Ampas Kopi yang Bernilai Tinggi

Ampas Kopi Bernilai Tinggi

Ngobrol di warung kopi, nyentil sana dan sini” – Sepenggal lirik tersebut sepertinya sangat menggambarkan budaya minum kopi masyarakat Indonesia.

Sebagai salah satu negara yang menghasilkan komoditas kopi terbesar di dunia dengan urutan ke empat, tidak mengherankan apabila penduduknya juga menggemari minuman tersebut.

Kebiasaan minum kopi tidak hanya dilakukan di rumah, namun kerap dilakukan di warung kopi hingga ke gerai kopi modern.

Pertumbuhan gerai kopi modern ini melonjak tinggi dan menjamur di berbagai daerah. Jumlah gerai kopi di Indonesia meningkat dua kali lipat dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini.

Bacaan Lainnya

Baca juga: Kopi: Bahayakah sebagai Teman Mahasiswa untuk Begadang?

Selain memberikan dampak positif bagi perekonomian, ternyata secara tidak langsung ada dampak negatif yang ditimbulkan, apa saja dampaknya mari kita bahas terlebih dahulu mengenai sejarah kopi di Indonesia.

Sejarah Kopi di Indonesia

Masuknya kopi ke Indonesia tak lepas dari peran kolonialisme Belanda. Penyebaran Kopi dimulai dari tahun 1696 oleh Belanda yang membawa kopi dari wilayah Malabar, India menuju pulau Jawa dengan bibit dari Yaman.

Seorang Gubernur Belanda yang berada di Yaman berinisiatif mengirim bibit kopi yang berjenis arabika kepada Gubernur Belanda yang berada di Batavia.

Sayangnya percobaan penanaman pertama gagal total karena terkena banjir dan gempa bumi. Namun mereka tak mau menyerah, pada tahun 1699 percobaan kedua dilakukan. Dan pada tahun 1706 panen pertama dipulau Jawa dikirim ke Kebun Raya Amsterdam untuk dilakukan penelitian. Dan hasil penelitian, kopi tersebut memiliki kualitas sangat baik dan berpotensi untuk diperdagangkan ke seluruh dunia.

Sejak saat itu perkebunan kopi dilebarkan ke seluruh nusantara. Dan pada Tahun 1945 perkebunan kopi diambil alih oleh pemerintah Indonesia.

Baca juga: Cascara: Limbah dari Proses Pengolahan Kopi Memiliki Banyak Manfaat terhadap Kesehatan

Potensi Ampas Kopi

Pada masa kini, kopi sudah sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia. Banyak coffee shop yang tersebar luas di seluruh Indonesia. Di sisi lain, limbah ampas kopi dari coffee shop juga sangat banyak dan hanya dibuang begitu saja.

Ampas kopi memang merupakan sampah organik. Namun juga memiliki dampak buruk bagi lingkungan, karena mengandung zat kimia beracun seperti alkaloids, tannins, dan polyphenolics.

Hal ini membuat lingkungan degradasi biologis terhadap material organik lebih sulit dan membutuhkan banyak sekali oksigen agar dapat mendegradasi limbah kopi tersebut.

Dibalik kandungan berbahaya dari ampas kopi juga memiliki segudang manfaat. Contohnya sebagai pupuk tanaman, karena ampas kopi mengandung beberapa mineral penting untuk pertumbuhan tanaman, seperti nitrogen, kalsium, kalium, besi, fosfor, magnesium, dan kromium.

Zat kafein dari ampas kopi juga membantu menjauhkan tanaman dari serangga. Bagi kebutuhan rumah tangga, ampas kopi berguna untuk menghilangkan bau ruangan dan sepatu atau helm. Karena ampas kopi dapat menyerap atau menghilangkan bau tidak sedap di sekitarnya.

Baca juga: Pesatnya Pertumbuhan Kedai Kopi di Kota Semarang

Ampas kopi juga memiliki potensi di bidang ekonomi. Mengingat banyaknya limbah ampas kopi yang dibuang begitu saja, dapat dimanfaatkan untuk dijadikan sebuah produk. Selain mudah untuk mendapatkan bahan bakunya, harganya pun juga murah meriah bahkan bisa didapatkan secara gratis.

Di era pasca pandemi ini Industri rumah tangga sangat berpotensi untuk mengembalikan atau membangkitkan perekonomian negara. Dengan mengambil opsi ini untuk menghasilkan produk dari ampas kopi merupakan salah satu pilihan yang tepat untuk membuat sebuah produk sebagai bisnis industri skala rumah tangga.

Banyak produk yang dapat dihasilkan dari ampas kopi, antara lain seperti lilin aromaterapi yang berbahan ampas kopi, berguna untuk menghilangkan bau ruangan.

Masker organik yang ramai di pasaran juga bisa dihasilkan dari ampas kopi. Karena ampas kopi dapat melembutkan dan mencerahkan kulit. Sabun dan juga body scrub juga bisa menggunakan ampas kopi sebagai bahan bakunya.

Pupuk organik olahan dari ampas kopi juga menjadi opsi yang bagus untuk produk bisnis. Selain membantu menjaga lingkungan juga dapat memberikan manfaat bagi tanaman.

Baca juga: Pergeseran Identitas Kopi

Selain itu ampas kopi yang dikeringkan juga dapat dijadikan sebagai produk pengharum ruangan. Dengan dibungkus kertas teh celup, itu dapat dijadikan sebagai pengharum ruangan yang siap dipasarkan.

Ada beberapa inovasi baru dari ampas kopi untuk dijadikan sebuah produk. Seperti balok ampas kopi yang dapat menggantikan kayu. Di Inggris pabrik daur ulang memanfaatkan ampas kopi sebagai pengganti kayu penghangat ruangan.

Dengan memadatkan 25 cangkir ampas kopi dapat menghasilkan 1 balok. Dan panas yang dihasilkan 20% lebih tinggi dari kayu pada umumnya serta durasi bakarnya yang lebih lama.

Emisi yang dihasilkan juga 80% lebih sedikit daripada ampas kopi yang langsung dibuang ke lingkungan. Dan saya sendiri sudah pernah menggunakan balok ampas kopi sebagai pengganti arang.

Penelitian di Inggris juga menghasilkan bahan bakar alami dari ampas kopi. Dengan mengekstrak minyak nabati dari ampas kopi dan dicampur dengan alkohol serta glycerin di hasilkanlah biofuels dari ampas kopi. Perbandingannya 80% minyak nabati ampas kopi dicampur 20% alkohol dan glycerin sebagai bahan tambahan. Biofuels ampas kopi digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik di Inggris.

Ide usaha atau produk berbahan ampas kopi diatas merupakan salah satu upaya untuk menjaga lingkungan. Selain bahan yang mudah didapat dan murah harganya, produk yang dihasilkan juga ramah lingkungan.

Baca juga: Dibalik Nikmat Secangkir Kopi

Bagi perekonomian negara, ampas kopi dapat membantu meningkatkan perekonomian melalui industri rumah tangga maupun industri besar. Nilai jual produk dari ampas kopi juga tinggi dengan bahan baku yang murah harganya.

Marilah kita membantu menjaga lingkungan dengan memanfaatkan limbah ampas kopi untuk didaur ulang kembali menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat. Dengan melakukan sesuatu yang sederhana, secara tidak langsung kita membantu untuk menjaga kelangsungan hidup dari lingkungan kita.

Penulis: Muhammad Ganang Taftazani
Mahasiswa Jurusan D3 Manajemen Bisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pos terkait