Pendidikan diibaratkan sebagai sebuah pintu dan semangat juang adalah kuci pembuka suksesnya, begitu pula dengan kisah inspiratif perjalanan pendidikan Nisa Purwita Khotimah Gojali, gadis kelahiran Cianjur, 17 Januari tahun 2000.
Nisa adalah mahasiwa Universitas Suryakancana Cianjur semester 8 yang sedang merampungkan sekripsinya. Dilahirkan dari kelurga sederhana, ayah dan ibunya hanya bertamatkan SD, namun tak menyurutkan semangatnya dalam memperjuangkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Nisa menempuh Pendidikan pertama di SD Susukan 1. Karena melewatkan Pendidikan di Taman Kanak-kanaknya, pada kelas 1 hingga 2 kemampuan menulis dan membaca Nisa masih tergolong rendah, namun pada kelas 3 kemampuannya memesat dan berhasil masuk sebagai 10 terbesar di kelasnya.
Baca Juga: Kisah Inspiratif Menjadi Seorang Guru Multitalenta
Nisa kecil dikenal sebagai pribadi periang yang nakal namun memiliki kemampuan beradapatasi serta berkomunikasi dengan baik di usianya maka tak mengherankan ia mudah dikenali dan dilihat potensi-potensi yang dimilikinya.
Menyukai olahraga, pada kelas 3 SD Nisa mulai-mulai mengikuti pertandingan atletis, seperti bulu tangkis, volli, dan lompat jauh yang berhasil meraih masing-masing juara ketiga dan harapan satu se-kecamatan.
Pada kelas 4 hobi Nisa pun bertambah, tidak menyia-nyiakan kemampuan yang Nisa miliki, gurunya mengembangkan potensinya tersebut dengan mengikutsertakan pada perlombaan baca tulis puisi meskipun tidak membawa pulang piala Nisa berhasil menjadi harapan kedua.
Memasuki kelas 5, kemampuan Nisa lebih diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang bernuansa keagamaan, seprerti kosidah, pildacil, pidato namun tak menghilangkan potensi Nisa pada bidang olahraga, pada tahun ajar yang sama ia juga mengikuti pertandingan bulu tangkis dan berhasil meraih juara pertama sekecamatan.
Kelas 5 SD bagi Nisa merupakan momen yang paling memotivasinya, ia berhasil menjuarai perlombaan pildacil sebagai posisi pertama sekecamatan serta mewakili kecamatannya untuk bisa masuk ke kabupaten.
Namun, Nisa pun pernah ada pada situasi di mana ia tidak berhasil menguasi panggung pada saat mengikuti perlombaan pidato, tak patah semangat ia berhasil bangkit dan lebih percaya diri lagi.
Kelas 6 SD masih dengan semangat yang lebih membara ia berhasil mempertahankan kejuaranya di perlombaan pildacil dengan posisi pertama.
Memasuki sekolah menengah pertama, Nisa berhasil masuk ke SMP 1 Cibeber, sekolah favorit di daerahnya dengan mengalahkan 1000 peserta dengan jumlah 390 peserta yang berhasil diloloskan melalui jalur prestasinya di bidang non akademik.
Sempat merasa tidak percaya diri dan rendah diri karena 10 teman dari kelasnya merupakan siwa berprestasi dengan titel juara 1 di sekolah dasarnya. Dia mulai mengubah dirinya untuk bisa lebih aktif dan baik lagi.
Baca Juga: Kisah Inspiratif: Mira Oktavia Lisa, Sarjana Muda dengan Berbagai Prestasi
Dukungan dari guru sekolah dasarnya juga merupakan hal yang sangat memotivasinya untuk selalu menunjukan kemampuan dan tidak pernah kalah. Masih di semester pertama, Nisa ditunjuk langsung oleh kepala sekolah untuk mengikuti OSIS.
Dan bulan pertama pembelajaran Nisa dimintai langsung sebagai pengisi ceramah di acara keagamaan yang sedang dilaksanakan pada bulan itu.
Meski sempat merasa takut karena jumlah audience yang tidak sedikit, namun ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang sekarang menjadi motivasinya untuk bisa ber-publick speaking dengan baik, yang hingga saat ini pengalaman tersebut sangat memberikan kemudahkan bagi dirinya dalam berbagai hal.
Lewat kesempatan itu juga Nisa banyak dikenali teman 1 sekolahnya dengan sebutan “Nisa kelér” karena pantun pembukanya yang menarik.
Tak hanya mengikuti OSIS saja, Nisa juga mengikuti ekstrakulikuler lain dengan jumlah 11 dari 16 ektrakulikuer yang ia pilih, namun hanya bertahan 5 ekstrakulikuler di 6 bulan pertama, yaitu mading, OSIS, Pramuka, Paskibra, dan PMR dan yang kemudian hanya 3 yang berhasil Nisa pertahankan yaitu, mading, OSIS, dan Pramuka.
Kelas 8 Nisa menjabat sebagai ketua bidgar keagamaan. Memasuki kelas 9, Nisa mulai sedikit membatasi kegiatanya ektrakulikulernya hanya mengikuti Pramuka saja sebagai anggota inti di bidang keorganisasian yang bertanggung jawab mempromosikan serta menjalin kerja sama dengan pihak sekolah lain untuk melaksanakan latihan gabungan.
Meskipun Nisa aktif mengikuti kegiatan di luar kelas prestasinya di bidang akademik masih bisa ia pertahankan dengan selalu masuk sebagi peringkat terbesar di kelasnya hingga lulus.
Selanjutnya, Nisa melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas di SMAN 1 Cibeber, meski sempat merasa sedikit terkejut dengan sistem aturan kedisiplinan yang agak longgar, berbeda dengan sekolah sebelumnya yang mengetatkan peraturan dalam kedisipilinan terhadap seluruh guru dan siswanya.
Baru memasuki dua minggu pembelajaran, Nisa sudah diminta untuk mengikuti kegiatan kepramukaan yang mengharuskannya dispensasi selama dua minggu. Selama kegiatan, timnya berhasil meraih juara umum PLPT kedua se-kabupaten.
Baca Juga: Kisah Inspiratif: Perjalanan Seorang Bankir Kartini Modern
Ketika SMA potensi Nisa ber-public speaking masih dikembangkan, ia sering mengisi ceramah atau acara yang mengharuskannya berkomunikasi di depan umum, kegiatan tersebut berlangsung hingga kelas 12. Meski aktif organisasi, kelas 10 ia masih mempertahankan peringkat di kelasnya.
Memasuki kelas 11 bagi Nisa merupakan fase dia mana ia mulai terbawa arus lingkungan yang kurang baik, peringkat di kelas menurun, perubahan pada cara berpakaian yang tidak memenuhi aturan, bahkan pada saat itu Nisa lebih mementingkan kegiatan organisasi yang mengakibatkan ketimpangan antara prestasi akademik dan non akademiknya.
Dan kelas 11 bagi Nisa merupakan fase ter-problematik dalam perjalanan dirinya menempuh pendidikan. Pernah merasa gagal sebagai ketua organisasi Pramuka, merasa hilang semangat belajar dan malas datang ke sekolah pun sempat dia rasakan.
Namun di balik keterpurukan itu Nisa jadikan motivasi untuk kedepannya. Kelas 12 ia berhasil bangkit, prestasi akademik mulai ia raih kembali meskipun semua aktivitas keorganisasiannya ia tinggalkan. Karena nilai yang tak stabil dan memesat naik di kelas 12, ia gugur mengikuti SNMPTN.
Setelah lulus, bercita-cita sebagai ahli hukum Nisa memantapkan diri utuk melanjutkan pendidikannya menjadi seorang mahasiswa hukum. Namun harapannya tak mudah, sebab restu dari kedua orang tua tak ia miliki.
Karena kegigihannya restu pun berhasil ia dapatkan dan Nisa memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Suryakancana.
Ketika menunggu tes masuk, Nisa sempat terpengaruhi lagi oleh lingkungannya yang bernotabene orang-orang yang sudah bekerja, untuk berkaja terlebih dahulu agar tidak memberatkan kedua orang tuanya. Karena itu ia memutuskan untuk melamar pekerjaan menjadi seorang buruh pabrik di Sukabumi.
Setelah banyaknya tes yang ia lewatkan, ia berhasil diterima kerja di sana. Namun itu tidak berlangsung lama, sebab Nisa merasa tidak menjadi dirinya dan akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari pekerjaanya.
Setelah itu akhirnya Nisa kembali mendaftar kuliah ditemani kedua orang tuanya. Namun nasib kembali tidak mengizinkan Nisa untuk menjadi mahasiswa jurusan hukum. Dan akhir pilihannya jatuh sebagai mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang sekarang ia tempuh dan menjadikan seorang Nisa yang lebih baik, aktif, berprestasi.
Di bangku perkuliahan pun, Nisa kembali menjadi seorang ketua dari organisasi himpunan dari jurusannya. Dan ia pun teripilih sebagai mahasiswa yang mengikuti kegiatan Kampus Mengajar Angkatan 4 serta aktivitas lain yang membawanya menjadi mahasisawa aktif dan terkenal.
Dari kisah inspiratif seorang Nisa, kita belajar bahawa ketekunan, keinginan dan kesempatan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Di balik kegagalan selalu ada hikmah dan jadikan itu sebagai motivasi serta pengalaman untuk kedepannya.
Dari Nisa pula kita belajar bahwa, “Setinggi apapun jabatan kamu di sekolah, sepintar apapun kamu di bidang akademik, sebaik apapun kamu di kelas, sedekat apapun kamu dengan guru, kalo kamu belum bisa mengambil keputusan yang baik akan ‘hancur’.”
Penulis: Irma Amelia
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Suryakancana Cianjur
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi