Bahasa Slang: Pro dan Kontra Pendidikan Bahasa Indonesia

Bahasa Slang: Pro dan Kontra Pendidikan Bahasa Indonesia
Sumber: pixabay.com

Munculnya Bahasa Slang

Penggunaan bahasa remaja atau disebut dengan bahasa gaul, telah menggeser penggunaan bahasa indonesia dalam kehidupan sehari-hari seiring berkembangnya zaman.

Pernyataan tersebut menimbulkan suatu variasi baru dalam berbahasa, dikarenakan penggunaan bahasa yang digunakan oleh kelompok tertentu. Dalam variasi tersebut, terdapat beberapa istilah baru yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain baik secara tulisan atau lisan yang disebut dengan bahasa gaul atau bahasa slang.

Definisi dan Contoh Bahasa Slang

Menurut Nugroho (2015) mengemukakan bahwa slang yaitu bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi secara khusus oleh kelompok tertentu, sehingga kelompok lain tidak memahami makna dari komunikasi yang dituturkan oleh kelompok tersebut. Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahasa slang bersifat dinamis atau dapat berubah-ubah seiring perkembangan zaman.

Bacaan Lainnya

Adapun Hilaliyah (2010) mengatakan bahwa bahasa slang dapat dilihat dari kosakata meliputi peningkatan kata, penggunaan kata yang sudah ada menjadi kata baru atau kosakata baru, pembalikan tata bunyi, kosa kata lazim menjadi aneh.

Saat ini, maraknya bahasa slang dipopulerkan oleh penyanyi berbakat indonesia yaitu Isyana Sarasvati. Isyana Sarasvati menuturkan bahasa slangnya meliputi “pyu” diartikan dengan “banget”, “tongpo-tongpo” diartikan dengan “jangan-jangan”, “wah kzl” diartikan dengan “kesal”, “anjay” diartikan dengan rasa kagum atau takjub, “goks” diartikan dengan rasa keren, “sabi” diartikan dengan “bisa”, “gemay” diartikan dengan “gema” dan “mantul” diartikan dengan “mantap betul”.

Baca Juga: Bahasa Indonesia sebagai Identitas Resmi Bangsa Indonesia: Bagaimana dengan Bahasa Daerah?

Pro dan Kontra Bahasa Slang dalam Pendidikan Bahasa Indonesia

Pro Bahasa Slang sebagai Inovasi dalam Pengajaran Bahasa Indonesia

  1. Pendekatan yang Lebih Relevan. Dengan mengaitkan materi pembelajaran bahasa dengan tren yang disukai siswa, guru dapat membuat pembelajaran terasa lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari.
  2. Membangun Kreativitas Bahasa. Siswa dapat diajak untuk menganalisis bagaimana kata-kata slang diciptakan dan berkembang, serta memahami proses pembentukan bahasa baru.
  3. Mengajarkan Perbedaan Konteks Bahasa. Siswa diajarkan untuk memahami kapan mereka harus menggunakan bahasa formal dan kapan boleh menggunakan bahasa yang lebih santai. Dengan cara ini, mereka tidak hanya menguasai bahasa baku, tetapi juga memahami ragam bahasa yang lebih luas.
  4. Meningkatkan Minat dalam Bahasa dan Budaya. Variasi bahasa yang dibawa oleh selebriti seperti Isyana juga bisa menjadi pintu masuk untuk memperkenalkan elemen budaya populer dalam pendidikan bahasa.

Kontra Bahasa Slang sebagai tantangan dalam Pendidikan Bahasa Indonesia

  1. Pengabaian Kaidah Bahasa Baku. Para siswa mungkin merasa bahwa bahasa baku terasa kaku dan kuno dibandingkan dengan bahasa slang yang lebih ekspresif dan santai. Akibatnya, kemampuan menulis dan berbicara formal mereka bisa terpengaruh.
  2. Kurangnya Penghargaan terhadap Bahasa Formal. Jika bahasa slang lebih mendominasi, ada kekhawatiran bahwa para siswa tidak akan menghargai pentingnya bahasa formal dalam situasi yang membutuhkan.
  3. Kesulitan dalam Memilah Konteks. Para siswa mungkin mengalami kesulitan dalam membedakan kapan harus menggunakan bahasa slang dan kapan harus menggunakan bahasa formal.

Simpulan

Penggunaan bahasa slang, seperti yang dipopulerkan oleh Isyana Sarasvati, memang menghadirkan tantangan tersendiri dalam pendidikan Bahasa Indonesia, terutama dalam menjaga kesetiaan terhadap kaidah bahasa baku.

Namun, jika dimanfaatkan dengan bijak, variasi bahasa ini juga bisa menjadi peluang untuk mengembangkan metode pengajaran yang lebih relevan, kreatif, dan menarik bagi generasi muda.

Pendidik dapat menggunakan variasi bahasa ini untuk membangun jembatan antara bahasa formal dan bahasa sehari-hari, serta mengajarkan kepada siswa bagaimana menjadi komunikator yang cerdas dalam berbagai konteks. Variasi bahasa ini juga menekankan bahwa bahasa terus berkembang, dan pendidikan bahasa harus selalu responsif terhadap perubahan ini.

 

Penulis: Nadila Deviana
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Indoneisa, Universitas Siliwangi

 

Editor: I. Khairunnisa

Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI