Bagaimana Model Pembelajaran Experiental Learning Diterapkan dalam Pembelajaran Matematika?

Experiental Learning Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika merupakan pembelajaran yang dianggap sulit oleh siswa dan guru. Hal ini disebabkan oleh banyak hal. Salah satu cara agar matematika tidak lagi menjadi momok yang menakutkan adalah penerapan model pembelajaran yang tepat, yaitu model pembelajaran experiental learning. Dimana siswa diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mendapatkan pengalaman berharga selama pembelajaran.

Pembelajaran dengan model experiental learning memiliki langkah-langkah: 1) Tahap Persiapan (kegiatan pendahuluan) a) Guru merumuskan secara seksama suatu rencana pengalaman belajar yang bersifat terbuka (open minded) yang memiliki hasil-hasil tertentu. b) Guru memberikan rangsangan dan motivasi kepada siswa.

2) Tahap Inti a) Siswa dapat bekerja secara individual atau kelompok, dalam kelompok-kelompok kecil/keseluruhan kelompok di dalam belajar berdasarkan pengalaman. b) Para siswa di tempatkan pada situasi-situasi nyata, maksudnya siswa mampu memecahkan masalah dan bukan dalam situasi pengganti. Siswa aktif berpartisipasi di dalam pengalaman yang tersedia, membuat keputusan sendiri, menerima konsekuen berdasarkan keputusan tersebut.

Bacaan Lainnya
DONASI

3) Tahap Akhir (Kegiatan penutup) Pada kegiatan penutup, keseluruhan siswa menceritakan kembali tentang apa yang dialami sehubungan dengan mata pelajaran tersebut untuk memperluas pengalaman belajar dan pemahaman siswa dalam melaksanakan pertemuan yang nantinya akan membahas bermacam-macam pengalaman tersebut.

Kata Kunci: Experiental Learning, pembelajaran matematika, pengalaman.

Pendahuluan

Pembelajaran matematika merupakan pembelajaran yang dianggap sulit oleh siswa dan guru. Pembelajaran matematika yang ada pada saat ini kebanyakan (1) siswa belajar hanya dengan mendengarkan penjelasan guru, menghafal rumus kemudian mengerjakan soal dengan menggunakan rumus yang sudah dihafalkan, (2) dalam kegiatan pembelajaran hanya mampu diikuti oleh siswa yang berkemampuan tinggi sementara siswa yang kemampuannya kurang hanya diam menunggu jawaban dari temannya, (3) siswa terlihat kurang kreatif dalam menyelesaikan soal, (4) siswa terlihat kurang bergairah dalam belajar matematika (5) siswa kebanyakan menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika soal-soal yang diberikan menyangkut masalah dalam kehidupan nyata (Sutriana, 2010).

Baca Juga: Integrasi Matematika dalam Islam di Masa Pandemi

Ditambah lagi pada masa pandemi ini, pembelajaran dilakukan secara daring, sehingga guru kurang dapat menjangkau siswa dalam pelaksanaan pembelajaran. Apalagi untuk siswa kelas rendah, mereka masih belum dapat belajar mandiri dengan baik.

Mereka masih sangat membutuhkan bimbingan orang di sekitarnya. Namun yang menjadi nafas lega bagi kita adalah, pemerintah sudah mulai memperbolehkan dilaksanakannya pembelajaran tatap muka atau PTM, namun tetap dengan menerapkan peraturan-peraturan yang sudah ditetapkan.

Pembahasan

Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan guru dalam melaksanakan pembelajaran matematika adalah model experiental learning. Model ini bisa menjadi solusi dari permasalahan matematika yang sudah terjadi saat ini. Model pembelajaran ini dapat mulai diterapkan ketika pelaksanaan pembelajaran tatap muka.

Sebenarnya bisa diterapkan pada pembelajaran daring, namun di sini akan kita bahas bagaimana pelaksanaan pembelajaran tatap muka dengan model experiental learning. Sebenarnya apa sih model pembelajaran experiental learning? Lalu bagaimana penerapannya pada pembelajaran matematika kelas rendah? Akan kita bahas pada artikel ini.

Model pembelajaran experiental learning adalah model pembelajaran yang dapat menciptakan proses belajar yang lebih bermakna, dimana siswa mengalami apa yang mereka pelajari.

Melalui model ini, siswa belajar tidak hanya belajar tentang konsep belaka, namun melibatkan secara langsung dalam proses pembelajaran untuk dijadikan sebagai suatu pengalaman, hal ini sesuai dengan landasan teoritis kurikulum 2013 bahawa pengalaman belajar langsung peserta didik sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik.

Pengalaman langsung belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya. Dalam model experiential learning, pengalaman digunakan sebagai katalisator untuk menolong siswa mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran sehingga siswa terbiasa berpikir kreatif.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Chesimet M.C (2016:51) yang mengatakan bahwa Experiential Learning Approach memberikan dampak positif terhadap kreativitas matematis siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan experiental learning memberikan pengalaman bermakna kepada siswa dengan mengajak siswa berperan aktif menciptakan pengalaman.

Baca Juga: Mengapa Matematika Menjadi Tolok Ukur dari Kecerdasan Seseorang?

Penulis memilih memaparkan penerapan model pembelajaran experiental learning pada kelas 2 SD, dengan materi “Pengukuran Panjang dan Berat”. Hal ini dikarenakan materi ini sangat cocok diajarkan dengan model pembelajaran experiental learning. Penerapan model experiental learning menurut Kolb (1984), terdiri dari 4 tahapan, yaitu; 1) tahap pengalaman nyata, 2) tahap observasi refleksi, 3) tahap konseptualisasi, dan 4) tahap implementasi.

Menurut Hamalik (2001: 213) mengungkapkan beberapa langkah-langkah pembelajaran Experiential Learning, yaitu: 1) Tahap Persiapan (kegiatan pendahuluan) a) Guru merumuskan secara seksama suatu rencana pengalaman belajar yang bersifat terbuka (open minded) yang memiliki hasil-hasil tertentu. b) Guru memberikan rangsangan dan motivasi kepada siswa. 2) Tahap Inti a) Siswa dapat bekerja secara individual atau kelompok, dalam kelompok-kelompok kecil/keseluruhan kelompok di dalam belajar berdasarkan pengalaman. b) Para siswa di tempatkan pada situasi-situasi nyata, maksudnya siswa mampu memecahkan masalah dan bukan dalam situasi pengganti. Siswa aktif berpartisipasi di dalam pengalaman yang tersedia, membuat keputusan sendiri, menerima konsekuen berdasarkan keputusan tersebut. 3) Tahap Akhir (Kegiatan penutup) Pada kegiatan penutup, keseluruhan siswa menceritakan kembali tentang apa yang dialami sehubungan dengan mata pelajaran tersebut untuk memperluas pengalaman belajar dan pemahaman siswa dalam melaksanakan pertemuan yang nantinya akan membahas bermacam-macam pengalaman tersebut. Kita akan bahas satu persatu dalam bentuk penerapan pada materi Pengukuran Panjang dan Berat.

Sebelum pembelajaran dimulai, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan guru dan siswa. Diantaranya: buku guru dan buku siswa, pensil, LKPD, alat untuk mengukur berat dan panjang, serta video pembelajaran.

Tahap pertama adalah Persiapan. Pada tahap ini guru memastikan siswa siap untuk belajar. Guru membuka pembelajaran dengan salam, berdoa, saling bertanya kabar dengan siswa, absensi, menyanyikan lagu Indonesia Raya, dan yang tidak kalah penting, guru memberikan motivasi kepada siswa agar dapat melaksanakan pembelajaran hari ini dengan senang hati.

Pada tahap ini, guru dapat memberikan ice breaking agar siswa lebih fokus. Tahap ini diakhiri dengan penyampaian tujuan pembelajaran dan proses pembelajaran yang akan dijalani agar siswa memiliki gambaran.

Tahap kedua adalah Inti. Di sinilah pembelajaran dengan model experiental learning dilaksanakan. Kegiatan ini diawali dengan pembagian siswa menjadi beberapa kelompok, dengan anggota setiap kelompok 4-5 siswa.

Selanjutnya, siswa diminta menonton video pembelajaran mengenai cara menggunakan alat ukur panjang dan berat yang sudah dipersiapkan. Selanjutnya siswa menuliskan langkah-langkah tersebut dalam LKPD yang sudah dibagikan pada setiap kelompok.  Selanjutnya guru me-review kembali isi video pembelajaran, dan siswa diberikan kesempatan untuk bertanya.

Baca Juga: Penerapan Bilangan Reproduksi Dasar dari Model Matematika Covid-19 untuk Menerapkan Protokol Kesehatan Masyarakat Surabaya

Selanjutnya siswa mempraktikkan pengukuran panjang dan berat dengan alat ukur yang ada. Kegiatan ini dilakukan secara berkelompok, dan dilakukan sesuai dengan LKPD yang sudah dipegang masing-masing kelompok. Nah, di sinilah letak experiental learning. Dimana siswa belajar dengan cara mengalami langsung apa yang sedang ia pelajari. Siswa benar-benar mengalami langsung proses menimbang dengan neraca, mengukur panjang dengan penggaris, dan yang lainnya.

Pengukuran boleh dilakukan di dalam maupun di luar kelas, senyamannya siswa saja. Di sini siswa akan mendapatkan pengalaman bermakna. Tugas guru di sini adalah sebagai fasilitator bagi siswa, apalagi ini masih siswa kelas rendah, jadi peran guru masih sangat penting di sini. Selanjutnya apabila sudah selesai, siswa mempresentasikan hasil kerja mereka di depan kelas. Teman kelompok lain saling menanggapi dan saling memberikan apresiasi.

Tahap yang terakhir adalah Penutup. Pada tahap ini siswa kembali ke dalam kelas dan kembali berfokus pada guru. Siswa menceritakan pengalaman pembelajaran yang sudah dilaksanakan hari ini kepada guru dan teman-temannya. Selanjutnya guru memberikan penguatan dan apresiasi. Guru juga memberikan kesimpulan pembelajaran dan penguatan materi agar siswa tidak ada yang miskonsepsi.

Penutup

Nah, begitulah rancangan proses pembelajaran menggunakan model experiental learning. Dapat kita simpulkan bahwa pembelajaran experiental learning cocok digunakan dalam pembelajaran matematika agar tidak lagi menjadi pembelajaran yang menakutkan dan susah. Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis.

Daftar Pustaka

Eva Sutriana. (2010). DESKRIPSI PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING. eprints.uns, 1-11.

Chesimet M.C., Githua B.N., & Ng’eno, J.K. (2016). Effects Of Experiential Learning Aproach On Students’ Mathematical Creativity Among Secondary School Students Of Kericho East Sub – Couty. Journal of Education and Practice. Vol. 7 (23), 52-53.

Fizka Nur Astuti
Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta

Editor: Diana Pratiwi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI