusan yang kompeten, profesional, dan berkualitas.
Oleh karena itu, perlu adanya sebuah pengetahuan dan pemahaman mengenai tujuan dan manfaat brevet pajak agar bisa memberikan kesadaran bagi mahasiswa akuntansi terkait keutamaan mengikuti brevet pajak.
Pemahaman yang dimaksud yaitu dengan cara memberikan betapa pentingnya mengikuti brevet pajak.
Salah satunya yaitu motivasi dan pengetahuan perpajakan yang memiliki peran dalam penentuan minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti brevet pajak.
Pentingnya program brevet pajak sebagai bekal teknis dan profesional bagi mahasiswa akuntansi untuk siap menghadapi dunia kerja yang semakin kompetitif.
Namun, lebih dari itu, kesiapan dunia kerja tidak hanya mencakup keterampilan teknis, tetapi juga pembentukan karakter, tanggung jawab sosial, dan etika profesi yang kuat.
Nilai-nilai tersebut sejalan dengan ajaran Tamansiswa yang menekankan pentingnya pendidikan holistik—menumbuhkan olah pikir, olah hati, dan olah karsa dalam diri peserta didik (Dewantara, 2004).
Mengikuti brevet pajak dapat dilihat sebagai bentuk upaya mahasiswa akuntansi untuk “dituntun” dalam mengembangkan potensi kodratnya di bidang keuangan dan perpajakan.
Hal ini sejalan dengan prinsip Tut Wuri Handayani, yang berarti memberikan dorongan dan kepercayaan kepada peserta didik agar mampu berkembang secara mandiri (Suparlan, 2005).
Lebih jauh, ajaran Tamansiswa juga menekankan nilai tanggung jawab, kemerdekaan belajar, dan pengabdian pada masyarakat, yang semuanya tercermin dalam tujuan utama sertifikasi brevet—yakni membentuk tenaga profesional yang tidak hanya cakap secara teknis, tetapi juga memiliki integritas dan kesadaran sosial yang tinggi (Wuryandani, 2013).
Dengan demikian, urgensi brevet pajak tidak hanya berbicara tentang kompetensi, tetapi juga tentang pembentukan karakter sesuai dengan falsafah pendidikan Tamansiswa.
Untuk memahami urgensi program brevet pajak secara lebih mendalam, penting untuk meninjau relevansinya melalui perspektif ajaran Tamansiswa yang menekankan karakter pendidikan dengan “Asas Tri-N (Niteni, Nirokake, Nambahi)”.
Niteni yang memiliki arti memahami, dalam konteks ini mahasiswa diharapkan bisa mempelajari konsep dasar perpajakan dan peraturan fiskal.
Nirokake yang artinya meniru, diharapkan mahasiswa dapat melakukan pelaporan pajak melalui simulasi ataupun dengan studi kasus.
Baca Juga: Ajaran Tamansiwa Tri N (Niteni, Nirokake, Nambahi) dalam Membangun Karir di Bidang Akuntansi
Nambahi yang berarti menambahkan/berkembang, dalam konteks brevet pajak mahasiswa diharapkan bisa menerapkan dan menyesuaikan ilmunya pada dunia kerja bahkan mampu mengembangkan efisiensi strategi perusahaan.
Brevet pajak merupakan pelatihan khusus di bidang perpajakan yang mencakup materi PPh Orang Pribadi, PPh Badan, PPN, serta tata cara pelaporan dan administrasi perpajakan.
Program ini menjadi dasar penting bagi mahasiswa akuntansi untuk memahami sistem perpajakan Indonesia.
Beberapa alasan mengapa program brevet pajak memiliki urgensi tinggi bagi mahasiswa akuntansi adalah sebagai berikut:
Dapat Meningkatkan Kompetensi Teknis Perpajakan
Banyak perusahaan dan instansi pemerintahan membutuhkan staf keuangan yang mampu mengelola kewajiban perpajakan secara efisien dan sesuai regulasi.
Mahasiswa yang mengikuti brevet pajak akan memiliki kemampuan menghitung dan melaporkan pajak secara mandiri, memahami implikasi fiskal dari transaksi bisnis, serta dapat menganalisis risiko pajak perusahaan.
Mendukung Kesiapan Praktis Mahasiswa Akuntansi
Sistem pendidikan formal sering kali lebih fokus pada konsep teori.
Brevet pajak melengkapi aspek praktis seperti simulasi pelaporan pajak, studi kasus perpajakan, hingga penggunaan aplikasi e-SPT dan e-faktur.
Hal ini menjadikan peserta lebih percaya diri dan siap dalam proses seleksi kerja maupun penempatan lapangan.
Meningkatkan Daya Saing Lulusan di Dunia Kerja
Persaingan antar lulusan akuntansi semakin ketat. Brevet pajak memberikan diferensiasi dan nilai jual lebih tinggi bagi calon pegawai di mata HRD.
Tidak sedikit perusahaan yang secara terus terang mencantumkan “memiliki sertifikat brevet” sebagai syarat dalam lowongan kerja bagian accounting dan taxation.
Dengan adanya brevet pajak, memberikan dampak pada peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang akuntansi, seperti perusahaan mendapatkan tenaga kerja yang kompeten.
Dengan demikian, sertifikasi brevet pajak memiliki peran yang sangat penting dalam mempersiapkan akuntan muda untuk menghadapi tuntutan dunia kerja yang semakin kompleks.
Baca Juga: Implementasi Ajaran Tri N dalam Meningkatkan Kelulusan Ujian Sertifikasi Akuntan Publik
Sehingga lulusan mahasiswa akuntansi tidak hanya memperoleh bekal teknis perpajakan, tetapi juga menunjukkan komitmen terhadap profesionalisme dan peningkatan kompetensi diri.
Maka dari itu, disarankan bagi mahasiswa akuntansi untuk mengikuti pelatihan brevet pajak sejak di bangku perkuliahan.
Penulis:
1. Salsabila Nugrahani
2. Ratnawati Bule
3. Andrea Abi Wijaya Putra Sahertian
4. Karmila
5. Vivi Anggraeni Rofiah
Mahasiswa Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Daftar Referensi
Rahayu, A. A., Erawati, T., & Primastiwi, A. (2021). Pengaruh Motivasi Pengeyahuan Perpajakan, Motivasi Karir, Motivasi Kualitas, Motivasi Sosial, Dan Motivasi Ekonomi Terhadap Minat Mahasiswa Mengikuti Program Bravet Pajak. Amnesty:Jurnal Riset Perpajakan, 4, 240–264.
Dewantara, KH ( 2004). pendidikan . Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa.
Suparlan. ( 2005). Filsafat Pendidikan Ki Hadjar Dewantara . Yogyakarta: UST Pers.
Wuryandani, W. ( 2013). “ Pendidikan Karakter Berbasis Ajaran Tamansiswa.” Jurnal Cakrawala Pendidikan , 32( 2), 153– 164.
Editor: Siti Sajidah El-Zahra
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News