Bagaimana Model Kontekstual Diterapkan pada Materi Pecahan?

Model Kontekstual Diterapkan Materi

Matematika biasanya dianggap sulit oleh siswa dan guru. Hal ini biasanya disebabkan karena materi yang bisa terbilang rumit. Misalnya pecahan, masih banyak siswa yang belum memahami konsep dari pecahan. Salah satu upaya agar materi pecahan matematika tidak dianggap sulit dan dapat dipahami siswa yaitu dengan menerapkan model kontekstual menggunakan pendekatan saintifik. Dimana siswa diberikan pengalaman langsung untuk memahami konsep dari pecahan.

Pembelajaran model kontekstual memiliki langkah-langkah sebagai berikut: 1) Mengamati (observing), a) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengamati menggunakan alat indera. b) Guru memberikan rangsangan dan motivasi kepada siswa. 2) Menanya (questioning), a) Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya kepada guru mengenai hal-hal yang belum diketahui. b) Guru memberikan umpan balik. 3) Mengumpulkan informasi/mencoba (essociating), a) Siswa mengumpulkan informasi yang didapat dari mengamati dan hal-hal yang ditanyakan kepada guru. b) Guru memantau siswa dalam mengumpulkan informasi agar informasi yang didapat sesuai. 5) Mengolah data, a) Siswa dan guru mengolah data yang didapat. 6) Mengkomunikasikan, a) Siswa menyampaikan hasil yang didapat. B) Guru dan siswa membuat kesimpulan dari pembelajaran.

Pendahuluan

Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar). Matematika lebih menekankan pada kegiatan penalaran bukan dari eksperimen atau hasil observasi karena matematika terbentuk dari pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran (Russeffendi, 1988: 148). Pembelajaran matematika dapat mengembangkan cara berpikir kritis, logis, sistematis, dan kreatif.

Ciri-ciri matematika menurut Soedjadi (2000), yaitu: (1) memiliki objek yang abstrak, (2) bertumpu pada kesepakatan, (3) berpola pikir deduktif, (4) memiliki simbol-simbol yang kosong arti, (5) memperhatikan semesta pembicaraan, (6) konsisten dalam sistemnya. Objek dari matematika adalah objek mental yang tidak dapat diindera, seperti dilihat, disentuh, atau dirasakan.

Bacaan Lainnya

Baca Juga: Penerapan Model Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournament)

Dalam pendidikan SD pembelajaran matematika menjadi sangat penting. Matematika selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Penguasaan materi matematika oleh siswa menjadi suatu keharusan yang tidak bisa dihilangkan dalam penataan nalar dan pengambilan keputusan dalam era persaingan yang semakin kompetitif. Dengan matematika maka siswa dapat berperan besar dalam pengembangan ilmu-ilmu lain.

Seperti yang dikatakan Cockroft (Shadiq, 2014: 3) bahwa matematika memiliki peran penting yaitu “It would be very difficult-perhaps impossible-to live a normal life in very many parts of the world in the twentieth century without making use of mathematics of some kind”, dengan kata lain akan sangat sulit atau tidaklah mungkin bagi seseorang untuk hidup di bagian bumi pada abad ke-20 ini tanpa sedikit pun memanfaatkan matematika. Oleh karena itu, untuk mencapai penguasaan siswa terhadap matematika perlu dilakukan pembangunan sistem pembelajaran yang aktif, kreatif, dan inovatif agar siswa dapat aktif saat pembelajaran.

Faktor yang menyebabkan kesulitan siswa aktif dalam pembelajaran yaitu kurangnya keberanian dan penguasaan materi siswa dengan materi pembelajaran. Siswa hanya diberikan teori-teori saja tanpa adanya praktik yang bisa meningkatkan daya ingat siswa. Siswa hanya mengikuti instruksi guru dan akhirnya menjadi pasif dalam pembelajaran.

Dalam memahami pembelajaran matematika dibutuhkan koneksi matematis yaitu kemampuan mengaitkan konsep-konsep matematika baik kantar konsep dalam matematika itu sendiri maupun mengaitkan konsep matematika dalam bidang lainnya menurut Ruspiani (Sumarno, 2007: 117). Oleh karena itu, siswa diarahkan untuk melakukan pembelajaran menggunakan model kontekstual.

Pembelajaran kontekstual terbukti mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami konsep (Maryati, 2017). Pembelajaran kontekstual bertujuan untuk melatih pemahaman konsep, dimana siswa mengalami langsung konsep terkait dalam kehidupan sehari-hari (Sanjaya, 2012). Siswa dapat mengembangkan pemahamannya, jika mereka dapat menggabungkan antara konsep yang telah dikenal dengan pengetahuan dan pemahaman yang baru atau yang belum dikenal. Pada akhirnya siswa mampu menyadari adanya koneksi antar materi dan manfaatnya dalam kehidupan nyata. Terlebih pecahan erat penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, pembelajaran kontekstual akan menciptakan pembelajaran yang lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep pada siswa karena pembelajaran kontekstual menganut aliran konstruktivisme dimana siswa dituntun untuk menemukan landasan filosofis, sehingga diharapkan siswa belajar melalui mengalami bukan menghafal.

Baca Juga: Penerapan Model Pembelajaran Realistic Mathematics Education untuk Kelas 1 SD

Dalam pembelajaran kontekstual dibutuhkan penguasaan kelas yang baik bagi guru agar nantinya dapat mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan model kontekstual akan lebih baik jika dibarengi dengan pendekatan saintifik.

Pendekatan saintifik tersusun atas beberapa langkah kegiatan berurutan yaitu: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, melakukan percobaan, mengolah data, serta mengkomunikasikan hasil (Setiawan, 2019: 2). Dengan menggabungkan model kontekstual dengan pendekatan saintifik diharapkan materi pecahan senilai dapat lebih mudah dipahami dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk membuat rancangan pembelajaran matematika pada materi pecahan senilai kelas 4 SD. Rancangan pembelajaran menggunakan model kontekstual (CTL) dengan pendekatan saintifik.

Pembahasan

Rancangan pembelajaran dengan menggabungkan model kontekstual dan pendekatan saintifik didasarkan pada konsep pendekatan saintifik menurut yaitu mengamati (observing), menanya (questioning), mengumpulkan informasi/mencoba (essociating), mengkomunikasikan communicating), mengolah data, serta mengkomunikasikan (Setiawan, 2019: 2).

Dalam rancangan pembelajaran ini aktivitas siswa dikaitkan dalam konteks duinia nyata di lingkungan sekitarnya. Pada materi pecahan, ada beberapa benda-benda konkret yang dapat dimanfaatkan dalam menerapkan pembelajaran dengan model kontekstual. Hal itu diharapkan nantinya dapat memudahkan siswa mudah memahami pembelajaran.

Berikut merupakan rancangan pembelajaran menggunakan model kontekstual dengan pendekatan saintifik yang diterapkan pada pembelajaran matematika materi pecahan senilai kelas 4 SD. Tahap pertama yaitu, mengamati (observing). Pada tahap ini siswa diarahkan untuk mengamati menggunakan alat indera (membaca, mendengar, menyimak, melihat, menonton, dan sebagainya) untuk mengidentifikasi hal-hal yang akan diketahui agar dapat melakukan tindakan tertentu.

Guru membuka pelajaran dilanjutkan menyampaikan informasi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu pecahan senilai. Guru memotivasi siswa agar lebih semangat dalam melakukan pembelajaran. Siswa dan guru juga melakukan tanya jawab terkait bilangan pecahan sebelum masuk ke pecahan senilai. Pada tahap ini guru bisa menampilkan media pembelajaran seperti ppt interaktif atau video pembelajaran.

Tahap kedua yaitu menanya (questioning), pada tahap ini siswa dan guru melakukan tanya jawab seperti “apakah anak-anak memahami maksud dari gambar yang ditayangkan?” dan sebagainya. Siswa juga diminta untuk berdiskusi terkait pembilang dan penyebut pecahan dan siswa diberikan latihan soal. Tahap ketiga yaitu, mengumpulkan informasi/mencoba (essociating).

Siswa diminta untuk mempraktikkan menggaris dan menggunting suatu pecahan untuk dibagi menjadi beberapa bagian. Gambar yang dibuat yaitu persegi, persegi panjang dan lingkaran. Tahap keempat yaitu mengolah data, setelah siswa menggunting pecahan yang sudah dibuat siswa melakukan analisis data dan menyampaikan hasil pekerjaannya dengan mengisi laporan yang sudah disediakan oleh guru.

Tahap kelima yaitu, mengkomunikasikan (communicating) dimana siswa mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang sudah dikerjakan dengan siswa lain dan guru. Selanjutnya, siswa diminta untuk mengerjakan kuis dan juga evaluasi harian dari materi pecahan senilai menggunakan soal yang sudah dibuat guru melalui kertas yang dibagikan atau jika online bisa melalui Google formulir. Pada akhir pembelajaran guru menyimpulkan hasil pembelajaran bersama siswa dan menyampaikan pembelajaran selanjutnya.

Dengan model pembelajaran kontekstual dan pendekatan saintifik diharapkan siswa lebih mudah dalam memahami materi pecahan dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan melakukan proses mengamati siswa diharapkan mampu menciptakan pertanyaan yang nantinya dapat membuat rasa ingin tahu yang tinggi. Setelah menamati siswa diberikan kesempatan untuk bertanya terkait apa yang diamati dan didiskusikan bersama guru.

Baca Juga: A Survey University Students Interest on Journalism in Digital Transformation Era

Setelah menanya siswa akan mengumpulkan informasi yang didapat dan dicerna dalam pikiran. Selain itu, ditambahkan video pembelajaran agar siswa lebih mudah memahami. Dalam mencipta siswa diberikan kesempatan untuk mempraktikkan cara membaca pecahan melalui kertas yang digunting dan gambar yang dibagi menjadi beberapa bagian lalu ada beberapa bagiannya yang diwarnai. Setelah mencipta, siswa bersama guru dapat mengkomunikasikan hasil pembelajaran yang sudah dilakukan.

Kesimpulan

Pada model pembelajaran kontekstual dengan pendekatan saintifik ini guru/pendidik berupaya membuat siswa untuk mengikuti pembelajaran secara aktif dengan melakukan berbagai praktik dan melakukan tanya jawab. Kegiatan yang dilakukan antara lain mengamati (observing), menanya (questioning), mengumpulkan informasi/mencoba (essociating), mengkomunikasikan communicating), mengolah data, serta mengkomunikasikan.

Pendidik memberikan kegiatan yang konkret atau dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari seperti menggunting kertas untuk mengetahui jumlah pecahan dan mengarsir gambar untuk memudahkan membaca pecahan. Dengan kegiatan tersebut siswa akan lebih mudah memahami materi pembelajaran dan dapat mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Reza Silviana
Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta

Editor: Diana Pratiwi

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses