Jakarta – Dalam rangka mempererat tali persaudaraan dan menyemarakkan bulan suci Ramadan, KSEI AkSES sebagai organisasi eksternal LIPIA Jakarta kembali menyelenggarakan acara tahunannya “AkSES RamadanFest” yaitu berbuka puasa gratis yang diikuti oleh 250+ mahasiswa dan masyarakat berbagai kalangan yang sebelumnya sempat diadakan pada 12-16 Maret 2024.
Tahun ini AkSES RamadanFest kembali hadir membawa tema ”Menjalin Kebersamaan dalam Keberkahan Ramadan” yang akan berlangsung pada hari Minggu-Kamis, tanggal 2-6 Maret 2025, bertempat di Masjid Al-Hidayah Villa Pejaten Mas, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, mulai pukul 15.30 – selesai.
Acara tersebut juga dihadiri oleh beberapa ustaz ternama yang akan berbagi ilmu dan nasihat bagi para mahasiswa dalam menjalani dan menyongsong bulan Ramadan dengan lebih baik.
Baca Juga: IPNU IPPNU Ranting Tunjungsekar Sukses Gelar Safari Ramadhan
Kajian ilmiah tersebut akan diisi oleh Ust. Dr. Zaenal Abidin, Ust. Abu Ya’la Kurnaedi, Lc., Ust. Muhammad Isnan, Lc. M.Si., dan Ust. Gigih Surya Nugraha, S.H.
Selain itu, akan ada sesi talkshow seputar dunia profesional yang pastinya super seru dan menambah wawasan yang akan disampaikan oleh Mas Ichsan & Mas Gesit.
AkSES RamadanFest tahun ini juga akan dimeriahkan dengan bazar, tidak lupa juga memberikan santunan kepada anak yatim.
Acara dibuka oleh MC, yaitu Dzaki Rizqullah, dengan sangat antusias, dilanjutkan dengan sambutan dari Ketua Umum KSEI AkSES, Syahrul Mubarok.
“AkSES Ramadan Festival (ARF) diadakan dengan tujuan agar mempermudah mahasiswa dan mahasiswi LIPIA mendapatkan hidangan berbuka puasa secara gratis sekaligus bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat dari kajian yang diadakan menjelang berbuka. Saat ini alhamdulillah kami bisa mengadakan kembali AkSES Ramadan Festival untuk yang kedua kalinya, dengan harapan dapat memberikan lebih banyak manfaat kepada para mahasiswa khususnya dan kepada masyarakat pada umumnya. Semoga AkSES Ramadan Festival ini bisa berlanjut di Ramadan tahun depan, sehingga estafet tebar kebaikan dan kebermanfaatan itu selalu ada dan tidak punah begitu saja,” ujar akh Syahrul Mubarak.
Baca Juga: Masjid Kampus di Kala Ramadan, Puasa Bagi Mahasiswa Rantau
Kajian hari pertama yang disampaikan oleh Ust. Gigih Surya Nugraha, S.H. dengan tema “Strong Mental & Emotional Resilience (Wafatnya Khadijah & Abu Thalib)” memberi semangat baru bagi para penuntut ilmu dan belajar mengikhlaskan apa yang sudah ditakdirkan oleh Allah.
Beliau berkata “Ketahuilah bahwasanya kita hidup di atas muka bumi ini tidak akan lama, entah kita yang akan meninggalkan dunia atau sebaliknya dunia yang akan meninggalkan kita dan inilah hakikat dunia. Jadi, kita harus paham, kita harus siap menjalani kehidupan dunia.”
Dari sini kita bisa melihat bahwasanya rasa kehilangan ini adalah hal yang biasa, semua orang yang hidup di dunia ini pasti akan merasakan pedihnya kehilangan.
Jangankan kita teman-teman, Nabi kita Muhammad صل الله عليه وسلم juga merasakan kehilangan.
Wafatnya Khadijah dan Abu Thalib di tahun yang sama, yaitu tahun yang disebut dengan Aam Huzni, memberikan kesedihan yang sangat amat dalam kepada Rasulullah صل الله عليه وسلم.
Beliau juga menegaskan bahwasanya hidayah itu hanya di tangan Allah, tugas kita sebagai manusia hanyalah menyampaikan, selebihnya kita serahkan kepada Allah.
Firman Allah dalam surat Al-Qasas ayat 56 yang berbunyi:
اِنَّكَ لَا تَهْدِيْ مَنْ اَحْبَبْتَ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُۚ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْن
Artinya: “Sesungguhnya engkau (Nabi Muhammad) tidak (akan dapat) memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki (berdasarkan kesiapannya untuk menerima petunjuk). Dia paling tahu tentang orang-orang yang (mau) menerima petunjuk.”
Seperti kisah Abu Thalib yang meninggal dalam keadaan kufur, yang membuat Rasulullah sangat sedih karena paman yang sangat dicintainya menolak untuk bersyahadat sebelum meninggal.
Lalu, bisa dibayangkan bagaimana pedihnya kehilangan yang dirasakan Rasulullah di saat meninggalnya Khadijah رضي الله عنها istri yang sangat dicintainya, istri yang apabila Nabi memuji beliau maka memuji dengan sebaik-baik pujian, hingga Aisyah cemburu.
Khadijah adalah orang yang beriman kepada Muhammad melebihi orang lain yang beriman kepadanya.
Baca Juga: Menemukan Inspirasi tanpa Batas: Kisah Inspiratif Wanita dalam Al-Qur’an
Dari kisah-kisah di atas tentu banyak sekali hikmah yang bisa kita ambil. Berikut bagaimana kita harus bersikap disaat menghadapi peristiwa kehilangan:
1. Perlu diyakini bahwa kematian pasti akan menemui kita, mau umur sepanjang apapun suatu saat dia pasti akan dipikul di atas keranda.
Allah berfirman dalam surat Al-‘Ankabut ayat 57:
كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ ثُمَّ اِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ
Kehilangan pasti sangat berat, tapi kalau sadar ini adalah dunia, dunia adalah ujian, dan kita juga pasti akan mati, kehilangan bukan akhir dari segalanya.
Jangankan kita, sebagian sahabat juga begitu pasti merasa sangat kehilangan .Tatkala dihadapkan dengan musibah pasti akan ada hikmahnya.
Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 216:
وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
2. Yakinlah bahwa ini adalah takdir Allah, semua terjadi atas izin Allah.
Allah berfirman dalam surat Al-Qamar ayat 49:
إِنَّا كُلَّ شَىْءٍ خَلَقْنَٰهُ بِقَدَرٍ
Kalau kehilangan orang yang kita cintai bukan berarti gak boleh nangis, nangis aja tapi sewajarnya.
Baca Juga: Harga Bahan Pokok Nge-Fly Jelang Ramadhan
3. Untuk menghilangkan kesedihan, kita jangan diam saja, kita harus menjebak diri kita agar kita punya kegiatan, mencari kesibukan yang bermanfaat.
4. Meminta motivasi dan curhat kepada orang orang terdekat seperti keluarga atau teman.
5. Kalau sudah terjatuh ke dalam permasalahan yang sangat berat, maka sikapilah dengan ketakwaan.
Jangan pakai akal karena terkadang akal bisa menyimpang dari syariat Allah, sikapi semuanya dengan syariat, ikuti solusi di jalan Allah.
Setelah Ustaz Gigih menyampaikan kajian, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.
Pertanyaan pertama yang dilontarkan peserta kajian ikhwan: “Permasalahan mental health yang lagi marak, di kisah Rasul terdahulu yang relate dengan gen Z, bagaimana kembali ke setelan semula?”
Baca Juga: Dampak Al-Quran dalam Menjaga Kesehatan Mental Umat Manusia
Ustaz Gigih menjawab: “Mungkin karena penyikapannya yang berbeda, anak-anak dahulu lebih mandiri dan berani, sedangkan anak anak zaman sekarang lebih santai dan gak serius. Jadi, pola pikirnya harus diubah, belajar dari para sahabat Nabi terdahulu ketika mereka dihadapkan oleh masalah langsung dihadapi, mereka tidak ngomel-ngomel di belakang, dan gen Z mungkin memiliki lebih banyak masalah karena faktor gadget jadi informasi yang masuk lebih cepat.”
Setelah itu, pertanyaan kedua dilontarkan oleh peserta akhwat: “Bagaimana hukumnya lagi futur melakukan meditasi, seperti hanya mendengar afirmasi-afirmasi positif?”
Jawaban Ustaz Gigih: “Wallahu’alam, karena ini termasuk permasalahan berat. Meditasi itu condong pada tasyabbuh, yaitu ibadah-ibadahnya orang-orang Hindu. Orang Islam hendaknya balik ke dzikir kepada Allah, tidak perlu ikut-ikut meditasi.”
Acara ini juga didukung oleh beberapa mitra, sponsor, dan berbagai pihak yang peduli terhadap kegiatan positif dan bermanfaat bagi mahasiswa.
Baca Juga: Meningkatkan Daya Tahan Tubuh Saat Berpuasa di Bulan Ramadhan
Diharapkan dengan kegiatan ini, para peserta ARF dapat memperdalam ilmu agama dan memperkuat ukhuwah di kalangan mahasiswa
Untuk informasi lebih lanjut, silakan menghubungi: +6285211337427 (Rizki Taufik)
Media sosial: @Scofest_id (Instagram)
Email: [email protected]
Penulis: Nabila Kasogi
Mahasiswa Prodi Manajemen Keuangan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab
Aktif Juga di KSEI AkSES
Editor: Siti Sajidah El-Zahra
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News